Senjata dan Alat Perang
Senjata dan Alat Perang
Senjata Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
Alameng
- 21 Juli 2018

Alameng, ialah senjata menyerupai kelewang, namun penggunaannya diletakkan (lihat gambar 3). Bentuk alameng ini dikenal hampir di seluruh wilayah pemu kiman suku Bugis. Hal ini tidak mengherankan karena sejak zaman yang silam alameng termasuk salah satu jenis senjata tradisional yang selalu digunakan dalam pertempuran.

Alameng adalah salah satu jenis senjatra tradisional yang digunakan untuk menyerang lawan. Dalam hal ini, alameng sebagai senjata untuk menyerang, cara penggunaannya ialah menetakkan nya atau membacokkannya ke badan lawan. Senjata ini pun ter masuk salah satu alat perang di zaman dahulu kala. Namun, se karang tidak digunakan lagi untuk tujuan perang. Dalam konteks kehidupan budaya, selain untuk berperang alameng dianggap mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu: perdamaian/persahabatan, ekonomi, politik, religious dan lain sebagainya. Tujuan penggunaan alameng tersebut berkaitan dengan fungsi fungsinya sebagai alat yang dianggap mempunyai arti dan makna tertentu dalam menjawab tantangan alam bagi masyarakat pen dukungnya. Mengenai hal ini akan diuraikan secara lebih mende tail pada subbab lain.

Alameng adalah salah satu jenis senjata tradisional yang tidak diproduksi lagi. Banyak anggota masyarakat di daerah Bone tidak pernah mengenal, bahkan tidak mengetahui senjata seperti itu. Fungsi-fungsi kekerabatan alameng hampir seluruhnya sama de ngan tappi maupun kawali. Senjata jenis ini menjadi barang pu saka turun-temurun. Itulah sebabnya, maka sampai kini masih ada sebagian kecil anggota masyarakat Bone yang menyimpan dan memilikinya. Alameng yang terkenal dalam daerah Bone ialah milik kerajaan Awang Pone yang disebut "Lateariduni” Latar belakang penamaan alameng mengandung mitos, yaitu bahwa pada saat raja Awang Pone menjelang masa wafatnya, beliau berpesan agar alameng miliknya itu dikuburkan bersama tubuhnya jika ia wafat. Pesan itu kemudian dilakukan oleh pu teranya. Namun setelah tiga hari sesudah penguburannya, ter nyata alameng pusaka itu timbul kembali ke atas pusara. Hal itu disampaikan kepada raja Bone. Mendengarkan laporan perihal alameng yang aneh itu bersabdalah raja Bone ”Teyaitu Bakke. Tella'ni Lateariduni. Nigi-nigi tappi'i LAMAKKA WE napaddu wanngi LATEARIDUNI iyanatu Arung ri Bone”. Maksudnya, ia (alameng itu) rupanya tidak sudi menjadi bangkai. Namakanlah ia Lateariduni tidak sudi dikuburkan). Siapapun yang membawa (menyelipkan di pinggang) Lamakkawe bersama Lateariduni, maka dialah Baginda raja yang dipertuan agung di Bone. Jelaslah bahwa alameng mempunyai fungsi kekerabatan ter masuk fungsi kepemimpinan dalam negeri.

Jenis-jenis alameng:

1) Alameng yang bilahnya terdapat bulatan dan berjalin dengan uratnya adalah ideal untuk pembela diri. Siapa pun yang mem bawanya tidak akan menjadi korban kedengkian; tepatnya orang bersangkutan senantiasa aman sentosa.

2) Alameng yang urat besarnya berjalin dengan urat kecilnya merupakan pertanda tidak ideal untuk tujuan apapun juga.

3) Alameng yang tidak mempunyai urat jawi-jawi tidak dianggap ideal. Pemiliknya tidak akan mempunyai anak keturunan.

4) Alameng yang mempunyai bercak pada pangkalnya dan tidak terdapat pada bagian ujungnya, pertanda tidak ideal untuk tujuan keselamatan dan kesejahteraan. Pemiliknyapun berusia pendek.

5) Alameng yang terdapat bercak atau lilitan bulan di bagian pangkalnya adalah pertanda baik. Alameng ini disebut "Lauleng Tepu", maksudnya Sibulan purnama.

6) Alameng yang mempunyai pecahan di sekitar satu jari dari bagian pangkalnya pertanda ideal untuk tujuan apa saja.

7) Alameng yang mempunyai pecahan secara berhadap-hadapan adalah pertanda baik dan ideal untuk tujuan keselamatan. Bagi siapa saja yang membawa alameng seperti itu senantiasa akan beroleh keselamatan, kendatipun ia berada dalam kepungan dan keroyokan musuh.

8) Alameng yang mempunyai pecahan secara berhadap-hadapan adalah pertanda baik dan ideal untuk digunakan dalam pertem puran. Pemiliknya tidak akan gugur, walaupun pertempuran yang sedang berkecamuk dahsyat.

10) Alameng yang mempunyai bercak bundar pada bahagian te ngah dari bilahnya, pertanda baik untuk tujuan kesejahteraan. Pemilik tidak akan kekurangan apapun. Alameng ini disebut "Latemmade” (lihat gambar 16)

11) Alameng yang mempunyai tandalgutaran berbentuk S pada bagian pangkalnya disebut "Laboting-Cala". Alameng ini baik, untuk tujuan apapun. Pemiliknya tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam hidupnya (Gambar 17).

12) Alameng yang mempunyai tiga guratan dari bahagian ujung sampai ke bahagian pangkal (lihat gambar 18) disebut "Lamal linrung Mpulu”. Alameng ini baik untuk tujuan apapun yang diusahakan pemiliknya.

13)Alameng yang mempunyai bercak melingkar pada bahagian dekat hulu (Gambar 19) disebut ”Latenridolong”, merupakan senjata yang baik untuk tujuan pertempuran. Pemiliknya tidak akan cidera dalam peperangan.

14) Alameng yang mempunyai garis melengkung dekat pangkalnya disebut ”LATENRILEKKE” (lihat gambar 20). Alameng ini termasuk senjata yang baik untuk tujuan perjalanan maupun penjaga kubu pertahanan.

15)Alameng yang mempunyai garis melintang pada bagian pang kalnya disebut ”LAPALUTTURI”. Alameng ini baik untuk menyerang lawan, baik dalam peperangan maupun pertarung an individual. Bentuk alameng tersebut dapat dilihat secara jelas pada gambar 21 di bawah ini.

16) Alameng yang disebut ”LASALAGA” seperti terlihat pada gambar 22, amat baik untuk tujuan pertanian. Pemiliknya tidak akan mengalami hambatan apapun, sehingga kehidupan nya cukup sejahtera. Lasalaga berarti sang lukuh, sehingga masyarakat Bugis di Bone mengganggapnya ideal untuk tujuan pertanian.

17) Alameng yang mempunyai guratan menyerupai simpulan di bagian pangkalnya, pertanda baik untuk tujuan pencaharian rezeki. Pemiliknya cepat kaya. Bentuk alameng ini dapat dilihat secara jelas pada gambar no. 23 di bawah ini.

18). Alameng yang pada bahagian pangkalnya terdapat lilitan bak bulan merupakan sejata yang sangat baik untuk tujuan penca harian hidup. Pemilik alameng ini bagaimanpun juga akan menjadi kaya, Bentuk alameng dimaksud dapat dilihat pada gambar No. 24 di bawah ini.

19) Alameng yang sepanjang sisinya mempunyai lilitan berbentuk setengah lingkaran, pertanda senjata yang baik untuk diguna kan bagi para petani. Lilitan ini dikenakan dalam istilah Bugis sebagai "rakkapeng", artinyai anai-anai. Itulah sebabnya maka dikonsepsikan sebagai senjata ideal untuk tujuan pertanian. Agar jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

20) Alameng yang bagian tajamnya, dekat pangkal terpotong, di samping terdapat lingkaran menyerupai mata burung di ujungnya adalah pertanda senjata yang baik untuk tujuan penataan masa depan. Alameng seperti ini dapat dilihat ben tuknya pada gambar No. 26.

21 )Alameng yang mempunyai garis bersambung menyerupai spiral, mulai dari bagian pangkal sampai ke ujung disebut ”LATEA COCCO TORIMUNRINNA” ,adalah senjata yang baik untuk tujuan kesejahteraan. Keturunan orang yang memiliki alameng seperti ini tidak akan menderita di kemu dian hari (Gambar 27)

22) Alameng seperti terlihat dalam gambar No. 22 di bawah ini termasuk jenis alameng yang tidak baik untuk tujuan penataan kehidupan. Pemilik alameng tersebut niscaya pendek usia.

23) Alameng seperti terlihat dalam gambar di bawah ini termasuk salah satu jenis alameng yang tidak baik untuk tujuan apa pun. Pemiliknya senantiasa dirundung duka.

24) Alameng yang terlihat pada gambar di bawah ini juga tidak untuk tujuan apapun saja. Karena itu orang Bugis mengonsep sikannya sebagai senjata yang tidak ideal.

 

Sumber: Buku Senjata Tradisional Sulawesi Selatan

https://play.google.com/books/reader?id=hJ6KCgAAQBAJ&pg=GBS.PA35

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline