Beksan Panji Sekar diciptakan pada era kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792). Beksan Panji Sekar diciptakan dalam kurun waktu yang sama dengan lahirnya beksan-beksan lain seperti Tr unajaya, Guntur Segara, Nyakrakusuma dan Tugu Wasesa. Dalam masa sepuluh tahun (1755-1765), Sri Sultan Hamengku Buwono I menggarap tarian-tarian tersebut bersama Putra Mahkota, Patih Dalem dan seorang Abdi Dalem (setingkat bupati) kepercayaan sultan. Tarian ini bertemakan peperangan atau kepahlawanan. Tarian ini juga merupakan seni latihan perang para prajurit pada masa itu. Jiwa patriotik Sri Sultan Hamengku Buwono I memberi sentuhan khas pada karya seni tari masa itu, yaitu penggunaan senjata. Jemparing (panah) dan keris menjadi properti yang digunakan dalam tari Panji Sekar. Beksan Panji Sekar dibawakan oleh empat penari putra (kakung), oleh karena itu tarian ini masuk dalam kategori beksan sekawanan. Dua penari berperan sebagai Jayakusuma dan dua lainnya berperan sebagai Jayale...
Komposisi Gendhing: Gendhing Pambuka : Ladrang Raja Manggala Pelog Nem Gendhing Soran: Gendhing Randhu Sekar, Laras Slendro Pathet Nem, Kendhangan Majemuk, Jangkep Sadhawahipun Beksan Sekar Medura Gendhing Lirihan I: Gendhing Gantal Wedhar Kendhangan Jangga – Ladrang Sri Nasa Laras Slendro Pathet Sanga Gendhing Lirihan II: Gendhing Wasitasih Kendhangan Sarayuda – Ladrang Samyasih – Ketawang Kontab, Laras Pelog Pathet Nem Gendhing Lirihan III: Gendhing Sri Sekar, Kendhangan Candra, - Plajaran - Rambangan Asmarandana Kedhaton, Durma Dhendha Rangsang, Laras Slendro Pathet Manyura Gendhing Panutup: Ladrang Sri Kundur Slendro Manyura Penari dalam Beksan Sekar Medura berjumlah delapan orang pria, terdiri empat penari alus dan empat penari gagah. Penari yang paling depan dalam Beksan Sekar Medura disebut Batak atau pemimpin dua orang yaitu satu orang penari alusan dan satu orang gagahan. Pemberian nama Beksan Sekar Medura diambil dari nama-nama prajurit Sultan Hamengku Buwan...
Beksan Lawung Ringgit merupakan tarian karya Sri Sultan Hamengku Buwono I yang naskahya berbentuk serat Kandha. Naskah tarian ini adalah salah satu naskah yang baru saja dikembalikan oleh Inggris ke Kraton sejak peristiwa Geger Spehi. Beksan ini merupakan salah satu beksan yang unik, yang memadukan lawung sebagai properti dan lampahannya seperti dalam ringgit (wayang) dimana keenam penarinya merupakan 6 tokoh dalam ringgit gedhog yang membawakan cerita Panji. Enam penari tersebut terdiri dari 2 penari alus berkarakter impur, 2 penari gagah berkarakter bapang, 2 penari alus berkarakter kinantang. sumber: warisanbudaya.kemendikbud.go.id
Beksan (Tari) Lawung merupakan seni tari klasik gaya Yogyakarta. Diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwano I. Tarian ini terinspirasi dari perlombaan watangan yang merupakan latihan ketangkasan berkuda dan memainkan tombak (sebuah tongkat panjang kurang lebih 3 m berujung tumpul, dan silang menyodok untuk menjatuhkan lawan) yang biasa dilakukan oleh Abdi Dalem Prajutrit pada masa lalu. Gerakan-gerakannya mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin. Dialog yang digunakan dalam tarian merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Dialog tersebut umumnya adalah perintah-perintah dalam satuan keprajuritan. Dialog yang digunakan merupakan campuran dari bahasa Madura, bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Ada lima peran dalam Beksan Lawung Ageng; jajar, lurah, botoh, ploncon, dan salaotho . Jajar terdiri dari empat penari, berperan sebagai prajurit muda yang penuh dengan semangat. Dalam struktur keprajuritan, jajar adalah pangkat paling rendah bagi seorang prajurit....