Pernah mendengar istilah pamali ? pastinya hampir seluruh masyarakat indonesia mengenal istilah tersebut. Nah, di daerah Bangka sendiri istilah pamali lebih dikenal dengan "kepunan"
Kata sepintu sedulang adalah semboyan dan motto masyarakat Bangka yang bermakna adanya persatuan dan kesatuan serta gotong royong. Ritual ini adalah satu kegiatan penduduk pulau Bangka pada waktu pesta kampung membawa dulang berisi makanan untuk dimakan tamu atau siapa saja di balai adat.
Buang Jong merupakan salah satu upacara tradisional yang secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat suku Sawang di Pulau Belitung. Suku Sawang adalah suku pelaut yang dulunya, selama ratusan tahun, menetap di lautan. Baru pada tahun 1985 suku Sawang menetap di daratan, dan hanya melaut jika ingin mencari hasil laut. Buang Jong dapat berarti membuang atau melepaskan perahu kecil (Jong) yang di dalamnya berisi sesajian dan ancak (replika kerangka rumah-rumahan yang melambangkan tempat tinggal). Tradisi Buang Jong biasanya dilakukan menjelang angin musim barat berhembus, yakni antara bulan Agustus—November. Pada bulan-bulan tersebut, angin dan ombak laut sangat ganas dan mengerikan. Gejala alam ini seakan mengingatkan masyarakat suku Sawang bahwa sudah waktunya untuk mengadakan persembahan kepada penguasa laut melalui upacara Buang Jong. Upacara ini sendiri bertujuan untuk memohon perlindungan agar terhindar dari bencana yang mungkin dapat menimpa mereka selam...
” REBO KASAN ” biasa orang Bangka Memanggilnya merupakan Upacara adat Tolak Bala / Tolak Kesialan ini disimbolkan dengan ‘ ketupat lepas ‘ dan ‘air wafa’ yang dilaksanakan secara turun temurun oleh penduduk desa Air Anyir, Kecamatan Merawang. Merupakan agenda tahunan setiap tanggal 24 safar (hijriyah). Upacara Adat Rebo Kasan adalah salah satu ritual masyarakat Melayu pesisir pantai di Kabupaten Bangka yang akulturasi dari nilai-nilai religius, mitos, dan legenda nenek moyang. Inti Upacara Rebo Kasan adalah Ritual Tolak Bala (musibah) sekaligus harapan para nelayan agar hasil tangkapannya melimpah. Masyarakat percaya bahwa pada hari Rabu di akhir bulan Shafar , Tuhan menurunkan bencana sejak terbit fajar hingga terbenam matahari sebanyak 32.000 bencana baik besar maupun kecil. Sehingga pada hari itu, manusia dianjurkan untuk melakukan doa bersama yang kemudian...
[caption caption="Upacara Nujuh Jerami - radarbangka.co.id"] [/caption]Nujuh Jerami atau nuju jerami ( Nujuh – Tujuh dan Jerami – Batang Padi) adalah upacara adat sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen padi (beras merah) dan permohonan atas perlindungan pada musim tanam berikutnya. Acara tahunan yang diselenggarakan oleh Suku Lom di beberapa dusun yaitu Dusun Air Abik - Desa Gunung Muda, Dusun Pejem - Desa Gunung Pelawan, dan Dusun Bukit Tulang-Desa Riding Panjang, berada di Kecamatan Belinyu - Kabupaten Bangka. Upacara ini sekaligus sebagai penanda musim panen telah berakhir. Peta Kecamatan Belinyu - alramadona.blog.ugm.ac.id images Perjalanan dari Pangkalpinang- Ibukota Provinsi Bangka Belitung, melewati Belinyu lalu terus ke Desa Pejem memerlukan jarak tempuh sekitar 117 km. Dengan jalan yang masih berupa tanah ketika akan ke Desa Pejem. Upacara ini diadakan pada tanggal 13, 14 dan 15 bulan ke- 3 penanggala...
Jika masyarakat Betawi memiliki tradisi palang pintu, masyarakat Belitung pun memiliki satu tradisi beradu pantun yang biasa disebut berebut lawang. Sama seperti palang pintu, dalam tradisi ini pihak perwakilan mempelai laki-laki harus berani beradu pantun dengan pihak mempelai wanita agar diberikan izin untuk memasuki rumah sang calon istri. Dalam berebut lawang, pihak mempelai laki-laki harus melewati tiga pos yang sudah dibuat oleh pihak wanita. Pertama, saat hendak memasuki halaman rumah sang mempelai wanita, perwakilan laki-laki sudah dihadang oleh wakil mempelai wanita. Di sini, beradu pantun sudah dimulai dan biasanya berisi pantun yang mengenalkan calon suami dan keluarganya ke pihak calon istri. Sukses melewati pos pertama, rombongan dihadang kembali di pos kedua tepat di depan pintu masuk rumah mempelai wanita. Sama seperti di pos pertama, di sini pihak perwakilan laki-laki kembali dihadang dan melancarkan pantun berisi ucapan salam kepada sang pemilik rumah....
Maras Taun merupakan tradisi asli Belitung sejak dahulu. Tradisi ini berupa tanda syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan laut. Maras Taun sendiri di ambil dari kata Maras dan Taun, maras memiliki arti memotong dan taun memiliki arti tahun. Kegiatan Maras Taun diawali dengan acara Menari oleh para petani atau nelayan diiringi dengan lagu Maras Taun. Setelah itu mereka mengadakan doa bersama yang dipimpin oleh seorang dukun kampong, lalu dukun kampong membakar sepotong garu atau kemenyan sambil berdoa dan memberkati dua lembar daun sakral yaitu daun ati-ati dan neruse. Setelah itu daun tersebut diberikan kepada warga untuk disebarkan di sekitar rumah dan perahu mereka sebagai simbol keberuntungan setelah itu diakhir kegiatan warga memperebutkan lepat yang dibuat oleh setiap warga, ini merupakan simbol dari kegembiraan warga atas hasil panen dan tangkapan ikan
Budaya Selikur adalah budaya yang hanya muncul pada bulan Ramadhan. Biasanya, budaya ini berlangsung selama satu minggu; dimulai dari malam puasa ramadhan yang ke-21 hingga malam takbiran. Budaya Selikur, pada awalnya, ditandai oleh lampu sulur, atau lampu minyak tanah tradisional, yang dipasang di halaman depan rumah warga. Biasanya, pada hari pertama, dipasang satu lampu. Kemudian, pada hari kedua, dipasang dua lampu, dan seterusnya hingga malam takbiran. Kebiasaan ini memeriahkan datangnya Hari Raya Idul Fitri dengan lampu-lampu yang meriah dan indah. Lampu-lampu tradisional tersebut dibuat menggunakan bahan yang bervariasi seperti bambu dan botol bekas. Budaya Selikur ditemani dengan permainan Bedil, yaitu meriam bambu yang dibuat sendiri. Permainan ini dimulai ketika waktu maghrib tiba. Selain itu, mulainya Selikur menandakan permulaan acara jual beli kue tanah. Kue tanah ini merupakan kue mainan yang dibentuk dari tanah liat, kemudian dibakar seperti kue y...
Budaya Selikur adalah budaya yang hanya muncul pada bulan Ramadhan. Biasanya, budaya ini berlangsung selama satu minggu; dimulai dari malam puasa ramadhan yang ke-21 hingga malam takbiran. Budaya Selikur, pada awalnya, ditandai oleh lampu sulur, atau lampu minyak tanah tradisional, yang dipasang di halaman depan rumah warga. Biasanya, pada hari pertama, dipasang satu lampu. Kemudian, pada hari kedua, dipasang dua lampu, dan seterusnya hingga malam takbiran. Kebiasaan ini memeriahkan datangnya Hari Raya Idul Fitri dengan lampu-lampu yang meriah dan indah. Lampu-lampu tradisional tersebut dibuat menggunakan bahan yang bervariasi seperti bambu dan botol bekas. Budaya Selikur ditemani dengan permainan Bedil, yaitu meriam bambu yang dibuat sendiri. Permainan ini dimulai ketika waktu maghrib tiba. Selain itu, mulainya Selikur menandakan permulaan acara jual beli kue tanah. Kue tanah ini merupakan kue mainan yang dibentuk dari tanah liat, kemudian dibakar seperti kue y...