Tradisi Marhaban / Marhaba. Seni Marhaban atau Marhaba adalah seni sahut-menyahut dengan suara melengking-lengking/nada tinggi atau oleh masyarakat setempat disebut Beluk. Mereka saling sahut-sahutan mengikuti juru baca pupuh / wawacan Syeh Abdul Qodir Zailani. Umumnya terdiri dari bapak-bapak dan anak muda. Seni ini tidak diiringi alat musik hanya nyanyian dan saling sahut-menyahut dengan beluk. Tradisi Marhaba umumnya dilaksanakan ketika malam tujuh bulanan atau yang berhubungan dengan kelahiran bayi. Tujuannya yaitu mendoakan agar sang bayi bisa lahir dengan lancar dan agar dikarunia anak yang sholeh dan patuh terhadap agama dan orang tua. Selain itu acara ini juga dimaksudkan untuk rasa syukur mereka kepada Allah SWT atas bayi yang sedang dikandungnya. Kontributor Website : http://kampung-seni-yudha-asri.blogspot.com
Ruwatan merupakan salah satu acara / ritual yang bertujuan untuk membersihkan diri dari Sukerto ( masalah bawaan sejak lahir atau APES ).
appanretasi adalah suatu istilah dari kegiatan pesta pantai (pesta laut) masyarakat suku Bugis yang berada di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Asal katanya, bahasa bugi, Ma'ppanre yang berarti memberi makan dan Tasi yang berarti laut. Terlepas dari pro kontra penilaian dari sudut pandang relegius, tradisi ini tiap tahunnya biasa digelar di pantai Pagatan yang merupakan manifestasi rasa syukur dari masyarakat terhadap rezeki yang mereka dapatkan dari laut sebagai sumber mata pencaharian pokok masyarakat. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada bulan April minggu ke tiga tiap tahunnya, di mana pada peringatan tahun lalu Bapak Wakil Presiden Muhammad Yusuf Kala juga berkesempatan hadir dalam kegiatan tersebut. Ritual Mappanretasi salah satunya ditandai dengan melepaskan beberapa sajian terbaik di laut lepas yang di antaranya berupa potongan kepala hewan ternak baik berupa kerbau, sapi, kambing dan juga ayam. Secara historik pada fase-fase awal kegiatan ini binatang yan...
Tradisi perhelatan pernikahan menurut adat Minangkabau lazimnya melalui sejumlah prosesi yang hingga kini masih dijunjung tinggi untuk dilaksanakan serta melibatkan keluarga besar kedua calon mempelai, terutama dari keluarga pihak wanita. Berikut beberapa tradisi dan upacara adat yang biasa dilakukan baik sebelum maupun setelah acara pernikahan: 1. Maresek Maresek merupakan penjajakan pertama sebagai permulaan dari rangkaian tatacara pelaksanaan pernikahan. Sesuai dengan sistem kekerabatan di Minangkabau, pihak keluarga wanita mendatangi pihak keluarga pria. Lazimnya pihak keluarga yang datang membawa buah tangan berupa kue atau buah-buahan sesuai dengan sopan santun budaya timur. Pada awalnya beberapa wanita yang berpengalaman diutus untuk mencari tahu apakah pemuda yang dituju berminat untuk menikah dan cocok dengan si gadis. Prosesi bisa berlangsung beberapa kali perundingan sampai tercapai sebuah kesepakatan dari kedua belah pihak keluarga. 2. Meminang dan Bertukar T...
Konon, ritual dan tradisi adat pernikahan Palembang merupakan salah satu simbol yang mencerminkan keagungan serta kejayaan dinasti raja-raja Sriwijaya berabad-abad silam. Kilau keemasan serta simbol kemewahan dan keagungan terlihat dari rangkaian upacara adat yang menyertakan sejumlah ornamen warna keemasan dan kain sutera, baik untuk perlengkapan prosesi lamaran, seserahan, hingga saat pernikahan. Gemerlap warna keemasan juga menjadi titik pusat keindahan busana mempelai berikut asesorisnya. Berikut beberapa ritual adat yang mengiringi acara pernikahan adat Palembang : 1. Madik Dalam tradisi madik keluarga calon mempelai pria berkunjung ke rumah calon mempelai wanita untuk berkenalan sekaligus melakukan observasi terhadap keadaan calon mempelai wanita dan keluarganya. Dalam tradisi ini biasanya calon mempelai pria mengutus orang kepercayaan dari kerabat ibu atau bapak calon mempelai pria yang dapat memberikan informasi yang akurat. Utusan tersebut datang berkunjung sambi...
Kalender bambu Batak yang terbuat dari sepasang tabung bambu diukir dari gambaran yang bergaya kalajengking besar, kadal, dan dua lipan . Kalender ini dibuat oleh orang Batak Danau Toba di Sumatra, Indonesia.
Ritual Nyobeng; Memandikan Tengkorak Manusia Hasil Mengayau Nyobeng dari berbagai referensi merupan sebuah ritual memandikan atau membersihkan tengkorak manusia hasil mengayau oleh nenek moyang. Ini dilakukan oleh suku Dayak Bidayuh, salah satu sub-suku Dayak di Kampung Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. MENGAYAU adalah memenggal kepala manusia, dan tengkoraknya diawetkan. Sekarang, tradisi mengayau sudah tak dilakukan lagi. Upacara ini cukup mengharukan, dan berlangsung selama tiga hari. Mulai tanggal 15 hingga 17 Juni. Kegiatan utamanya yakni, memandikan tengkorak yang tersimpan dalam rumah adat. Sesuai aturan yang dipercaya secara turun temurun. Dimulai menyambut tamu di batas desa. Awalnya, ini dilakukan untuk menyambut anggota kelompok yang datang dari mengayau. Penyambut, mengenakan selempang kain merah dengan hiasan manik-manik dari gigi binatang. Dilengkapi dengan sumpit dan senapan lantak yang dibunyikan, ketika para tamu undangan...
UPACARA ADAT BUDAYA SUNDA (NUSANTARA - SABUANA) "NGERTAKEUN BUMI LAMBA" -mapag sasih kapitu suryakala- Ngertakeun bumi lamba, artinya Mensejahterakan Kehidupan Bumi Alam, seperti yang diamanatkan Sang Prabu Siliwangi 1482-1521M, dalam Sanghyang Siksa Kanda’ng Karesian. Upacara ini sebagai salah satu bentuk dari kearifan lokal masyarakat adat dalam berhubungan dengan alam yang mendesak manusia untuk mengubah sikapnya terhadap lingkungan, yaitu dengan berusaha kembali untuk lebih arif dalam memperlakukannya seperti yang telah dilakukan oleh leluhur sejak dulu. Upacara Ngertakeun Bumi Lamba adalah upacara untuk menjalankan pesan kasepuhan (orangtua adat) dari Kanekes, yang menitipkan 3 (tiga) Gunung, sebagai Pakualam (harus diperlakukan sebagai tempat suci yang penting bagi warga adat yang mengakui dirinya Urang Bandung), yaitu Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Wayang dan Gunung Gede sebagai tempat 'Kabuyutan' (sumber air, makanan atau juga leluhur). Inti upacara adala...
Kesultanan Yogya adalah pemerintahan tradisional yang berlokasi di Jawa Tengah. Dibentuk pada tahun 1755 saat Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua berdasarkan Perjanjian Giyanti: Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Daerah Teritorial YOgyakarta dibagi empat kelompok: 1. Keraton: daerah sekitar istana kerajaan yang menjadi residensi resmi Sultan 2. Nagari Yogyakarta: Ibu kota kerajaan 3. Negara Agung: Kawasan di luar Nagari Yogyakarta yang masih dikuasai oleh keluarga kerajaan 4. Mancanegara: kawasan luar Yogyakarta yang memiliki pemerintahan otonom. Birokrasi Kerajaan dapat digambarkan sebagai berikut: - Pemerintahan Pusat Sultan: penguasa di Yogyakarta dengan gelar Hamengku Buwono Patih Dalem: kementerian tertinggi dan duduk sebagai representasi Sultan sebagai kepala eksekutif dalam birokrasi Yogyakarta. Menteri Dalam Negeri: terdiri dari 4 departemen yang dipimipin oleh menteri kerajaan, disebut yaitu Kanayakan Keparak (Menteri Yayasa...