II. ARTI Kajangki Luwu berarti "Kemenangan Luwu" maka jelas bahwa kajangki Luwu menggambarkan dan mengisahkan kemenangan yang dicapai di medan perang. III. PEMENTASAN Kajangki Luwu dapat dipentaskan. (I), DI WOTU SENDIRI a. Diadakan pada acara kebesaran adat yangdipentaskan Barugga, antara lain; - Macceratasi ; Pesta laut, - Mobiola ; Pesta kemenangan,yakni peringatan yang diadakan setiap ada daerah yang ditaklukkan. Momante ; Pesta panen. b. RUMAH PEJABAT. Dilakukan dalam acara; 1. Memasuki rumah baru, 2. Pesta persalinan, 3. Pesta perkawinan. PEJABAT; Pejabat yang dinaksud adalah anggota hadat dan pejabat penerintahan,khusus pejabat hadat meliputi; - Macoa Bawalipu, - Macoa Bemtua, - Macoa Mincara Oge, - Macoa Pelemba Oge, - Uragi Bawalipu, - Uragi Datu, - Uragi Ala, - Anre Guru Olitau. - Anre Guru Tomadappe, - Anre Guru Lara, - Anre Guru Tomengkeni, - Anre Guru Pawawa, - Anre Guru Ranra. - Angkuru,...
Tarian ini berasal dari Tapanuli Selatan, Sumatera, Indonesia. Menceritakan tentang kecerian gadis-gadis Mandailing yang menari dengan riang gembira di bawah pancaran sinar bulan purnama. Rondang Bulan sendiri berarti "terang bulan". Tarian ini dipersembahkan oleh Unit Tari Ikatan Pegawai Bank Indonesia dalam acara Pelepasan Deputi Gubernur Senior pada bulan Juli 2009 dan ditampilkan dalam penutupan Pekan Olah Raga dan Seni (Porsebi) menyambut HUT Republik Indonesia ke 64, Agustus 2009. Pencipta Tari: Irianto Catur SBP (Mas Yanto) Video : http://www.youtube.com/watch?v=UI9jY2kbqU4 Sumber : http://www.keroncong.web.id/musicvideo.php?vid=2c657c8f6
Tarian Toraja " Ma' Katia" adalah tarian yang biasa dibawakan pada saat upacara kematian " Rambu Solo' " di Tana Toraja
Tarian " To Ma'Randing " biasa di bawakan pada upacara kematian dan juga kegembiraan. Tarian " To Ma'Randing " melambangkan kesatria Toraja yang maju dalam peperangan.
Tari Pakarena adalah tarian tradisional dari Sulawesi Selatan yang diiringi oleh 2 (dua) kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik)[1]. Selain tari pakarena yang selama ini dimainkan oleh maestro tari pakarena Maccoppong Daeng Rannu (alm) di kabupaten Gowa, juga ada jenis tari pakarena lain yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu “Tari Pakarena Gantarang”. Disebut sebagai Tari Pakarena Gantarang karena tarian ini berasal dari sebuah perkampungan yang merupakan pusat kerajaan di Pulau Selayar pada masa lalu yaitu Gantarang Lalang Bata. Tarian yang dimainkan oleh kurang lebih empat orang penari perempuan ini pertama kali ditampilkan pada abad ke 17 tepatnya tahun 1903 saat Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai Raja di Gantarang Lalang Bata[2].
Disebut Maggiri' karena menusuk-nusukkan benda tajam pada tubuhnya. Disebut juga Mabbissu karena pada umumnya diperagakan oleh bissu. Bissu itu sendiri berjenis kelamin laki-laki namun sifat dan karakternya seperti perempuan dalam bahasa Bugis Bone disebu Calabai. Dan mereka tidak mengenal kawin-mawin. Dahulu bissu bertugas untuk membersihkan benda-benda kerajaan Bone. Aksi memperagakan kekebalan tubuh terhadap senjata tajam atau Debus lewat tarian ternyata tidak hanya ada di Banten, Jabar. Sulawesi Selatan juga punya Tari Maggiri/Mabissu. Dalam pertunjukkan ini, penari akan menusuk-nusuk tubuhnya dengan badik/kawali. Tarian yang dimainkan oleh enam penari pria ini, awalnya terlihat biasa saja. Layaknya tarian pada umumnya, Maggiri atau Mabissu diiringi oleh tabuhan gendang yang berirama khas. Dalam gerakannya, keenam penari ini melantunkan mantra-mantra mistis dalam bahasa To Rilangi (bahasa kuno suku Bugis). Pertunjukkan seni ini sering ditampilkan pada perayaan Hari Jadi Bone ini,...
Tari yang digelar untuk penjemputan tamu kehormatan dari kerajaan lain. Diperagakan pada awalnya oleh para Bissu kerajaanpada abad XVI masa pemerintahan Raja Bone X We Tenri Tuppu MatinroE Ri Sidenreng, tari ini biasa juga disebut Sere Bissu. Kemudian pada masaberikutnya dipergakan dalam bentuk tari yang disebut Tari Alusu yang diperagakan oleh paradara-dara di lingkungkangan bangsawan.
Tarian ini mulai muncul pada akhir abad ke-17 di masa pemerintahan Opu Boloso di Distrik /Kerajaan Ballabulo. Dahulu tarian ini hanya di pentaskan di atas rumah panggung yang bahannya terbuat dari bambu sedangkan waktu pentasnya kebanyakan dilaksanakan di siang hari atau pada saat ada acara adat. Sedangkan pertunjukan di malam harinya hanya sifatnya sebagai hiburan kepada tamu-tamu kerajaan. Jumlah penari harus genap 2, 4 atau 6 orang karena dimainkan dalam bentuk berpasang-pasangan. Status kelamin yang memainkan tarian ini adalah perempuan dimana pada gerak yang dibawakan adalah gerakan lembut sebagai simbol kehalusan, kelembutan dan keramahtamahan pada gadis-gadis masa lampau. Dari usia penari pada masanya adalah dara-dara manis ( orang pilihan ) atau statusnya belum kawin. Waktu penyelenggaraan tari silonreng sangat tergantung pada momennya apa kegiatan tersebut dilakukan. Kalau upacara atau pesta itu dilaksanakan di malam hari maka waktu pelaksanaan itu juga di malam hari, begit...
Tarian ini mulai tumbuh pada abad XVIII M. Tarian ini diberi nama tari Pakarena Ballabulo sesuai dengan nama daerah tempat tumbuhnya yaitu Distrik Ballabulo yang sekarang berubah nama menjadi Desa Harapan Kec. Bontosikuyu. Tarian ini pada masa yang lalu hanya diperuntukkan pada saat pelantikan raja-raja atau saat penyambutan dan penghormatan kepada tamu kerajaan. Tarian ini dapat dimainkan dalam jumlah ganjil boleh 9, 7 dan boleh 5 orang penari wanita dengan menggunakan kipas dan selendang serta 3 orang pria sebagai pemain instrumen yang mengiringi tari tersebut dengan menggunakan 2 buah gendang dan sebuah gong. Di dalam tarian ini terdapat 5 adegan klimaks yang sangat enak di tonton.