Tari Tayuban (https://www.disparbud.jabarprov.go.id) Tari Tayuban konon lahir di lingkungan kraton dan digunakan untuk menghormati tamu-tamu agung juga digunakan untuk acara-acara penting seperti pelakrama agung (perkawinan keluarga Sultan), tanggap warsa, peringatan ulang tahun, papakan, atau sunatan putra dalem. Tayuban kemudian menyebar dan berkembang di masyarakat dengan pengaruh negatif baik datangnya dari luar maupun dari dalam. Waditra yang digunakan adalah laras pelog, gendang, bedug, saron, bonang dsb. Wiyaga berjumlah 15 orang. Busana Wiyaga bendo, baju taqwa, kain batik dan celana sontok. Busana Ronggeng kembang goyang, melati suren, sanggung bokor, cinatok, sangsangan, krestagen dan alat perhiasan. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2018/07/tarian-tradisional-kabupaten-cirebon-jawa-barat/
Tari Berokan (https://abualkarim13.blogspot.com) Tari Berokan atau Barongan adalah jenis kegiatan yang menggunakan alat utama berokan atau barongan yaitu suatu bentuk tituan kepada binatang singa dan tiruan badan Singa Duga yang dimainkan oleh seorang dalang yang menyusup ke dalam tiruan tubuh raksasa sambil mengoceh dengan meniup terompet yang disimpan di dalam mulut. Fungsi kesenian ini adalah menyebarkan agama Islam di Cirebon tempo dulu. Waditra yang digunakan adalah terbang, gong, bambu, terompet, gendang dsb. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2018/07/tarian-tradisional-kabupaten-cirebon-jawa-barat/
Tarian ini dilatarbelakangi oleh kisah Tumenggung Magang Diraja yang diutus untuk menaklukkan Jinggananom. Kedok yang harus digunakan oleh tokoh Tumenggung adalah Slasi, Drodos dan Sanggan. Sementara tokoh Jinggananom memakai kedok Tatag Prekicil, Peloran dan Mimis. Kedua tarian ini berkarakter putra bersifat gagah dengan ciri-ciri kualitas tenaga kuat dan jangkauan ruang yang luas dengan tempo cepat. Gending yang mengiringi tari Tumenggung Magang Diraja adalah Gending Tumenggung atau Barlen, sedangkan tari Jinggananom diiringi dengan musik Bendrong. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2018/07/tarian-tradisional-kabupaten-cirebon-jawa-barat/
Perkembangan tayuban di Sumedang berawal dari bupati sumedang yaitu Pangeran Suria Kusumah Adinata (1863 – 1882) yang menyukai tari gagahan yang diiringi oleh lagu sonteng atau panglima. Selama masa periode ke-tiga bupati sumedang. Muncul sebuah anjuran bahwa para pejabat atau menak harus bisa menari, atas dasar anjuran tersebut para pejabat atau kalangan menak saling berlomba untuk belajar menari, karena bagi mereka tayuban tersebut merupakan sebuah ajang unjuk gigi dan mengangkat derajatnya sebagai kalangan terhormat. Tetapi, sekarang bukan hanya para menak yang boleh menari dalam tayuban. Tarian ini mengungkapkan kegembiraan. Gerakannya merupakan improvisasi. Secara spontanitas, penari tayub bisa menciptakan improvisatoris, tapi tetap sesuai dengan musik pengiring. Keseni...
Tari Gawil (https://unicom.ac.id) Tari Gawil diciptakan pada tahun 1930 oleh Rd. Ono Lesmana Kartadikusumah (Alm) tari ini mapag perang waktu amarta kehilangan jimat Layang Kalimusada, yang diambil oleh Mustaka Weni dari negara Manik Mantaka. Tari Gawil ini merupakan tarian ladak (lincah) menggambarkan karakter manusia yang lincah sehingga dalam pewayangan biasa ditarikan oleh satria ladak seperti tari Dipatikarna, Arayana dan Ekalaya. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2017/01/tarian-tradisional-sumedang-jawa-barat/
Tari Rengkong (https://www.indonesiakaya.com) Tarian ini biasanya dilakukan setelah panen, sebagai rasa terima kasih kepada Dewi Sri. Selesai panen padi itu dahulu merupakan geugeusan = diikat) dibawa ke suatu tempat yang menjadi milik kepentingan bersama seperti Balai Desa atau Lumbung Desa. Iringan iringan itu didahului dengan membawa umbul-umbul kemudian disusul dengan pikulan yang merupakan iringan rengkong. Untuk keperluan itu, pikulan dibuat dari batang bambu yang diatur sehingga bila di gerakan setelah digantungi padi, maka dengan adanya gesekan tali kepada batang bambu itu menimbulkan suara yang berirama. makin banyak memikul makin meriah rengkng itu. Barisan rengkong di susul oleh pembawa alat-alat tatanen, dan paling belakang barisan angklung dan dogdog jojor.Tabuhan itulah yang paling memeriahkan suasana. Sesampainya di tempat yang dituju, barisan angklung dan dogdog 5. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2017/01/tarian-tradisional-sumedang-jawa-barat/
Atraksi Seni Tari yang ada di Kabupaten Sumedang terdiri dari berbagai jenis seni tari, yaitu : Pancawarna . Tarian ini menggambarkan tentang seseorang yang baru mendapatkan ilmu kesempurnaan hidup. Jayengrana . Asal kata dari Jaya ing rana. Sebuah tarian yang menggambarkan kegembiraan Raja Amir Hamzah ketika ditolong oleh dua putri cantik: Dewi Sirtupulati dan Ratu Sudarawerti untuk dapat melepaskan diri dari tahanan Raja Banu. Tari Jayengrana Tarian ini diciptakan tahun 1942 ketika masyarakat Indonesia sedang mempersiapkan Revolusi yaitu menggambarkan potensi kekuatan wanita dalam berjuang jika bersatu akan membuahkan kekuatan yang besar, karena pada waktu itu masih banyak wanita-wanita yang dipingit. Gandamanah . Menggambarkan seorang patriot bangsa yang memiliki sikap tidak angkung dan sombong. Ibarat ilmu padi makin berisi makin merunduk. Gatotkaca Gandrung . Sebuah tarian yang menggambarkan ketika Gatotgaca cinta kepada Dewi Pergiwa Per...
Ronggeng adalah salah satu kesenian tradisional masyarakat Sunda yang berkembang di Jawa Barat bagian tenggara, khususnya di Kabupaten Ciamis, Kota Banjar dan Kabupaten Pangandaran. Dalam Ronggeng Ibing Sunda, beberapa penari perempuan diiringi musik gamelan dan kawih-kawih (lagu-lagu) Sunda. Kawih-kawih Sunda sebagai pengiring tari Ibing Sunda, juga mengalami perkembangan dengan banyak diciptakan kawih-kawih baru. Pementasan Ketika memulai pertunjukan, mula-mula para nayaga atau pemusik akan memainkan musik-musik pembuka. Segmen ini, biasa disebut tatalu. Sementara segmen tatalu ini, para sinden dan penari merias diri mereka sendiri. Busana yang digunakan, kata dia, masih sesuai pakem, yakni pakaian kebaya serta rambut disanggul. Pada segmen selanjutnya, sinden mendendangkan kawih pembuka, yakni Kidung Pangrajah, Kembang Gadung. Kemudian, tampil juru ibing, atau penari ke depan membawakan tarian pembuka atau disebut ibing bubuka. Pada segmen ini, penye...
Tari Kele (https://www.photo365.co) Tarian ini digarap oleh studio Titik Dua dari Ciamis, milik koreografer, Rachmayati Nilakusuma, atau yang akrab disapa Neng Peking itu. Tari Kele memiliki makna penyambutan dengan mensucikan tamu-tamu yang datang berkunjung. Istilah kele itu sendiri berarti bambu atau juga disebut lodong yang berfungsi untuk mengambil nira di kalangan masyarakat sunda. Jumlah penari dalam tarian ini biasanya tidak terbatas, tergantung tempat. Tapi biasanya berjumlah enam orang, biasanya para penari permpuan ini dipasangkan dengan empat orang pria yang membawa dongdong atau tempat untuk menyimpan hasil bumi. Ide tarian ini diadaptasi dari upacara adat Nyangku di daerah Panjalu Kabupaten Ciamis. Upacara Nyangku melibatkan sembilan perempuan berbaju adat warna putih. Di pagi hari mereka mengambil air dari sembilan mata air yang ada di sekitar situ di Panjalu. Air itu kemudian dimasukkan dalam satu ruas bambu. ”Bambu tersebut dibawa dan disimpan...