Rumah tradisonal Cubo atau dinamakan Rumoh Adat Cubo. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoe keue (serambi depan), seuramoe teungoh (serambi tengah) dan seuramoe likot (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur). walaupun tidak terlalu jauh dengan model Rumah Adat Aceh Umumnya, Rumah Adat Cubo ini memiliki Karakteristik Ukiran yang Unik nan Sederhana.
Rumah Adat Kluet inisial dididirikan pada Tahun 1914 Dan selesai dikerjakan pada Tahun 1916 Dan diberikan Nama Rumah Rungko Diposkan oleh Raja T. Nyak Tia (1908-1938). salat Satu tujuan Pembangunan Rumah adat nihil selain menjadi kediaman sang raja juga menjadi Tempat bermusyawarah. Pada umumnya, Struktur bangunannya berupa Rumah Panggung, Pintu Kecil sementara ruangannya Barisan aritmetik, Di beberapa Sudut Dan Bagian tidak regular tidak regular tidak biasa Rumah terukir Hiasan Kluet asli.ukeh, berikut beberapa ornamen yang merekat pada Bangunan Rumah rungko.
Bagi masyarakat Bima Rumah atau Uma Ngge’e Kai merupakan kebutuhan paling pokok dalam kehidupan keluarga. Dalam falsafah masyarakat Bima lama bahwa orang yang baik itu yang berasal dari keturunan yang baik, harus mempunyai istri yang berbudi mulia, rumah yang kuat dan indah, senjata pusaka yang sakti dan kuda tunggang yang lincah. Dari ungkapan di atas, jelaslah bahwa rumah merupakan kebutuhan pokok yang tidak boleh diabaikan. Karena itu dalam membangun rumah harus memilih PANGGITA atau arsitek yang memiliki Loa Ra Tingi yang tinggi dan berakhlak mulia. Panggita juga harus memahami SASATO (Sifat atau pribadi) pemilik rumah. Baku Ro Uku atau bentuk dan ukuran dalam arti tata ruang harus disesuaikan dengan sifat dan kepribadian pemilik rumah. Bentuk dan jenis rumah Bima hampir sama dengan rumah tradisional Makassar dan Bugis. Di Bima dikenal dua jenis rumah yaitu Uma Panggu Ceko dengan gaya arsitektur tradisional Makassar dan Uma Panggu Pa&...
Candi Bajangratu terletah di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, sekitar 3,5 km dari Candi Wringinlawang dan sekitar 600 m dari Candi Tikus. Candi ini masih menyimpan banyak hal yang belum diketahui secara pasti, baik mengenai tahun pembuatannya, raja yang memerintahkan pembangunannya, fungsinya, maupun segi-segi lainnya. Nama Bajangratu pertama kali disebut dalam Oudheidkunding Verslag (OV) tahun 1915. Arkeolog Sri Soeyatmi Satari menduga nama Bajangratu ada hubungannya dengan Raja Jayanegara dari Majapahit, karena kata 'bajang' berarti kerdil. Menurut Kitab Pararaton dan cerita rakyat, Jayanegara dinobatkan tatkala masih berusia bajang atau masih kecil, sehingga gelar Ratu Bajang atau Bajangratu melekat padanya. Mengenai fungsi candi, diperkirakan bahwa Candi Bajangratu didirikan untuk menghormati Jayanegara. Dasar perkiraan ini adalah adanya relief Sri Tanjung di bagian kaki gapura yang menggambarkan cerita peruwatan. Reli...
Candi Wringinlawang terletak di Dukuh Wringinlawang, Desa Jati Pasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, tepatnya 11 km dari Mojokerto ke arah Jombang. Konon dahulu di dekat candi terdapat pohon beringin yang besar sehingga candi ini dinamakan Candi Wringinlawang (dalam bahasa Jawa, wringin berarti beringin, lawang berarti pintu). Tidak banyak yang diketahui tentang masa pembangunan maupun fungsi candi ini. Dalam tulisan Raffles tahun 1815, bangunan kuno ini disebut dengan nama Gapura Jati Paser. Sebutan itu kemungkinan berkaitan dengan nama desa tempat candi itu berada. Dalam tulisan Knebel tahun 1907, gapura ini disebut sebagai 'Gapura Wringinlawang.' Wringinlawang merupakan candi bentar, yaitu gapura tanpa atap. Candi bentar biasanya berfungsi sebagai gerbang terluar dari suatu kompleks bangunan. Menilik bentuknya, Gapura Wringinlawang diduga merupakan gapura menuju salah satu kompleks bangunan yang berada di kota Majapahit. Gapura Wringinlawang telah me...
Sepintas kita lihat bangunan ini adalah sebuah rumah panggung seperti rumah masyarakat Bima pada umumnya. Bangunan yang terkonstruksi dari kayu jati alam Bima ini adalah sebuah Istana yang disebut ASI BOU atau Istana Baru. Istana ini terletak di samping timur Istana Bima (Sekarang Museum Asi Mbojo). Dinamakan ASI BOU karena didirikan belakangan setelah pendirian Istana Bima pada tahun v1927, tepatnya pada masa Pemerintahan Sultan Ibrahim (1881 – 1936). ASI BOU Dibangun untuk putera Mahkota Muhammad Salahuddin. Namun setelah dinobatkan menjadi sultan, Muhammad Salahuddin memilih tinggal di Istana lama. Akhirnya ASI BOU ini ditempati oleh adiknya Haji Abdul Azis atau yang dikenal dengan nama Ruma Haji. Bangunan ini menghadap ke arah utara dengan panjang sekitar 16 Meter dan lebar 8 meter. Terdiri dari Sancaka Tando (Emperan Depan ) yang berfungsi sebagai ruang tamu. Ada juga beberapa kamar tidur sultan dan keluarganya. Kemudian dibelakangnya terdapat Sancaka Kontu (Serambi B...
Kota Nganjuk merupakan sebuah kota kecil yangmemiliki potensi dalam berbagai sektor kehidupan. Salah satu di antaranya adalah sektor pariwisata. Tidak hanya keindahan panorama alam saja yang ditawarkan oleh beberapa obyek wisata Nganjuk, melainkan pula obyek wisata yang mengandung unsur historis (sejarah nganjuk), dan juga nilai-nilai budaya. Salah satu wisata yang menonjolkan unsur historis di kabupaten Nganjuk adalah Candi Lor . Lokasi candi lor ini terletak di desa Candirejo kecamatan Loceret kabupaten Nganjuk. Jalan untuk menuju Candi Lor Nganjuk ini sangat mudah dijangkau oleh masyarakat lokal Nganjuk sendiri maupun wisatawan yang ingin berkunjung. Jika kita menggunakan sarana transportasi umum, kita bisa menggunakan bus jurusan Nganjuk-Kediri kemudian turun di pertigaan Loceret. Setelah itu, kita bisa menggunakan becak atau ojek. Untuk menghemat biaya, pengunjung bisa berjalan kaki sekitar 5 menit saja. Pada candi lor ini,kita bisa menyaksik...
Candi Gunung Gangsir terletak di Desa Gunung Gangsir Kecamatan Beji, sekitar 18 km dari kota Pasuruan. Candi ini sebenarnya bernama bernama Candi Keboncandi, namun karena letaknya di Desa Gunung Gangsir, maka masyarakat setempat menyebutnya Candi Gunung Gangsir. Tidak banyak informasi yang bisa didapat mengenai candi yang konon dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga, yaitu sekitar abat ke-11 M. Walaupun diperkirakan berasal dari masa yang lebih awal sebelum masa pemerintahan Singasari, Candi Gunung Gangsir dibangun menggunakan bahan batu bata, bukan batu andesit. Mengenai fungsi Candi Gunung Gangsir tidak didapatkan informasi yang jelas. Masyarakat setempat mempunyai versi tersendiri mengenai tujuan pembangunan candi ini. Menurut mereka, Candi Gunung Gangsir dibangun sebagai penghormatan kepada Nyi Sri Gati, yang dijuluki Mbok Randa Derma (janda murah hati), atas jasanya dalam membangun masyarakat pertanian di daerah itu. Nyi Sri Gati merupa...
Sejarah dan Filosofi Uma Lengge salah satu rumah adat tradisional peninggalan asli nenek moyang suku Bima (Dou Mbojo) yang dulunya berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi. Lokasi kedua peninggalan adat tersebut terletak di Desa Maria, Kecamatan Maria, dan Desa Sambori Kecamatan Lambitu Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa. Pada masa lalu, padi disimpan di Uma Lengge atau Uma Jompa untuk kebutuhan satu tahun. Penempatannya yang terpisah dengan rumah tinggal penduduk konon dimaksudkan untuk mencegah efek domino yang merugikan apabila terjadi bencana kebakaran. Dengan demikian, apabila rumah tempat tinggal penduduk terbakar, maka padi yang disimpan di dalam Uma Lengge atau Uma Jompa tidak akan ikut terbakar, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itulah, kompleks Uma Lengge di Desa Maria dibangun agak jauh dari pemukiman penduduk. Ciri, struktur ruang dan Pola Permukiman Lengge merupakan salah satu rumah adat tradisional Bima yang dibuat oleh nenek moyang suku Bima (Mbojo) s...