Bessing, adalah salah satu jenis senjata tajam yang terbuat dari besi/logam. Bila bessing terpasang pada sebuah/sebatang gagang yang terbuat dari kayu berukuran cukup panjang, sehingga peng gunaannya mirip dengan lembing (lihat gambar 1) Bentuk tombak seperti di atas ini dapat ditemukan pula di berbagai daerah lainnya dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Namun, kesamaan bentuk tidaklah berarti seluruh unsurnya pun sama. Perbedaan antara satu daerah dan daerah lain biasanya tercakup sama dalam hal arti simbolik. Bessing sebagai alat untuk menyerang lawan dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, bessing ditusukkan atau disodokkan ke badan lawan. Kedua bessing dilontarkan ke arah lawan sebagai mana halnya penggunaan lembing. Sawerigading (lihat tulisan Pananrangi Hamid: 1986), sedangkan bessing sebagai senjata sodok atau tusuk masih terjadi sampai zaman revolusi fisik untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan. Bahkan, senjata bessing tersebut masih...
Bessing Banranga, ialah tombak bercabang yang terbuat dari besi. Gagangnya terbuat dari kayu yang panjangnya sekitar 1 meter lebih (lihat gambar 2). Bes banranga termasuk salah satu jenis senjata yang digunakan, baik di dalam pertempuran maupun berburu binatang. Seperti halnya bessing (tombak bermata tunggal), maka bessing banranga (tombak bercabang) di daerah Bone juga diguna kan masyarakat untuk menyerang lawan, Cara penggunaannya pun dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dilontarkan dan di tusukkan ke badan lawan, sambil penyerang tetap memegang gagang senjata (bessing banranga)-nya. Pada zaman yang silam bessing banrangga digunakan untuk: berperang, berburu, serta menjaga keamanan raja dan keluarga nya di istana. Dewasa ini, dimana daerah Bone sudah termasuk dalam wilayah hukum Tepublik Indonesia, rakyat tidak lagi ikut dalam kegiatan pertempuran. Perburuan pun sudah langka, malah an raja dan istananya tidak lagi berfungsi seperti sediakala. Kon sekwensi logis daripadan...
Alameng, ialah senjata menyerupai kelewang, namun penggunaannya diletakkan (lihat gambar 3). Bentuk alameng ini dikenal hampir di seluruh wilayah pemu kiman suku Bugis. Hal ini tidak mengherankan karena sejak zaman yang silam alameng termasuk salah satu jenis senjata tradisional yang selalu digunakan dalam pertempuran. Alameng adalah salah satu jenis senjatra tradisional yang digunakan untuk menyerang lawan. Dalam hal ini, alameng sebagai senjata untuk menyerang, cara penggunaannya ialah menetakkan nya atau membacokkannya ke badan lawan. Senjata ini pun ter masuk salah satu alat perang di zaman dahulu kala. Namun, se karang tidak digunakan lagi untuk tujuan perang. Dalam konteks kehidupan budaya, selain untuk berperang alameng dianggap mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu: perdamaian/persahabatan, ekonomi, politik, religious dan lain sebagainya. Tujuan penggunaan alameng tersebut berkaitan dengan fungsi fungsinya sebagai alat yang dianggap mempunyai arti dan makna tertentu da...
Tappi’, adalah senjata tajam berupa keris yang terbuat dari besi. Senjata ini disebut pula "gajang”. Bentuk semakin ke ujung semakin kecil dan akhirnya meruncing (lihat gambar 4). Dari hasil studi kepustakaan dapat diketahui bahwa bentuk senjata tajam seperti ini terdapat hampir di seluruh kawasan kepu lauan Indonesia, meskipun motif/ragam hiasnya berbeda satu dan lainnya. Penggunaan tappi yang disebut keris ialah untuk menusuk lawan. Jelaslah, bahwa senjata tradisional jenis keris tersebut merupakan salah satu alat untuk membunuh lawan, baik dalam arena pertarungan perorangan maupun di dalam perang massal. Pada zaman dahulu hampir setiap orang di daerah Bone memiliki, menyimpan dan menggunakan keris sebagai senjata. Tappi’, mempunyai fungsi kekerabatan yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan jenis-jenis senjata tradisional lainnya. Keunikannya, karena tappi dapat berfungsi sebagai pengganti diri bagi pemiliknya. Hal ini, tercermin antara lain dala...
Kawali, ialah senjata tajam yang berupa badik. Senjata ini ter buat dari besi dengan ujung runcing. Badik terdapat pula di daerah Makassar dan Mandar, meskipun dengan nama yang agak berbeda. Bentuk badik di daerah Bone dapat dilihat pada gambar 5 di bawahini. Kawali (badik), adalah senjata tradisional orang Bugis yang mempunyai fungsi sosial kurang lebih sama dengan fungsi tappi’ (keris). Hanya terdapat sedikit perbedaan dalam hal lingkup peng gunaannya. Tappi’ pada layaknya digunakan oleh kaum bangsa wan, sedangkan kawali, atau badik digunakan oleh todeceng dan tosama. Selebihnya adalah sama dengan fungsi tappi’. Sumber: Buku Senjata Tradisional Sulawesi Selatan https://play.google.com/books/reader?id=hJ6KCgAAQBAJ&pg=GBS.PA37
Kanna, ialah senjata yang dipergunakan untuk membela diri dari serangan senjata lawan (perisai). Perisai ini telah dikenal di kalangan masyarakat Bugis sejak zaman kejayaan kerajaan-kerajaan lokal. Bahkan, dalam ceritera rakyat "Pau-Paunna Sawerigading”, kanna tersebut memang sudah digunakan, baik oleh Sawerigading dan lasykarnya dari Luwu maupun oleh lasykar kerajaan Cina yang berpusat di Latanete. Perisai yang disebut kanna adalah alat untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Kanna ini dapat melindungi bagian bagian tubuh dari serangan senjata apapun. Ini disebabkan karena cara pemakaian kanna hanya dipegang dengan sebuah tangan, sehingga dapat secara mudah digerakkan ke kanan, ke kiri, ke atas ataupun ke bawah, sesuai dengan perubahan arah serangan musuh. Pada masa sekarang kanna tidak digunakan lagi sebagai perisai maupun senjata tradisional. Sejalan dengan itu alat tersebut tidak diproduksi lagi. Kalaupun masih ada satu atau dua buah di daerah Bone, maka itu han...
Waju Rante, ialah baju besi yang biasanya digunakan sebagai pakaian berperang. Baju ini terbuat dari untaian cincin besi yang diakibatkan satu sama lain, sehingga tampak seperti rajutan (lihat gambar 6). Waju rante digunakan dengan tujuan untuk melindungi tubuh dari terjangan senjata lawan. Berbeda dengan Kanna yang hanya dipegang dengan sebelah tangan, maka waju rante dikenakan pada badan sebagaimana halnya mengenakan kemeja biasa. Pada masa sekarang waju rante jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Oleh karena itu cara yang paling mudah untuk meli hatnya adalah ke Museum Lagaligo Ujung Pandang. Waju rante mempunyai fungsi sosial yang kurang lebih sama dengan kanna, yaitu umumnya berfungsi sebagai pakaian perang bagi kaum bangsawan. Demikianlah, maka peninggalan waju rante yang masih dapat ditemukan sebagai warisan budaya masa lampau kebanyakan ditemukan dalam keluarga bangsawan. Bagi masya rakat Bugis di daerah Bone, waju rante bukan hanya semata-mata menyangkut keselamatan...
Pantu adalah senjata sejenis tongkat, kadangkala terbuat dari bahan kayu bulat, dengan bebatan besi pada bagian pangkalnya. Senjata ini digunakan sebagai alt untuk memukul ataupun me nyodok. Pantu" tidak ditemukan lagi saat ini. Kalau pun terdapat dalam masyarakat, maka itu tidak berfungsi lagi sebagai senjata. Tongkat yang disebut pantu digunakan sebagai senjata sodok atau pukul yang diarahkan ke bagian tubuh lawan. Pantu dapat saja digunakan ataupun disimpan tanpa memerlukan surat izin resmi dari pihak berwajib sebab tidak dikategorikan sebagai suatu jenis senjata. Namun demikian, masyarakat Bone tidak atau jarang menggunakan tongkat karena kurang efektif, kecuali sebagai alat penunjang tubuh bagi orang cacad (pincang) ataupun karena usia tua. Sumber: Buku Senjata Tradisional Sulawesi Selatan https://play.google.com/books/reader?id=hJ6KCgAAQBAJ&pg=GBS.PA39
Tado', yaitu jerat tali yang biasa digunakan orang Bugis untuk menjerat binatang buruan. Bahannya adalah tali dengan cara penyimpulan sedemikian rupa, sehingga dapat bergerak secara oto matis apabila tersentuh oleh binatang buruan. Pada gambar 7a; 7b, dan 7c di bawah ini dapat dilihat bentuk jerat tali di daerah Bone. Penggunaan tado” pada zaman silam adalah untuk menangkap binatang buruan seperti rusa, babi, sapi dan kerbau liar. Kadang kala tado digunakan pula untuk menjerat kuda liar ataupun kuda peliharaan manakala sewaktu-waktu lepas dari kandangnya. Selain tado”, dalam hal menangkap binatang, masyarakat Bugis di daerah Bone menggunakan pula senjata berupa sio' (jerat). Dalam hal ini, digunakan untuk menangkap jenis unggas, misalnya ayam hutan, balam, unggas, dan lain sebagainya. Dewasa ini jerat sudah jarang digunakan, sedangkan sio seringkali masih dilakukan di wilayah pedesaan. Sumber: Buku Senjata Tradisional Sulawesi Selatan https://play.goo...