Tiwah adalah upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah, khususnya dayak pedalaman penganut agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga dayak. Tiwah bagi suku dayak sebagai prosesi untuk melepas rutas atau kesialan bagi keluarga almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa dan juga bertujuan untuk melepas ikatan status janda atau duda bagi pasangan yang telah berkeluarga di mana, secara adat, mereka diperkenankan untuk menentukan pasangan hidup selanjutnya ataupun tetap memilih untuk tidak menikah lagi. Ritual Tiwah merupakan prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad, yang diperkirakan hanya tinggal tulangnya saja, dari liang kubur menuju sandung dengan tujuan untuk melempangkan perjalanan roh atau arwah yang bersangkutan menuju Lewu Tatau (Surga dalam bahasa Sangiang) sehingga bisa hidup tenteram dan damai di alam Sa...
Di Kalimantan Tengah terdapat tradisi khusus yang dilakukan untuk orang yang sudah lama meninggal. Upacara Tiwah ini biasa dilakukan oleh suku Dayak untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke sebuah rumah yang disebut Sandung. Ritual ini bertujuan untuk meluruskan perjalanan arwah menuju Lewu Tatau atau surga. Selain itu ritual unik ini juga bertujuan untuk melepaskan kesialan bagi keluarga yang sudah ditinggalkan. Tiwah atau Tiwah Lale atau Magah Salumpuk Liau Uluh Matei ialah upacara sakral terbesar bagi suku Dayak Ngaju untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Dia Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan, Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau yang letaknya di langit ke tujuh
Pelek Rujin Pangawin adalah tata cara dan persyaratan yang ditempuh dalam beberapa kegiatan ritual perkawinan baik sebelum pelaksanaannya maupun disaat perkawinan itu dilaksanakan serta awal mulainya kehidupan berumah tangga termasuk didalamnya adanya Jalan Hadat yang harus dipenuhi oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dan keluarganya. Hak, kewajiban dan tanggung jawab perkawinan termuat dalam Pelek Rujin Pangawin yang artinya Pedoman Dasar Perkawinan. ( Nila Riwut, 2003:224 ). " Pelek Rujin Pangawin ije manjadi suntu awi RANYING HATALLA hajamban Raja Uju Hakanduang intu lewu Bukit Batu Nindan Tarung, akan uluh kalunen panakan Maharaja Bunu dapit jeha, tuntang jetuh kea ije manjadi tampara bukun uluh bawi tege Palaku tuntang Jalan Hadat. (Panaturan,30.33)" ARTINYA "Pelek Rujin Pangawin ini yang menjadi contoh dari RANYING HATALLA, melalui Raja Uju Hakanduang di Lewu Bukit Nindan Tarung untuk manusia turunan raja Bunu dan inilah yang menjadi awal perempuan ada Jal...
Upacara "Pakanan Sahur Lewu" Suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan satu dari lima macam upacara ritual besar khas Suku Dayak Kalteng. "Pakanan" berarti memberikan persembahan berupa sesajen kepada para leluhur atau orang-orang suci. "Sahur" diartikan sebagai leluhur atau dewa yang dipercaya menjaga kehidupan manusia, memberikan kesehatan, keselamatan, perdamaian, berkah dan anugerah bagi yang percaya kepada-Nya. "Lewu" sendiri dalam bahasa Indonesia adalah berarti kampung atau desa tempat bermukimnya suatu penduduk pada sebuah wilayah. Dengan demikian, Pakanan Sahur Lewu Dayak berarti memberikan sesajen kepada para leluhur atau para dewa yang melindungi warga desa atau kampung sebagai tanda terimakasih atas berkat dunia. Lewat ritual Pakanan Sahur Lewu Dayak ini diharapkan masyarakat luas dapat hidup tentram, rukun dan damai serta mendapatkan rejeki berlimpah dalam mengarungi hidup. Upacara ritual yang disebut Pakanan Sahur Lewu bagi Suku Dayak ini bi...
Istilah Manyanggar berasal dari kata "Sangga". Artinya adalah batasan atau rambu-rambu. Upacara Manyanggar Suku Dayak kemudian diartikan sebagai ritual yang dilakukan oleh manusia untuk membuat batas-batas berbagai aspek kehidupan dengan makhluk gaib yang tidak terlihat secara kasat mata. Ritual Dayak bernama Manyanggar ini ditradisikan oleh masyarakat Dayak karena mereka percaya bahwa dalam hidup di dunia, selain manusia juga hidup makhluk halus. Perlunya membuat rambu-rambu atau tapal batas dengan roh halus tersebut diharapkan agar keduanya tidak saling mengganggu alam kehidupan masing-masing serta sebagai ungkapan penghormatan terhadap batasan kehidupan makluk lain. Ritual Manyanggar biasanya digelar saat manusia ingin membuka lahan baru untuk pertanian,mendirikan bangunan untuk tempat tinggal atau sebelum dilangsungkannya kegiatan masyarakat dalam skala besar. Melalui Upacara Ritual Manyanggar, apabila lokasi yang akan digu...
Adalah ritual tradisional yang digelar setelah panen ladang atau sawah. Upacara Suku Dayak bernama Pakanan Batu ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada peralatan yang dipakai saat bercocok tanam sejak membersihkan lahan hingga menuai hasil panen. Benda atau barang dituakan dalam ritual dayak ini adalah batu. Benda ini dianggap sebagai sumber energi, yaitu menajamkan alat-alat yang digunakan untuk becocok tanam. Misalnya untuk mengasah parang, balayung, kapak, ani-ani atau benda dari besi lainnya. Selain memberikan kelancaran pekerjaan, bagi para pemakai peralatan bercocok tanam danberladang, batu dianggap pula telah memberikan perlindungan bagi si pengguna peralatan sehingga tidak luka atau mengalami musibah saat membuka lahan untuk becocok tanam. Sumber: http://hassaelkpz.blogspot.co.id/2013/01/lima-ritual-besar-suku-dayak-di-kalteng.html
Tawur dalam masyarakat Dayak Ngaju merupakan sebuah laku spiritual yang dilakukan oleh pemimpin adat dalam bentuk permohonan kepada sang pencipta. Dan karena permohonan atau doa ini dengan harapan dapat terkabulkan maka bahasa yang digunakan dalam ritual ini pun harus dengan menggunakan bahasa yang baku dan yang diyakini memiliki kekuatan tertentu. Maka dari itu bahasa yang digunakan adalah sebuah bahasa Dayak kuno yakni bahasa Sangen yang diyakini masyarakat setempat sebagai bahasa kesanghyangan (bahasa langit). Dengan bahasa yang baku dan memiliki kesakralan tertentu itulah maka diharapkan akan ada pemaknaan yang sama antara sang pemohon dan sang termohon yakni Tuhan selaku pengabul doa. Laku ritual tawur sendiri seperti makna etimologisnya yang berarti tabur atau menabur sesuatu maka pelaksanaannya pun tak jauh berbeda dengan makna etimologisnya yakni sebuah proses menabur sesuatu yang biasanya dengan media beras kuning yang dilakukan bers...
Ritual laluhan adalah sebuah antaran pemberian atau hadiah bagi warga Dayak Ngaju khususnya yang menganut agama Hindu Kaharingan ketika saudara atau tetangga kampung mereka akan melaksanakan salah satu upacara adat yang dilakukan pada saat Tiwah yakni upacara pengangkatan tulang belulang seseorang yang sudah meninggal dan dikubur, kemudian dipindahkan ke suatu bangunan kecil yang disebut sandung. Tujuan laluhan adalah meringankan beban keluarga atau kampung yang menyelenggarakan upacara tiwah. Pemberian yang diterima penyelenggara upacara tiwah akan dibayar pada saat si pemberi menyelenggarakan pesta yang sama. Upacara pengiriman laluhan itu sendiri menggunakan rakit atau perahu dengan berbagai hiasan janur yang dibentuk sedemikian rupa hingga terlihat begitu indah. Semua barang-barang yang akan diantarkan itu dimuat di dalam perahu. Di samping memuat barang bawaan yang nantinya akan diserahkan kepada yang akan melaksanakan u...
Ini adalah ritual pesta syukur masyrakat Dayak Siang karena hasil panen dan rejeki yang diterima selama satu tahun. Ngolunuk berarti mendirikan pohon lunuk (beringin) atau mendirikan “sangkai lunuk” ditengah-tengah rumah betang. Pada pohon ini akan digantungkan pelbagai buah-buahan, kerajinan tangan, kue-kuean sebagai simbol kebahagiaan nenek moyang dan pada akhir pesta semuanya ini akan dibagikan kepada para tamu yang datang. Sangkai lunuk inilah yang akan jadi pusat kegiatan baik itu ritual berupa “Balian Basi Siang” yaitu menyampaikan doa-doa suci dan persembahan kepada Tuhan Yang Kuasa atau disebut Mohotara Lobata, Dilang Sangumang, Suk Silik Ajuh Ompoi co nganduh nia tana danum. Juga sebagai tempat pusat kesenian tetarian berupa tari Horoliung lunuk, manasai, deder, tari turuk tuwo, tari cuhuk onyuh, tati karang alu dan tari manompak. Lunuk buahnya dapat dimakan oleh hampir semua mahluk hidup selain manusia. Bahkan mahluk-mahluk halus dan roh gai...