Kamali atau yang lebih dikenal dengan nama malige berarti mahligai atau istana, yaitu tempat tinggal raja atau sultan dan keluarganya. Rumah adat ini juga tahan gempa. Istana Sultan Buton (disebut Kamali atau Malige) meskipun didirikan hanya dengan saling mengait, tanpa tali pengikat ataupun paku, bangunan ini dapat berdiri dengan kokoh dan megah di atas sandi yang menjadi landasan dasarnya. Rumah adat Buton atau Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan seluruhnya dari bahan kayu. Bangunannya terdiri dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai keempat lebih besar dari lantai ketiga, jadi makin keatas makin kecil atau sempit ruangannya, tapi di lantai keempat sedikit lebih melebar. Seluruh bangunan tanpa memakai paku dalam pembuatannya, melainkan memakai pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang berjajar ke belakang sampai delapan deret, hingga jumlah sel...
Tiang tengah menjulang ke atas dan merupakan tiang utama disebut Tutumbu yang artinya tumbuh terus. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu wala da semuanya bersegi empat. Untuk rumah rakyat biasa, tiangnya berbentuk bulat. Biasanya tiang-tiang ini puncaknya terpotong. Sumber: http://greatbuton.blogspot.co.id/2009/08/rumah-adat-buton-maligekamali.html
Secara Universal rumah tinggal di kalangan suku bangsa Tolaki disebut Laika (Konawe) dan Raha (Mekongga) yang berarti “rumah” dan ada juga istilah yang menunjukan rumah seperti poiaha. Bangunan ini berukuran luas, besar, dan berbentuk segi empat terbuat dari kayu dengan diberi atap dan berdiri diatas tiang- tiang besar yang tingginya sekitar 20 kaki dari atas tanah. Bangunan ini terletak disebuah tempat yang terbuka di dalam hutan dengan dikelilingi oleh rumput alang-alang. Pada saat itu bangunan tingginya sekitar 60-70 kaki. Dipergunakan Sebagai tempat bagi raja untuk menyelenggarakan acara-acara yang bersifat seremonial atau upacara adat. Suku Tolaki dan suku Wolio merupakan dua suku yang sangat menonjol di pulau Sulawesi Tenggara yang menerapkan sistem nilai budaya ketika membangun suatu rumah untuk ditinggali ataupun rumah untuk berkumpul, yang disebut dengan pembagian secara kosmologi alam dan pembagian yang mengacu pada analogi tubuh. Tampak dari atas...
Laika mbu’u (di konawe), laika raha (di mekongga/kolaka), artinya rumah pokok/rumah induk. Disebut demikian karena bentuknya lebih besar daripada rumah biasa. Rumah semacam ini didirikan dipinggir kebun atau ladang menjelanga akan dimulainya panen dan biasanya ditempati oleh beberapa keluarga. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/rumah-adat-sulawesi-tenggara/
Laikan landa, yakni jenis rumah tinggal yang didirikan di tengah-tengah atau di pinggir kebun dan didiami oleh satu keluarga. Rumah ini ditempati selama proses pengolaan kebun sampai selesai. Setelah selesai panen dan padi sudah selesai disimpan di lumbung padi (o’ala), rumah ini biasanya ditinggalkan, jadi laika ini bukan tempat tinggal permanen. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/rumah-adat-sulawesi-tenggara/
Laika patande adalah jenis rumah yang didirikan titengah-tengah kebun sebagai tempat istirahat. Bentuk konstruksi bangunannya lebih kecil daripada laika landa di atas. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/rumah-adat-sulawesi-tenggara/
Laika kataba adalah jenis rumah papan. Bahan-bahannya terdiri dari balok dan papan. Rumah ini didirikan dengan memakai sandi atau kode tertentu, jenis rumah ini masih kita temukan di daerah kabupaten konawe di kelurahan lawulo, kecamatan anggaberi yang dibangun oleh Dr. H. Takahasi Rahmani, M.Ph. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/rumah-adat-sulawesi-tenggara/
Laika sorongga atau laika nggoburu yaitu rumah makam bagi raja (mokole/sangia) pada masa laludi kerjaan konawe atau rumah makam bagi keluarga raja, pada rumah tersebut tinggal beberapa rumah tangga budaknya untuk menjaga makam tersebut yang di dalamnya terdapat soronga. Pada masa lalu rumah soronga atau laika nggoburu terdapat didaerah meraka wilayah Kecamatan Lambuya sekarang. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/rumah-adat-sulawesi-tenggara/
Laika Mborasaa adalah jenis rumah yang didirikan pada suatu tempat sebagai tempat penjagaan dan sebagai tempat istirahat bagi orang-orang yang telah melaksanakan tugas mengayau (penggal kepala) ke beberpa tempat di daerah sulawesi tenggara. Pada zaman dahulu pra pemerintahan Belanda, rumah ini sering menjadi sasaran para penjahat untuk merampok orang-orang yang hendak lewat istirahat di laika mborasa’a untuk istirahat. Jenis rumah ini hanya satu buah yaitu bertempat di lalondae (kabupaten kolaka sekarang), jenis rumah ini sudah tidak ditemukan lagi. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/rumah-adat-sulawesi-tenggara/