Setiap Subak biasanya memiliki pura yang disebut Pura Ulun Carik atau Pura Bedugul , yang khusus dibangun oleh para petani untuk memuja Dewi Sri . Sistem pengairan ini diatur oleh seorang tokoh adat dan juga merupakan petani yang disebut dengan Kelian (Klian) yang mempunyai tugas untuk mengawasi dan mengelola subak. Untuk menjadi Kelian subak ini adalah sifatnya sosial, tidak mendapatkan gaji ataupun imbalan. Pembagian atau penyaluran air disesuaikan dengan keanggotaan petani di subak, ada anggota yang aktif dan pasif, keduanya mendapat pembagian air yang berbeda. Inilah dasar keadilan dimana distribusi air disesuaikan dengan kontribusi. --- Pura Ulun Carik adalah pura krama subak yaitu kelompok pura kahyangan khusus sebagai pura swagina oleh para petani anggotanya yang pusat induknya di Pura Ulun Danu Danau Bratan Bali. Pura Ulun Carik pada kutipan artikel Subak Bali dalam kebudayaan Indonesia, pura yang khusus dibangun...
Pura Ulun Danu Batur (juga dikenal sebagai "Pura Ulun Danu," Pura Batur "atau" Pura Bat ") adalah candi terpenting kedua di Bali di Indonesia, setelah Pura Besakih. Dibangun pada tahun 1926, kuil ini didedikasikan untuk Dewi Danu, dewi danau dan sungai. "Ulun Danu" secara harfiah diterjemahkan sebagai "kepala danau". Awalnya, Pura Batur dan desa Batur terletak di kaldera di kaki Gunung Batur, sebuah gunung berapi yang aktif. Letusan dahsyat pada tahun 1926 menghancurkan desa dan kuil, kecuali kuil terpenting, meru yang dipersembahkan 11 tingkat yang dipersembahkan kepada Dewi Danu. Penduduk desa pindah ke tepi kaldera tertinggi dan tertua, di mana mereka membangun kembali desa dan kuil mereka. Candi Hindu ini dibangun pada abad ke-17 untuk menghormati dewi danau Dewi Danu, yang menandai pentingnya Danau Batur (Danau Batur) sebagai sumber air utama di Bali. Sejarah candi berawal dari kerajaan Mengwi saat itu. Kuil meru 11-storie di sini didedikasikan untuk Siwa dan...
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Lanskap_kultur_Provinsi_Bali
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Lanskap_kultur_Provinsi_Bali
Pura Ulunswi / Pura Ulun Empelan Pura ini berkaitan erat dengan sawah khususnya dan subak pada umumnya. Pura Ulunswi disebut juga Pura Ulun Empelan adalah tempat pemujaan Dewa Wisnu atau Dewi Gangga, sebagai dewanya air, untuk memohon kesuburan dan keselamatan sawah. Karena tanpa adanya aliran air yang teratur, sudah tentu sawah tidak menghasilkan dengan baik. Bendungan atau Empelan itulah tempat menaikkan air sungai, sehingga dapat mengairi sawah yang ada di hilir. Oleh karena itu yang menjadi panyiwi dan pangemponnya, adalah krama subak yang menggunakan aliran air dari bendungan/empelan tersebut. Untuk menambah keyakinan kami kutipkan lontar, yang mengungkapkan tentang keberadaan Pura Ulunswi/Ulun Empelan, seperti : Dalam lontar Maharsi Markandya : …………. ring bukaning we dadi tinambak, wenya iniliraken sawah-sawah ri subak-subak kabeh, winangun ngkaneng Pura, inaranan Pura Ulunswi athawa pajara Ulun Emp...
Pura Ulunswi / Pura Ulun Empelan Pura ini berkaitan erat dengan sawah khususnya dan subak pada umumnya. Pura Ulunswi disebut juga Pura Ulun Empelan adalah tempat pemujaan Dewa Wisnu atau Dewi Gangga, sebagai dewanya air, untuk memohon kesuburan dan keselamatan sawah. Karena tanpa adanya aliran air yang teratur, sudah tentu sawah tidak menghasilkan dengan baik. Bendungan atau Empelan itulah tempat menaikkan air sungai, sehingga dapat mengairi sawah yang ada di hilir. Oleh karena itu yang menjadi panyiwi dan pangemponnya, adalah krama subak yang menggunakan aliran air dari bendungan/empelan tersebut. Untuk menambah keyakinan kami kutipkan lontar, yang mengungkapkan tentang keberadaan Pura Ulunswi/Ulun Empelan, seperti : Dalam lontar Maharsi Markandya : …………. ring bukaning we dadi tinambak, wenya iniliraken sawah-sawah ri subak-subak kabeh, winangun ngkaneng Pura, inaranan Pura Ulunswi athawa pajara Ulun Emp...
Pura Sagara memiliki kaitan yang sangat erat, oleh karena dalam kepercayaan dari lautlah datangnya “mrana/marana”. Maka upacara Panangluk Mrana/Marana dilaksanakan bertempat di Pura Sagara. Pelaksanaannya pada sasih Kenem, Kepitu, Kawelu dan Kasanga atau hari-hari yang baik untuk melakukan Bhuta Yajna. Sumber: https://balebengong.id/kabar-anyar/melindungi-sawah-mempertahankan-jati-diri-bali.html
Pura Masceti Menurut keyakinan umat Hindu, dewa yang bersthana di Pura Masceti, menguasai “mrana tikus”. Maka di Pura Mascetilah melaksanakan “Panangluk Mrana Tikus” (disebutkan Dewane ring Masceti mangraksa tikus, ika ne wenang kasungsung). https://balebengong.id/kabar-anyar/melindungi-sawah-mempertahankan-jati-diri-bali.html
Pura Sakenan dipandang, sebagai penguasa “Balangsangit”, maka itu perlu dilakukan “Panangluk Mrana Balangsangit”. Sumber https://balebengong.id/kabar-anyar/melindungi-sawah-mempertahankan-jati-diri-bali.html