×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Upacara Adat

Provinsi

Bangka Belitung

Upacara Adat Nujuh Jerami, Suku Lom/Mapur Bangka

Tanggal 28 Oct 2017 oleh Sifqa .

[caption caption="Upacara Nujuh Jerami - radarbangka.co.id"]

[/caption]Nujuh Jerami atau nuju jerami  ( Nujuh – Tujuh dan Jerami – Batang Padi) adalah upacara adat sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen padi (beras merah) dan permohonan atas perlindungan pada musim tanam berikutnya. Acara tahunan yang diselenggarakan oleh Suku Lom di beberapa dusun yaitu  Dusun Air Abik - Desa Gunung Muda,  Dusun Pejem - Desa Gunung Pelawan, dan Dusun Bukit Tulang-Desa  Riding Panjang, berada di Kecamatan Belinyu - Kabupaten Bangka. Upacara ini sekaligus sebagai penanda musim panen telah berakhir.

Peta Kecamatan Belinyu - alramadona.blog.ugm.ac.id images

Perjalanan dari Pangkalpinang- Ibukota Provinsi Bangka Belitung, melewati Belinyu lalu terus ke Desa Pejem memerlukan jarak tempuh sekitar 117 km. Dengan jalan yang masih berupa tanah ketika akan ke Desa Pejem.

Upacara ini diadakan pada tanggal 13, 14 dan 15 bulan ke-  3 penanggalan Imlek. Berdasarkan penanggalan Masehi, jatuh pada bulan April.  Penggunaan penanggalan Imlek, karena telah terjadi pembauran budaya antara Suku Lom Air Abik dengan orang Tionghoa Bangka.

Berawal dari upacara Sedekah Gebong atau Sedekah Kampong, sebagai rasa syukur masyarakat atas adanya tanaman padi di daratan dan ikan di lautan. Acara sedekah ini dilaksanakan 7 hari setelah panen padi dengan berkumpul dan makan bersama. Dari itulah oleh warga namanya berubah menjadi Nujuh Jerami.

Selayang Pandang Suku Lom

Suku Lom adalah kelompok masyarakat adat Bangka yang belum [1]  memeluk suatu agama[2]. Suku ini masih memegang teguh tradisi adat nenek moyang. Suku Lom berasal dari kelompok masyarakat orang darat dan orang laut pribumi Bangka. Berdasarkan pengelompokan peneliti Eropa , J. Van Den Bogaart dan Horsfield, penduduk Bangka dibagi menjadi  empat kelompok yaitu orang Tionghoa, Melayu, Darat atau Gunung dan Laut. Suku Lom dikenal juga dengan Suku Mapur. Karena tinggal juga di dekat sungai Mapur.

[caption caption="Rumah Orang Suku Lom - hananan.com"]

[/caption]Suku Lom berasal dari ras Wedoid (Vedoid). Dengan menggunakan bahasa Lom yang berbeda dengan Melayu atau Tiongkok. Oleh beberapa ahli bahasa, dibentuk suatu bahasa terpisah berdasarkan Peta Holle linguistik (1893) dan penelitian Salzner pada bahasa Indo-Pasifik (1960). Sebagai contoh bahasa Lom seperti Ika-mereka; Nen-ini; Maken air-minum; Ngeratak-tidak peduli , Nampik-dekat. Bu-nasi, dan Nidi-tidak ada.

Menurut seorang peneliti Norwegia, Olaf H. Smedal dalam buku berjudul “Preliminary Findings on a Non-Muslim Malay Group in Indonesia (1988)”, terdapat catatan anonim tahun 1862 yang menceritakan dua legenda asal usul suku lom:

-          Legenda pertama: sekitar abad ke-14 Masehi, sebuah kapal yang ditumpangi sekelompok orang dari Vietnam terdampar dan rusak di pantai Tanjung Tuing, kecamatan Belinyu. Semua penumpang tewas, kecuali 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Ketiga orang ini menetap dan membuat perkampungan di daerah Gunung Pelawan, Belinyu.

-         Legenda kedua: suku Lom merupakan keturunan pasangan laki-laki dan perempuan yang muncul secara misterius dari Bukit Semidang di Belinyu setelah banjir besar surut.

Tradisi adat suku Lom diketahui lewat berbagai mitos, misteri dan legenda oleh masyarakat umum. Sehingga oleh sebagian masyarakat tidaklah mau memasuki  kawasan ini. Terdapat pesan kepada orang yang akan mengunjungi suku Lom,” Hati-hati masuk ke daerah suku Lom. Niat hati harus bersih dan tulus. Kalau hati kotor, nanti bisa kena celaka, bisa-bisa malah tidak bisa keluar lagi.” [3]

Batu Gendang - Laporan KKN Suku Lom-Dusun Pejem Images

Tabu bagi suku Lom untuk menceritakan berbagai kekuatan magis adat. Terdapat beberapa benda yang dipercayai memiliki kekuatan yaitu: Rumah Bubung Tujuh, Pare Akik, Batu Kakap, Batu Gendang dan Batu Sabak.[4]

Adat suku Lom dibangun dari keyakinan bahwa mereka dilahirkan dari alam semesta. Dengan gunung, hutan, sungai, bumi, langit dan hewan merupakan bagian dari alam semesta yang menyatu dengan nenek moyang, sehingga harus dihargai. Setiap perwujudan alam terdapat roh yang selalu menjaga dan mengawasi manusia. Akan menerima kutukan jika melanggar kekuatan alam. Keyakinan akan kutukan diperkuat oleh mantra seperti mantra jirat (menjaga ladang dari pencurian), mantra hipnotis ( agar orang mengakui kejahatan yang telah dilakukan) dan gendam ( kelanggengan pernikahan dan pemikat lawan jenis).

Beberapa keunikan adat yang masih dilaksanakan oleh suku Lom adalah mayat anggota suku yang telah meninggal dunia, tidak boleh diantar ke kuburan lewat pintu depan. Mayat dibawa lewat pintu belakang atau dengan menjebol dinding samping rumah. Diyakini orang yang telah meninggal telah pergi untuk selamanya dan tidak akan kembali lagi. Lain halnya jika Tetua Adat yang meninggal. Akan dibungkus dengan kulit kayu dengan proses pemakaman diiringi suara batok kelapa yang dipukul sembari membaca mantra diantaranya,” Adei Urang Beseak – (Ada Orang Besar dalam bahasa Indonesia) ”.

Wanita hamil dilarang duduk di tangga rumah. Karena tangga menjadi perlintasan roh-roh halus. Ini dapat mengakibatkan, roh halus masuk ke dalam kandungan, dan menggangu proses persalinan. Tradisi lainnya yaitu pantangan bersiul di ladang. Roh kehidupan yang memasuki tanaman yang baru tumbuh akan menghilang. Hal ini berakibat terjadi gagal panen.

Ada hal-hal yang  merupakan aturan tak tertulis yang berlaku di Suku Lom hingga saat ini. Jika kita meminta tanaman tebu kepada tuan rumah suku Lom dan telah dipersilahkan, janganlah terburu-buru mengambil tanaman tebu yang berada di depan halaman muka rumah. Hal ini berarti, bersedia menikahi perawan ataupun bujang yang  tinggal di rumah tersebut. Oleh karena itu, kita boleh mengambil tebu yang berada di luar halaman rumah seperti di kebun.

[caption caption="Sumpet - kerajinan.id"]

[/caption]Suku Lom memiliki tempat menyimpan nasi yang telah dimasak yaitu Sumpet. Sumpet adalah anyaman terbuat tanaman pucot (scirpus) yang tumbuh di rawa-rawa. Pucot direndam di air panas dan diangin-anginkan hingga kering. Setelah itu, dipipihkan dan dianyam menjadi sumpet. Jika nasi disimpan di sumpet, mampu tahan hingga 24 jam tanpa perlu dipanaskan kembali.

Beras merah yang dihasilkan oleh Suku Lom tidak boleh diperjualbelikan uang. Hanya boleh ditukar dengan barang (barter) kecuali dengan kain dan tembakau.

Suku Lom cenderung menghindari budaya asing yang bertentangan dengan tradisi. Sikap kritis terhadap dunia luar masih dipelihara. Dalam catatan sejarah, anggota suku Lom belum ada yang tersangkut masalah tindakan kriminal. Mereka diibaratkan sebagai bayi yang baru lahir, murni dan polos.

A.      Ritual Adat Nujuh Jerami yang diadakan di Dusun Air Abik – Desa Gunung Muda

1.       Persiapan acara

Satu bulan sebelum acara, dilakukan rapat pelaksanaan acara meliputi penentuan waktu pelaksanaan, pembentukan panitia, pembagian tugas, dan mengadakan kerjasama dengan sanggar kesenian . Tiga hari menjelang acara ritual adat, Ketua Adat akan mengelilingi Dusun Air Abik tanpa sepengetahuan  siapa-pun. Kegiatan ini dilakukan pada waktu tengah malam sebelum fajar. Bertujuan untuk memohon perlindungan kepada Haru Biru (Penunggu) agar pada saat acara tidak terjadi cingkok purak ( hal-hal yang tidak diinginkan) dan tidak pula mengganggu manusia.

Satu hari sebelum upacara, masyarakat akan melaksanakan kerja bakti untuk membersihkan balai adat dan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk ritual acara.

Peralatan ritual adat Nujuh Jerami:

a.       Peti berisi  lesung dan alu.

b.      Tikar sebagai alas untuk menumbuk

c.       Penampik padi untuk mengantisipasi padi tidak berhamburan waktu ditumbuk.

 

2. Pelaksanaan acara

Kegiatan arak-arakan dilakukan dari rumah ketua adat menuju balai adat. Acara diawali dengan pembukaan dan sambutan. Panitia turut membawa peralatan ritual seperti peti berisi lesung dan alu yang setahun sekali baru dikeluarkan.  Beberapa  prosesi upacara Nujuh Jerami:

a.       Menumbuk

Peti berisi Lesung dan Alu - forum.kompas.com images

Peti dibuka, lesung dan alu dikeluarkan perlahan-lahan.Dipercaya dijaga oleh penunggu atau wali lesung. Ketua adat akan berdoa memanjatkan rasa syukur atas kehidupan yang aman, tentram dan damai. Mampu berladang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lesung ditaruh di atas tikar, dengan sebelah kiri-kanan lesung disiapkan penampik padi untuk menjaga padi yang ditumbuk tidak berhamburan. Sejumlah padi dimasukkan ke dalam lesung.

-          Tumbukan alu pertama sebagai tanda salam kepada Segentar Bumi ( Penguasa Bumi) agar tidak marah kepada manusia.

-          Tumbukan kedua sebagai tanda salam kepada  Segentar Alam (Penguasa Alam) agar ritual dapat berjalan lancar.

-          Tumbukan ketiga sebagai salam kepada Segentar Angin (Penguasa Angin) dan Segentar Embun ( Penguasa Embun). Tersirat ungkapan terima kasih atas hasil panen yang telah diterima. Setelah selesai, alu diletakkan di sebelah kanan agar panen mendatang menjadi lancar.

b.      Pengambilan beras

Ketua adat akan mengambil beras yang di lesung dengan tangan kanan sebanyak 7 kali

c.       Pembagian beras

Beras yang telah diambil, dibagikan kepada warga yang berada di sekeliling ritual adat untuk memperoleh keberkahan.

d.      Berdoa

Untuk kesejahteraan masyarakat Dusun Air Abik, Ketua Adat akan memanjatkan doa kepada Sang Pencipta agar hasil panen menjadi berlimpah di tahun mendatang.

e.      Menyimpan lesung

Lesung dan alu dimasukkan kembali ke peti dan disimpan di tempat penyimpanan semula.

 

3. Penutup acara

Setelah acara ritual selesai, seluruh masyarakat akan melihat berbagai pertunjukan seperti pencak silat, berdambus, bedincak, becampak sebagai bentuk kegembiraan.

Peta Dusun Pejem - Laporan KKN Suku Lom Dusun Pejem Images

B.      Ritual Adat Nujuh Jerami yang diadakan di Dusun Pejem – Desa Gunung Pelawan

[caption caption="Rumah Adat - bangkanese.com"]


[/caption]Rumah adat dipersiapkan sebelum ritual. Berbentuk rumah panggung yang beratapkan rumbia dan dinding terbuat dari kulit pohon. Diisi dengan peralatan berladang seperti sabit, parang, kapak, pisau, cangkul, tungku perapian dan peralatan masak tradisional. Selain itu terdapat pula perlengkapan berupa:

1.       Lesung – wadah yang terbuat dari kayu dengan lubang sebagai tempat menumbuk padi.

2.       Alu – tongkat kayu penumbuk padi

3.       Batok kelapa – sebagai tempat penampung air.

4.       Julang  dan Suyak – wadah yang terbuat dari rotan sebagai penampung padi.

5.       Gong Kuningan yang telah berusia ratusan tahun.

[caption caption="Menumbuk Padi - bangka.tribunnews.com"]

[/caption]Upacara dimulai dengan menggotong lesung di depan rumah salah satu tokoh adat. Sebelumnya lesung  dialasi dengan daun terung asam, kemudian disembur dengan “bonglai – air yang telah dibacakan doa”. Sejumlah padi dimasukkan ke dalam lesung untuk ditumbuk sebanyak 7 kali. Dilanjutkan dengan ditampi sebanyak 7 kali untuk memisahkan butir padi dengan sekam.

[caption caption="Menampi - radarbangka.co.id"]

[/caption]Beras yang telah ditumbuk, disimpan di lanjong, dan dimasak di periuk yang ditutup daun terung asam. Ketika beras telah mulai mendidih, sekam ditebar di jalan depan rumah untuk mengusir makhluk-makhluk halus. Setelah nasi matang, diletakkan di timpak bersama telur rebus. Pertama,  nasi tersebut “disajikan” untuk Bereje (alat-alat bertani )dan tempat menyimpan padi. Sebagai bentuk penghargaan kepada siapa saja termasuk benda mati. Baru Ketua Adat memakan nasi tersebut, dilanjutkan dengan santap makan bersama.

Selain pertunjukan Dambus dan Tari Campuk terdapat pula pertunjukkan silat kampung dengan tembung (sejenis tongkat kayu) dan pedang kayu.

Silat kampung oleh suku Lom hanya untuk kalangan sendiri dan berlatih di hutan pada saat bulan purnama.

[caption caption="Silat Kampung - bangkanese.com"]

[/caption]Seluruh warga secara bersama-sama membuat aneka ragam kue, lauk pauk, nasi merah dan minuman untuk dihidangkan kepada tamu yang datang. Penduduk dari kampung yang berdekatan juga turut merayakan upacara adat Nujuh Jerami.

Pemerintah daerah- pun mendukung upacara adat untuk meningkatkan rasa cinta generasi muda terhadap budaya daerah dan rasa kebersamaan antar masyarakat.

Upacara Adat Nujuh Jerami sebagai Warisan Budaya Tak Benda 2015

Pengertian Warisan Budaya Tak Benda

Menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB  (UNESCO) mengenal Warisan Dunia menjadi Warisan Alam dan Warisan Budaya Dunia.

Warisan Budaya Dunia adalah kawasan yang memiliki nilai universal luar biasa dan mempunyai pengaruh sangat penting terhadap budaya yang berada dalam suatu wilayah negara. Dan Indonesia telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia.

Warisan Budaya dibagi lagi menjadi Bendawi dan Tak Benda. Warisan Budaya Bendawi adalah hal-hal yang dapat disentuh dan dipakai.

Sedangkan Warisan Budaya Tak Benda yang mengacu pada definisi Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage; UNESCO tahun 2003, pasal 2 ayat 1 yaitu meliputi segala praktek, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan serta alat-alat benda ( alamiah), artefak dan ruang-ruang budaya terkait dengannya yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok, dan dalam hal tertentu perseorangan sebagai bagian warisan budaya mereka.

Warisan Budaya Tak Benda ini, yang diwariskan dari generasi ke generasi, senantiasa diciptakan kembali oleh berbagai komunitas dan kelompok sebagai tanggapan mereka terhadap lingkungannya, interaksinya dengan alam, serta sejarahnya, dan memberikan mereka rasa jati diri dan keberlanjutan untuk memajukan penghormatan keanekaragaman budaya dan daya cipta insani.

Warisan Budaya Tak Benda melingkupi bidang-bidang seperti:

1.       Tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa,

2.       Seni pertunjukan,

3.       Adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan-perayaan,

4.       Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta,

5.       Kemahiran kerajinan tradisional.

 

13 warisan Indonesia yang telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia yaitu:

A.      Kategori Warisan Alam:

1.       Taman Nasional Ujung Kulon, Banten (1991)

2.       Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggar Timur (1991)

3.       Taman Nasional Lorentz, Papua (1999)

4.       Hutan Tropis Sumatera mencakup Taman Nasional Gunung Leuser, Kerinci Seblat, dan Bukit Barisan (2004)

 

B.      Kategori Warisan Budaya Bendawi:

1.       Candi Borobudur, Jawa Tengah (1991)

2.       Candi Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta (1991)

3.       Situs Manusia Purba Sangiran (2004)

 

C.      Kategori Warisan Budaya Tak Benda:

1.       Wayang Kulit (2003)

2.       Keris (2005)

3.       Batik (2009)

4.       Angklung (2010)

5.       Tari Saman (2011)

6.       Subak (2012)

 

Sebelum masuk dalam kategori Warisan Dunia UNESCO, pemerintah Indonesia harus menetapkan terlebih dahulu Warisan Budaya Indonesia.

Oleh karena itu, Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut melalui Peraturan Presiden No.78 Tahun 2007 tentang pengesahan konvensi perlindungan warisan budaya tak benda. Total telah 294 warisan budaya tak benda ditetapkan hingga tahun 2015.

Pemerintah telah membuat konsep untuk memelihara Warisan Budaya Tak Benda. Dimana pengelolaan warisan tersebut menjadi tanggung jawab bersama diantara pemerintah pusat, daerah dan seluruh elemen masyarakat dibawah kewenangan Kemendikbud. Meliputi perlindungan, pengembangan, pemasaran, investasi dan bisnis, serta pemberdayaan masyarakat.

Tahun 2015, upacara adat Nujuh Jerami turut ditetapkan sebagai salah satu dari 121 Warisan Budaya Tak Benda 2015 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Upacara adat Nujuh Jerami-pun telah menjadi salah satu agenda pariwisata budaya oleh Disbudpar Bangka.

Menilik salah satu ajaran Soekarno, yaitu “Berkepribadian dalam Kebudayaan”, marilah terus kita pelihara warisan budaya Nujuh Jerami dengan terus menghidupinya…(Vau-G/ www.bapang007.blogspot.com )

http://ttps://www.kompasiana.com/.../upacara-adat-nujuh-jerami-suku-lom-mapur-bangka...

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...