Ciung dalam bahasa Sunda adalah sejenis Burung Beo. Kujang Ciung pada umumnya memiliki tinggi 25 cm dan lebar 5 cm. Struktur anatomisnya lengkap: congo (atas), beuteung (tengah), dan mentuk/paksi (bawah). Kujang jenis paling banyak ditemui dengan variasi paling banyak di bagian atasnya (congo), yaitu variasi arah vertikal (nyungcung), diaginal. dan mengarah ke belakang (mungkur). Kujang Ciung rata-rata memiliki elemen jaladra (berbentuk seperti gerigi yang cembung dan tajam) pada bagian eluk (punggung). 2 karakteristik pamor pada balahnya yaitu Salur dang Ngarambut (atau Menyerat). Kujang Ciung rata-rata memiliki lubang antara 3-5 buah. Posisi lubang tersebut ada yang sejajar terutama pada panengen (bilah bagian kanan) dan satu buah pada pangiwa (bagian kiri). Secara umum, masyarakat mengenal bentuk Kujang khas Sunda yang berasosiasi pada bentuk Kujang Ciung. Kujang Ciung bisa merupakan representasi seluruh perupaan Kujang. Lambang Provinsi Jawa Barat juga menggunakan bentuk Kuj...
Sesuai namanya, Kujang ini merupakan representasi bentuk mitologi Burung Garuda. Burung yang dianggap raja segala bangsa burung. Mitologi ini bisa ditemui di kisah Wayang, antara lain tokoh Sempati di Wayang Purwa dan Jatayu di Ramayana. Kujang ini termasuk Kujang yang langka. Kujang Garuda memiliki pamor yang Menyerat atau Ngarambut. Dan jumlah lubangnya berkisar antara 3-5 buah.
Sesuai namanya, Kujang ini memiliki perupaan yang menyerupai Wayang (lebih ke Wayang Kulit). Terkait falsafah hidup orang Sunda: "Hirup Darma Wawayangan Bae", merupakan profil manusia Sunda yang patauh terhadap ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan takdir dipercayai sebagai sesuatu yang mutlak. Kujang ini memiliki ragam bentuk, detail, dan ukuran. Struktur atau anatominya tidak dapat disimpulkan dengan mudah. Kujang ini memiliki variasi ukuran antara 15-50 cm.
Sesuai namanya, Kujang ini memiliki perupaan yang menyerupai Wayang (lebih ke Wayang Kulit). Terkait falsafah hidup orang Sunda: "Hirup Darma Wawayangan Bae", merupakan profil manusia Sunda yang patauh terhadap ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan takdir dipercayai sebagai sesuatu yang mutlak. Kujang ini memiliki ragam bentuk, detail, dan ukuran. Struktur atau anatominya tidak dapat disimpulkan dengan mudah. Kujang ini memiliki variasi ukuran antara 15-50 cm.
Merupakan Kereta Kencana Kesultanan Cirebon, bentuk kereta memadukan 3 unsur binatang yakni: Paksi = Burung, Naga = Ular, dan Liman = Gajah. Badan kereta sebagai tempat duduk penunggangnya berbentuk badan gajah. Sisi kiri dan kanannya dihiasi sayap burung garuda, dibagian ekor, dan leher, naga sedangkan profil wajah mencerminkan naga dan gajah. Pada leher tertera angka tahun dalam huruf Jawa 1530 Saka ( 1608 M ). Diperkirakan dibuat pada Masa pemerintahan Panembahan Ratu. Dianggap juga sebagai perpaduan 3 budaya besar, yaitu: Paksi (Burung) asal Timur Tengah (Islam), Naga (Ular) asal Cina (Konghucu) dan Liman (Gajah) asal India (Hindu). Perwujudan kereta ini juga dianggap mewakili makna-makna khusus. Paksi atau burung melambangkan alam atas atau langit. Naga menjadi lambang kekuatan alam bawah atau air. Sedangakan Liman atau gajah melambangkan alam tengah atau bumi. Belalai gajah yang erat melibat trisula membawa pesan bahwa raja/sultan harus memiliki cipta, rasa dan karsa setajam...
Patrem Lurus merupakan keris yang berukuran lebih kecil dari keris pada umumnya. Patrem biasanya disembunyikan sang pemiliki disuatu tempat yang mudah diraih sehingga ketika senjata utama dari sang pemilik jatuh saat medan perang, sang pemilik bisa langsung meraih Patrem untuk melanjutkan pertempuran. secara sepintas perbedaan Patrem dan keris hanya dari ukurannya saja. Menurut Museum Sono Budoyo Patrem pertama dibuat pada bada ke 10-12 di kerajaan Pajajaran pada pemerintahan Prabu Banjaransari. Bagi anda yang ingin melihat rupa dari Patrem, anda bisa mengunjungi museum Sono Budoyo di Yogyakarta.
Fungsi Kudi hampir sama dengan parang. perebedaanya dengan parang adalah, Kudi termasuk senjata jenis tombak dengan tangkai pendek. konon senjata Kujang merupakan pengembangan dari Kudi. hal tersebut terjadi karena Kujang berasal dari kata Kudi Hyang yang berarti kudi milik dewa. pembuatan kudi dengan cara ditempa.
Kujang adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat. Bentuknya hampir sama dengan kerambit. Di bagian badan tajamnya terdapat lubang yang berjumlah sekitar 1-5, fungsinya adalah sebagai hiasan.
Senjata Tradisional Jawa Barat Kujang adalah alat untuk keperluan bercocok taman dihuma, minyak untuk nyacar dan ngored. Alat ini di daerah sunda yang lain dinamakan “arit”. Kujang dibuat dari bahan besi dan baja yang ditempa. Alat ini disebut dengan kujang karena berbentuk mirip kujang senjata khas pajajaran dan kini sekarang menjadi symbol jawa barat. Istilah kujang ditujukan untuk bentuk seperti kujang dengan bagian bawah seperti golok, alat ini sering diunakan oleh masyarakat Baduy Dalam. Sedangkan bagi masyarakat Baduy Luar biasanya menggunakan istilah “Kored” (alat untuk pekerjaan ngored/ membersihkan rumput di Huma). (Sumber: http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/kesenian-masyarakat-baduy.html)