Feo mbura adalah seorang manek di nusa thie kecamatan rote barat daya sekarang. Ini ia memerinta di nusak thie pulau te, kabupaten kupang,sekitar permulaan abad ke-17 pada waktu Feo Mbura suda mengadakan hubungan dagang dan persahabatan dengan oranng-orang Portugal dan belanda. Dalam pergaulanya dengan orang-orang asingitu, feo mbura melihat bahwa orang-orang itu lebih pandai dan majudari pada orang rote pada umumnyamaka timbullah niat di hati feo mburayang masih muda itu untuk pergi merantau mencari ilmu ke matabi sorgawi dalam ejaan bahasa rote.ia lalu mengajak ketiga orang temanya manek atau raja dari nusak lain untuk merantau mencari ilmu ke matabi ketiga orang itu adalah tou denga lilo dari nusak baa,ndara naong dari nusak lelain,dan ndii hua dari nusak lole . meraka lalu membuat sebuah perahu besar untuk di pakai berlayar ke matabi. Perahu itu di beri nama 'sangga ndolu' yang artinya mencari ilmu poengetahuan.Di perkirakan pada tahun 1729 mereka berlayar dari rote menuju matabi....
Pada zaman dahulu ,di Rote khususnya di lakamola,sebuah daerah yang terletak di ujung timur pulau Rote.Orang-orang yang tinggal disana sama sekali belum mengenal yang namanya apui .Semua aktifitas mereka dan segala yang mereka perbuat terlepas dari api.makanan mereka selalu dimakan mentah ,dan pada malam haripun tak ada penerangan yang menggunakan api.Pada suatu hari ada tiga orang pria yang akan pergi berburu babi hutan di atas gunung lakamola.sesampainya mereka disana ,diatas sebuah bukit di gunung lakamola mereka membuat perjanjian ,mereka akan berpencar untuk berburu ,namun ketika telah berhasil mendapatkan buruan haruslah kembali ke bukit ini untuk menunggu teman-teman lain . Setelah pergi berburu,tak lama kemudian ,ada seorang pemburu yang telah berhasil mendapatkan buruan seekor babi hutan,pemburu itupun kembali ke bukit yang tadi untuk menunggu teman-temannya yang lain yang belum mendapatkan hasil buruan.Di tengah penantiannya,karna iseng,pria itu mengambil dua batang kayu ker...
Pada zaman dahulu orang tua di NTT belum tahu menulis dan membaca sehingga di zaman sekarang tidak ada sejarah berupa tulisan karena hanya diceritakandari mulut ke mulut. Penjual yang datang ke pulau timor namanya disebut - sebut sehingga dikenal diseluruh pulau timor, karena harum cendana dipulau timor seribu tahun yang lalu. Pada zaman itu juga sudah ada penguni tetap yang disebut atoin meto (orang asli tanah timor). Tahun 1436 bangsa asing yang membeli kayu cendana mengenal para tua - tua adat di pulau timor tempat kayu cendana hidup. Orang timor mrnjual kayu cendana kepada orang dari jawa, india, cina. Mereka menjualnya tapi tidak menerima uang namun mereka menukarnya dengan kain, uang perak, uang mas, parang, pisau, kaca dan lain - lain sebagainya. Sejarah orang timor yang sebenarnya, kita tidak ketahui, tetapi diceritakan dari mulut ke mulut bahwa orang timor berasal dari papua dan Malaysia. Mereka hidup berpindah- pindah tempat karena factor makanan . jadi jika makanan ditempat...
Sebuah keluarga nelayan di daerah pemukiman nangahale kabupaten sikka. Bila mereka pergi bekerja, anaknya tinggal dirumah untuk menjaga rumah. Pada suatu hari suami istri nelayan itu menunggu ikan-ikan memasuki alat penangkap ikan mereka yang bberupa tangguk besar. Sial, seekor ikanpun tidak ada yang mau masuk. Meskipun demikian, mereka tidak mudah putus asa. Tangguknya tetap dimasukan dan diangkat berulang-ulang tanpa mengenal lelah. Akhornya, ketekunan mereka berhasil juga. Pada waktu mereka mengangkat tangguk mereka untuk kesekian kali, ternyata didalamnya terlihat ada sebutir telur yang amat besar. Karena ngeri mendapatkan benda ajaib itu, telur itu segera mereka masukkan kembali kedalam air. Anehnya setiap kali mereka mengangkat tangguknya, setiap kali ada pula telur itu dan setiap kali segera mereka masukkan kembali ke dalam air. Keadaan ini berulang terus, walaupun telah mereka pinahkan tangguk mereka ke tempat lain. Rupanya telur itu berkeras hati untuk tetap bersama mereka. A...
Di sebuah desa ada seorang bujangan yang sudah lanjut usia alias bujang lapuk yang bernama I Teruna Tua. Orang ini kira-kira berumur lebih dari lima puluh tahun. Sampai umur setua itu ia masih melajang, karena ia hanya mau mengambil isteri apabila ada perempuan yang hari larinya sama dengan dirinya. Setelah menunggu bertahun-tahun, pada suatu hari yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya, di desanya ada seorang bayi perempuan lahir. Tiga hari kemudian, saat si bayi telah lepas tali pusatnya, I Teruna Tua segera membuat tongkat dari tongkol jagung. Setelah tongkat jadi, ia langsung menuju ke rumah orang tua si bayi. Sesampai di rumah si bayi, I Teruna Tua disambut oleh ayah si bayi: "Oh Kakak datang." Ayah bayi itu memanggil Kakak, karena I Teruna Tua lebih tua daripada dirinya. "Kata orang, isterimu baru saja melahirkan tiga hari yang lalu. Laki-laki atau perempuan?" tanya I Teruna Tua. "Oh, perempuan." "Apakah sehat?" "Ya sehat keadaannya." "Kapan melakukan upa...
Diberi nama oepura karena dulu pertama kali hidup keluarga Fetor Foenai , sehingga diberi nama oepura dan adanya mata air yang besar dan jernih yang juga di beri nama oepura.oe(air) pura (pura-pura ). Setelah itu Oepura menjadi suatu tempat atau dusun karena hanya ada beberapa rumah saja. Setelah itu datang lagi orang-orang dan menempati dusun tersebut dikembangkan lagi menjadi suatu kelurahan. Sumber: https://nusantaralogin.blogspot.co.id/2013/07/kumpulan-cerita-daerah-nusa-tenggara.html?m=1
Menurut kisah ini, moa hitu adalah suatu makluk raksasa yang terdiri dari tujuh ruas dan pernah hidup dibumi pada jaman dahulu kala. Moa hitu mempunyai kekuatan yang luar biasa. Ia dapat menjunjung langit dan memangku bumi. Moa hitu juga memiliki kesaksian yang sangat ajaib. Apabila ia sedang memikul bumi lalu lela dan memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu yang lainnya, maka terjadilah bencana gempa bumi dimana-mana. Dan jika ia marah lalu menjunjung langit, maka hujan dan embun tidak akan turunke bumi, sehingga penduduk bumi terancam kelaparan. Penyakit menular dan kematian akan terjadi mana-mana apabila moa hitu sedang lapar ibu-ibu juga tidak akan bersalin jika moa hitu minta makan. Sebaiknya apabila moa hitu kenyang dan hatinya sedanggirang, maka kemakmuran melimpah dibumi. Semua orang akan panen raya, ternak-ternak akan berbiak cepat, bahkan sapi jantan bisa berubah menjadi betina. Dan apabila moa hitu member makan kepada binatang-binatang itu akan turun ke kampong dan...
PATER PAUL ARDNT SVD dalam buku 'Demon dan Paji' mencatat penuturan sejarah tanah ekan (dunia) dan lewotanah (kampung halaman) sejumlah wilayah adat Lamaholot. Satu hal yang dicatat adalah tentang Lagadoni. Sebagian wilayah adat Lamaholot mengaitkan nama itu dengan Lera Wulan (matahari-bulan: Tuhan di langit). Lagadoni adalah nama lain dari Lera Wulan itu sendiri. Karena itu, Hasan Lewotan, salah seorang petutur sejarah yang mengaku keturunan Lagadoni dari Ile Napo Solor, mengatakan, kehadiran Lagadoni mendahului tanah ekan. Dia datang sebelum bumi ini ada. Hasan Lewotan mengaku mendapat penuturan itu dari nuren-nedang (mimpi). Saat tanah tawa ekan gere (dunia menjadi) yang terjadi bersamaan dengan buta mete-walang mara (air bah mengering), Lagadoni hadir dan bermukim di Ile Napo. Kepercayaan ini dikuatkan dengan ungkapan: Raya Lagadoni Tuan Doni Dua Dayong, tobo rae Napo ebang, pae rae Napo baring. Di sanalah dia memperisteri perempuan ile jadi, Ema Peni Utan Lolon, Lolon Lepan...
Bukan saja pantainya berbatu-batu. Wilayah daratan sekitar pantai itu juga dipenuhi batu. Hampir setiap ruas lahan yang ada dijejali batu. Karena itu, sesungguhnya Kalike Ai Matan bukanlah tempat ideal untuk hidup bertani. Maka, setelah resmi menjadi suami isteri, Kopong Lanang Kideng dan Inawae Watorita memilih berdiam di kawasan pegunungan. Di sanalah mereka hidup bercocok tanam dan berburu. Di sana pulalah lahir anak-anak mereka. Tujuh anak laki-laki lahir dari pasangan ini dan beberapa anak perempuan. Mereka bertumbuh dan besar di kawasan pegunungan itu hingga membentuk keluarga masing-masing. Sebagaimana tradisi Lamaholot purba yang jejaknya masih dijumpai di sejumlah perkampungan adat, sebuah keluarga membentuk riang-wetak (perkampungan kecil) masing-masing. Anak-anak yang menikah, membangun rumah tinggal di sekitar rumah kedua orangtua mereka. Mereka terikat dalam satu kebersamaan nan liat dalam segala hal. Demikian pun keluarga Kopong Lanang Kideng-Inawae Watorita. Pada sua...