Nama campursari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik campursari di wilayah Jawa bagian tengah hingga timur khususnya terkait dengan modifikasi alat-alat musik gamelan sehingga dapat dikombinasi dengan instrumen musik barat, atau sebaliknya. Di jawa tengah sendiri memiliki aliran musik yang cukup terkenal yaitu Campursari Sragenan. Campursari Sragenan memainkan musik campursari garapan yaitu mengubah aransemen agar berbeda dengan langgam aslinya. Gaya khas yang menggunakan Irama rancak dan ramai dalam memainkan musik campursari. Irama Rancak ialah memainkan alat musik dengan lebih cepat. Wira swara dan Swara wati adalah penyanyi laki-laki dan penyanyi perempuan. Wira Swara bisa merangkap menjadi pembawa acara dan Swara Wati lebih ditekankan untuk menyanyikan langgam tetapi fungsi lain wira swara dan swara wati untuk meramaikan suasana dengan guyonan, yaitu cerita jenaka dengan gaya khas Sragenan. Teknik vokal yang digunakan yaitu menggunakan teknik pernafasan diafragma karena lebih tepat untuk menyanyikan langgam Sragenan. Untuk memanggil Swara wati untuk menyanyikan langgam, dipanggil oleh Wira Swara dengan menggunakan spot. Spot adalah musik garapan untuk mengiringi penyanyi maju ke depan penonton. Setelah siap akan diawali dengan Bowo dinyanyikan oleh Wira Swara, Bowo yaitu menyanyi tanpa diiringi penabuh. Campursari Sragenan memiliki ciri khas seperti cengkok jowo, yaitu suara mendayu tetap pada titilaras. Alat musik tradisi kendang sebagai pemegang kendali untuk merubah suasana dari yang halus ke suasana lebih rancak. Saron yang dimainkan secara imbal untuk memeriahkan suasana, Depok sebagai pemangku iromo, Cak pengganti siter dalam campursari sebagai pemanis suara, Gong Kajogan atau gong besar untuk penutup langgam, Keyboard untuk isian flute dan string sebagai pemanis, Gitar elektrik sebagai pemanis suara, Bass elektrik pengganti kempul sebagai pengatur nada yang dimainkan, Drum sebagai pemeriah suasana. Gaya khas lainnya ada gaya Tayub, yaitu gaya musik bebas menonjolkan kendang tetapi cenderung seperti kendangan jaipong dan masyarakat Sragen menyebutkannya gaya Geculan. Penabuh memberi Senggakan, yaitu suara yang dihasilkan penabuh bersamaan musik saat dimainkan untuk menambah ramai suasana. Jleb-jleban yaitu hentakan- hentakan dari pengendang dan drum memberi suasana berbeda dengan musik campursari pada umumnya sehingga dari berbagai gaya khas tersebut masyarakat lebih bisa menikmati campursari sragenan.
Refrensi : Wiyoso, J. (2007). Jejak Campursari (The History of Campursari). Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 8(2).
Kobi, M. F. (2017). Campursari: Bentuk Lain dari Kesenian Gamelan yang Diterima di Masa Modern. Jurnal Warna, 1(1), 1-20.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.