Ruwatan merupakan salah satu acara / ritual yang bertujuan untuk membersihkan diri dari Sukerto ( masalah bawaan sejak lahir atau APES ).
Di Jatinom setiap bulan Sapar dalam penanggalan Jawa atau Islam diadakan "SEBARAN APEM" atau Yaqowiyyu . Tradisi ini dilaksanakan pada hari Jumat di bulan Sapar yang berada di dekat masjid besar Jatinom. Orang Jatinom biasa menjadikan momen ini sebagai ajang bersilahturahmi ke sanak saudara, sehingga dapat dikatakan sebagai Lebarannya orang Jatinom. Pada saat itu, setiap rumah membuat kue apem, yang nantinya disajikan kepada tamu yang datang. Tradisi ini konon bermula dari cerita tentang Ki Ageng Gribig yang ingin memberikan kue apem kepada muridnya, tetapi jumlahnya hanya sedikit sehingga agar adil maka kue apem tersebut dilemparkan ke muridnya untuk dibagi. Dari Jatinom anda dapat melihat pemandangan gunung Merapi dan Merbabu yang sejajar. Di kecamatan Jatinom terdapat sumber mata air bawah tanah yang dingin dan jernih yang dapat digunakan untuk mandi. Selain itu Anda dapat melihat deretan gua yang letaknya di dekat sungai. Gua di sana tidak ada stalaktitnya. Biasanya gua te...
Budaya Jawa, China, dan Arab bertemu pada acara "Dugderan"½ Semarang, pawai yang menandai tepat satu hari sebelum Ramadhan, Minggu. Perpaduan tiga budaya tersebut terlihat dari sejumlah tarian dan busana dari para peserta pawai Dugderan yang dimulai dari Halaman Balai Kota Semarang Jalan Pemuda, Semarang. Acara pawai yang menyedot minat masyarakat itu, tidak hanya dimeriahkan tarian khas Kota Semarang, tetapi juga adanya aksi barongsai, rombongan sepeda "onthel"½, dan drumband dari Akpol setempat, kereta kencana yang dikendarai Wali Kota Semarang, prajurit berkuda, 80 warak ngendok, dan 80 bendi yang dikendarai para camat dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Sepanjang jalan dari kawasan Balai Kota Semarang Jalan Pemuda menuju tempat tujuan pertama pawai Masjid Kauman, sekitar Pasar Johar, dipenuhi masyarakat yang ingin menyaksikan pawai dari dekat. Pawai tidak hanya berhenti di Masjid Kauman, tetapi juga diteruskan ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). "...
Waisak adalah hari raya umat Budha untuk memperingati hari lahirnya Sidharta Gautama. Upacara keagamaan waisak dilaksanakan di Candi Mendut dan Candi Borobudur dan diikuti oleh Biksu Budha dari berbagai Negara dan umat Budha. Prosesi perayaan upacara waisak diawali dengan pengambilan air berkat dari mata air Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen di Kabupaten Grobogan. Keesokan harinya, setelah disemayamkan di Candi Mendut, air berkat dan api suci diarak sejauh kurang lebih tiga kilometer menuju Candi Borobudur. Selanjutnya, dilaksanakan ritual Pindapatta, yakni ritual pemberian dana makanan kepada para bhikku/ bhiksu oleh masyarakat. Pada malam hari diselenggarakan puncak perayaan waisak dengan mengikiti ritual detik demi detik bulan purnama. Kemudian ritual mengeliling Candi Borobudur sebanyak tiga kali atau Pradaksina sambil dibacakan Ghata Visaka Puja.
"...bahasa ku ora ilang" Bahasa banyumas yang menurut sejarah menjadi bahasa ibu dari bahasa jawa menjadikan satu kekuatan tersendiri yang tidak bisa hilang. Kemudian yang paling utama adalah kefasihan dari logat ynag keluar menjadi titik keunikan dari bahasa ini, dimana dengan seiring bergesernya geografis semakin lama semakin hilang, dan mereka yang tidak mengetahui jalannya sejarah bahasa ngapak dan bahasa Jawa, mereka akan menghina dan mengejeknya. Akan tetapi bagi yang faham sejarah, akan menghormati bagaimana keunggulan bahasa jawa nagpa, dan akhirnya saai ini muncul satu kalimat "ORA NGAPAK ORA KEPENAK" ( di Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Brebes, Tegal).
Upacara ritual grebek bebek ini rutin diselenggarakan setahun sekali pada setiap bulan Maulud itu, ditandai dengan kirab jajaran Pemerintahan Desa, gunungan hasil bumi, replika gunungan nasi, replika bebek dan masyarakat pembawa nasi tumpeng dan ingkung bebek serta berbagai kesenian tradisional. Tradisi tersebut diselenggarakan sebagai ungkapan rasya syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rejeki dan keselamatan yang telah diberikan selama ini, sehingga warga desa bisa hidup tentram dan sejahtera. Selain itu juga dimaksudkan untuk mengenang arwah Sayyid Abdurrahman dan para leluhur yang semasa hidupnya telah berjasa mengembangkan syiar Islam dan merintis usaha pertanian dan peternakan bebek sebagai andalan mata pencaharian kehidupan warga. Tradisi grebek budaya religi ini juga dimaksudkan sebagai upaya unuk melestarikan tradisi bud...
Deskripsi Grebeg Besar Demak merupakan sebuah acara budaya tradisional besar yang menjadi salah satu ciri khas Demak. Tradisi Grebeg Besar Demak ini berlangsung setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijah saat Idul Adha. Dimeriahkan dengan karnaval kirap budaya yang dimulai dari Pendopo Kabupaten Demak hingga ke Makam Sunan Kalijaga yang terletak di Desa Kadilangu, jaraknya sekitar 2 kilometer dari tempat mulai acara. Grebeg Besar merupakan upacara tradisional yang mempunyai nilai ritual keagamaan bagi warga masyarakat Kabupaten Demak untuk menyambut datangnya hari raya Lebaran Haji pada setiap tanggal 10 Zulhijah. Grebeg pertama kali diadakan untuk memperinghati hari jadi Mesjid Demak yang dibangun oleh Sunan Kalijogo bersama Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan Sunan Ampel dengan potongan-potongan kayu atau tata dalam tempo sehari. Pada waktu itu merupakan satu-satunya mesjid di Jawa. Sebelum peringatan dimulai diupayakankan bagaimana caranya untuk memancing kedat...
Nyadran berasal dari bahasa Sansekerta, Sraddha yang artinya keyakinan. Secara sederhana Nyadran adalah kegiatan bersih makam yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat Jawa yang umumnya tinggal di pedesaan. Tradisi ini sudah berlangsung sejak jaman Hindu-Budha sebelum masuknya ajaran Islam ke tanah Jawa. Dan sejak abad ke-15 para Sunan atau yang dikenal dengan sebutan Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dalam dakwahnya untuk menyebarkan ajaran Islam supaya mudah diterima. Nyadran bisa dipahami sebagai sebuah simbolisasi hubungan antara seseorang dengan leluhur, dengan sesama dan hubungan dengan Tuhan. Menurut Bapak Rakwin selaku sesepuh desa bahwa bentuk kegiatan upacara nyadran adalah berupa acara massal membersihkan makam dan mendoakan para pendahulu supaya mendapatkan ampunan dan keselamatan dari Tuhan.Nyadran yang saya temui merupakan nyadran yang berbeda dari masyrakat yang lain.Nyadran di sini adalah bukan hanya memberihkan...
Ruwatan merupakan Ritual adat jawa sebagai sarana untuk membebaskan atau mensucikan atas dosa dan kesalahan yang diperkirakan bisa berampak kesialan terhadap dirinya dalam menjalankan kehidupannya. Dalam cerita " wayang " dengan lakon Murwakala pada tradisi ruwatan di jawa ( jawa tengah) awalnya diperkirakan berkembang didalam cerita jawa kuno, yang isi pokoknya memuat masalah pensucian , yaitu pembebasan dewa yang telah ternoda, agar menjadi suci kembali, atau meruwat berarti: mengatasi atau menghindar i sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan/ritual dengan media wayang kulit yang mengambil tema/cerita Murwakala. Dalam tradisi jawa orang yang keberadaannya mengalami nandang sukerto/berada dalam dosa , maka untuk mensucikan kembali, perlu mengadakan ritual tersebut. Menurut ceriteranya, orang yang manandang sukerto ini, diyakini akan menjadi mangsanya Batara Kala . Tokoh ini adalah anak Batara Guru (dalam cerita wayang) yang lahir ka...