2.288 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Masjid Tua Katangka
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Sulawesi Selatan

  masjid katangka Masjid Al-Hilal  atau lebih dikenal dengan nama  Masjid Katangka  adalah salah satu masjid tertua di provinsi  Sulawesi Selatan ,  Indonesia . Dinamakan Masjid Katangka karena berlokasi di kelurahan  Katangka , kecamatan  Somba Opu ,  Kabupaten Gowa . Selain itu, masjid ini disebut Katangka, karena bahan baku dasar dari masjid tersebut diyakini diambil dari pohon Katangka. Sebuah prasasti menginformasikan bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1603, tetapi beberapa sejarawan meragukan informasi ini. Pendapat lain mengatakan bahwa masjid dibangun pada awal abad ke-18. Masjid Al Hilal Katangka dulunya merupakan masjid  Kerajaan Gowa . Letak masjid berada di sebelah utara kompleks makam  Sultan Hasanuddin . Lokasi makam yang diyakini sebagai tempat berdirinya Istana Tamalate, istana raja Gowa ketika itu. Sebuah jalan yang dikenal sebagai Batu Palantikang, me...

avatar
Rizki Azizah
Gambar Entri
Benteng Somba Opu
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Sulawesi Selatan

Benteng Somba Opu  adalah benteng peninggalan  Kesultanan Gowa  yang dibangun oleh Raja Gowa ke-9 Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna pada abad ke-16. Benteng ini terletak di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu,  Kecamatan Barombong ,  Kabupaten Gowa ,  Sulawesi Selatan . Pada masanya tempat ini pernah menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan dimana  rempah-rempah  yang diperjualbelikan untuk beberapa pedagang baik dari  Asia , sekitar  Indonesia  dan wilayah  Eropa . Sayangnya tempat yang sering dikunjungi oleh beberapa masyarakat lokal dan internasional ini telah dikuasai oleh  VOC  pada tahun  1669 , kemudian dihancurkan hingga terendam oleh ombak pasang. Pada tahun  1980 -an pun benteng ini ditemukan kembali oleh beberapa ilmuwan yang datang ke tempat itu. Pada tahun  1990  benteng ini telah direkonstruksi sehingga terlihat lebih baik...

avatar
Rizki Azizah
Gambar Entri
Monumen Korban 40.000 Jiwa
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Sulawesi Selatan

Monumen korban 40.000 jiwa merupakan salah satu obyek wisata sejarah Sulawesi Selatan. Monumen tersebut berdiri sebagai pengingat peristiwa tahun 1946 hingga tahun 1947 silam. Dimana pada saat itu menjadi lembaran kelam bagi masyarakat Sulawesi Selatan, sebanyak 40.000 orang tewas dibantai oleh pasukan belanda, yang dipimpin oleh Kapten Raymond Paul Piere Westerling dalam sebuah operasi penumpasan pemberontak. Monumen korban pembantaian 40.000 jiwa ini berada di wilayah yang asri dan tertata rapi. Dilahan tersebut berdiri beberapa bangunan seperti pendopo, monumen dan relief (gambar timbul) pada dinding-dindingnya. Serta salah satu sisi bangunan, berdiri salah satu patung yang tingginya sekitar empat meter. Patung tersebut menggambarkan seorang korban yang selamat dari pembantaian dengan kaki yang buntung serta tangannya menggunakan penyangga. Berdasarkan beberapa sumber informasi, jika disekitar monumen tersebut, aksi beringas pasukan Westerling dilakukan dengan menggu...

avatar
Rizki Azizah
Gambar Entri
Rumah Gajah Baliku
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Kalimantan Selatan

  sumber gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/80/Fasade_Gajah_Baliku_Teluk_Selong_Martapura.JPG/654px-Fasade_Gajah_Baliku_Teluk_Selong_Martapura.JPG   Rumah Ba'anjung Gajah Baliku adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar (disebut rumah Banjar ) di Kalimantan Selatan . Rumah adat Gajah Baliku ini pada zaman Kesultanan Banjar digunakan sebagai tempat tinggal Warit Raja, yaitu para keturunan garis utama/pertama atau bubuhan para gusti. Jadi rumah ini hanya dihuni oleh para calon pengganti Sultan jika terjadi sesuatu terhadap Sultan. Rumah Gajah Baliku mimiliki kemiripan dengan Rumah Bubungan Tinggi, tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada Ruang Paluaran (ruang tamu). Pada Rumah Bubungan Tinggi keadaan lantainya berjenjang, sedangkan pada Rumah Gajah Baliku keadaan lantai ruang Paluaran tidak berjenjang. Hal tersebut karena Rumah Bubungan Tinggi berfungsi sebagai bangunan kerat...

avatar
Maharani
Gambar Entri
Palimbangan
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Kalimantan Selatan

  Rumah Palimbangan ini mempunyai perbedaan dengan tipe lainnya antara lain pada bentuk atap dan ornamen ukiran yang dipakai. Ruang paluarannya beratap pelana dengan hiasan layang-layang di puncak gunungannya . Atap sindang langit untuk surambi juga diteruskan ke samping sehingga membentuk jurai ( jurai luar ). Atap ini bertemu atap sindang langit pada anjungnya . (1) Ciri-cirinya : Pada mulanya tubuh bangunan induk rumah adat Palimbangan ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan yang ditutupi dengan menggunakan atap pelana , sehingga terlihat tebar layar yang dalam bahasa Banjar disebut Tawing Layar . Atap pelana ini menutupi mulai ruang Surambi Pamedangan hingga ruang-ruang yang ada di belakangnya. Penampilan Rumah Palimbangan mirip dengan Rumah Balai Laki karena sama-sama beratap pelana, namun ukuran Rumah Palimbangan biasanya lebih besar daripada ukuran Rumah Balai Laki. Dalam perkembangannya kemudian b...

avatar
Maharani
Gambar Entri
Balai Laki
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Kalimantan Selatan

Rumah Ba'anjung tipe Balai Laki adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar (disebut rumah Banjar ) di Kalimantan Selatan . Rumah adat Banjar tipe ini dalam sejarah Banjar dikenal sebagai rumah hunian para Punggawa mantri dan para prajurit pengawal keamanan Kesultanan Banjar. [1] Bentuk atap pada bangunan depan/ rumah induk Rumah Ba'anjung Balai Laki memakai atap pelana . Dalam bahasa Indonesia, model atap pelana tersebut disebut atap gudang, sehingga sebutan untuk tipe rumah beratap pelana tersebut dalam bahasa Indonesia dinamakan Rumah Gudang . Atap pada sayap bangunan ( Anjung ) memakai atap sengkuap yang disebut atap Pisang Sasikat seperti pada rumah Bubungan Tinggi . Dalam bentuk umum Balai Laki sama dengan Palimbangan , tetapi dengan ukuran lebih kecil dan sama-sama menggunakan atap pelana dan diberi Sungkul Atap bertatah dan bisa memakai anjung namun berbeda bentuknya. Ruangan yang berturut-t...

avatar
Maharani
Gambar Entri
Balai Bini
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Kalimantan Selatan

Rumah Balai Bini adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan . Rumah adat tipe Balai Bini biasanya dimasa Kesultanan Banjar dihuni oleh para puteri Sultan atau warga Sultan dari pihak perempuan. [1] Rumah Balai Bini merupakan tempat tinggal para pengasuh. Pada Rumah Balai Bini, tubuh bangunan induk memakai atap perisai yang disebut Atap Gajah, sedangkan sayap bangunan ( anjung ) memakai atap sengkuap / lessenaardak yang disebut Atap Anjung Pisang Sasikat . Menurut Tim Muskala Depdikbud Kalsel yang pernah mengadakan penelitian Balai Bini menyatakan bahwa : Atap merupakan atap jurai (perisai) Atap sindang langit (sengkuap) di kedua anjung Pamedangan disambung dengan atap pisang sasikat (sengkuap) Pamedangan ditutup dengan Kandang Rasi Paluaran menggunakan tataban Jadi dapat diambil kesimpulan ciri-cirinya : Pada mulanya tubuh bangunan indu...

avatar
Maharani
Gambar Entri
Kandang Rasi
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Kalimantan Selatan

Kandang Rasi adalah pagar keliling ( railings ) serambi/ Pamedangan pada rumah tradisional suku Banjar ( rumah Banjar ) di Kalimantan Selatan . Pada ruang serambi/Pamedangan ini biasanya diberi pagar terdiri dari susunan papan berukir dengan ornamen yang indah. Motif yang digunakan biasanya berupa kembang bogam atau bentuk geometris . Pada rumah Melayu , Kandang Rasi disebut pagar susur . sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kandang_Rasi

avatar
Maharani
Gambar Entri
Taman Budaya Raden Saleh
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Jawa Tengah

Menyaksikan berbagai atraksi seni dan budaya menjadi kegiatan yang menyenangkan saat berwisata. Jika  liburan di Semarang  ada satu tempat yang menjadi pusat kegiatan dan pagelaran budaya. Yaitu di Taman Budaya Raden Saleh atau biasa disingkat TBRS di Jalan Sriwijaya No 29 Semarang. Keberadaan TBRS memang merupakan fasilitas yang disediakan pemerintah  Kota Semarang  untuk menghidupkan kebudayaan. Sehingga masyarakat bisa belajar dan memahami kebudayaan bangsa ini. Sedangkan nama TBRS berasal dari nama seorang pelukis terkenal asal Semarang, yaitu Raden Saleh Sjarif Boestaman (1807-1880). Memasuki kompleks TBRS yang memiliki luas lahan sekitar 89.926 m2 terasa teduh dengan pepohonan rindang, di dalamnya terdapat empat bangunan utama. Yakni Gedung Kesenian Ki Narto Sabdho, Kantor Pengelola TBRS, Gedung Serba Guna, dan Kantor Dewan Kesenian Semarang (Dekase). Selain itu, juga ada beberapa bangunan pendopo berbentuk joglo. Berbagai kegiatan dan...

avatar
Dignaay