Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita rakyat Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
Bulava Mpongeo (Emas Mengeong)
- 4 Februari 2021

Alkisah, pada zaman dahulu di daerah Bulunggatugo atau Limboro/Towale ada seorang raja baik hati. Apabila sedang tidak mengurusi masalah kerajaan, dia menghabiskan waktu dengan menekuni hobi lamanya, yaitu mencari dan menangkap udang di sungai dekat benteng kerajaan. Tetapi karena telah lanjut usia, secara ngerangsur-angsur hobi ini tidak dilakukan sendiri, melainkan menitah belasan orang dayang istana yang berparas cantik jelita dan menggemaskan untuk mencarinya.

Suatu hari Sang Raja ingin sekali mendapat udang dari kuala sungai yang bermuara di Gunung Ravi. Untuk itu, dikerahkanlah para dayang agar segera mempersiapkan segala perlengkapan dan peralatan penangkap udang. Setelah siap, berangkatlah mereka (para dayang) secara beriringan menuju kuala yang diperkirakan masih terdapat banyak udang berukuran relatif besar.

Sesampai di lokasi para dayang mulai merentang jaring. Namun, setelah ditunggu sekian lama, tidak ada seekor pun yang berhasil terjaring. Mereka lalu pindah ke lokasi baru. Tetapi tetap saja tidak memperoleh hasil. Malah yang terjaring adalah sebutir mirip telur ayam. Telur itu lantas dibuang begitu saja karena target sasaran adalah udang.

Begitu seterusnya. Setiap menebar jaring yang terperangkap adalah sebutir telur yang telah dibuang berulang kali, seakan si telur selalu mengikuti ke mana pun jaring ditebar. Mereka akhirnya menyerah dan membawanya ke istana sebagai “hasil tangkapan” pengganti udang. Rencananya telur tadi akan dijadikan sebagai “tersangka” menghilangnya kawanan udang di sekitar kuala.

Sang Raja yang mendengar pengakuan para dayang tidak lantas mengambil tindakan. Biasanya dia akan marah bila apa yang diinginkan tidak terpenuhi. Tapi kali ini dia hanya terdiam sambil mengamati telur yang dipegang oleh salah seorang dayang. Dia lalu memerintah koki istana membawa dan mengambil si telur untuk disimpan dalam landue . Nanti malam akan dia minta koki istana menggoreng telur itu sebagai lauk saat bersantap.

Tetapi, oleh karena hanya berupa sebutir telur, begitu tiba makan malam Sang Raja lupa. Dia malah asyik bersenda gurau dengan para dayang serta penghuni istana lainnya. Bahkan sesekali menggoda beberapa diantara mereka hingga tersipu malu. Selesai makan barulah teringat akan telur yang disimpan dalam landue. Dia lalu mengingatkan lagi pada Sang koki agar menggoreng terlur untuk sarapan. Anehnya, kejadian serupa terulang kembali. Begitu seterusnya, telur berkali-kali lupa digoreng dan baru teringat setelah selesai makan.

Telur tadi akhirnya dilupakan. Tidak ada seorang pun yang menyinggungnya. Apalagi, para dayang sudah beraksi kembali menangkap udang dengan hasil luar biasa banyak. Akibatnya, suatu hari terdengarlah sebuah ledakan maha dahsyat di istana. Setelah dilakukan investigasi ^_^ ternyata sumber ledakan berasal dari arah dapur. Pada bagian solopio dapur terdapat lubang sangat besar besar sebagai tanda bahwa pusat ledakan tidak jauh dari situ. Seluruh benda yang berada di dapur rusak atau bahkan hancur tidak bersisa, termasuk telur yang berada dalam landue. Namun ajaibnya, hanya cangkang dan putih telur saja yang hancur. Putih telur tersebut terbang bersama solopio sementara bagian intinya (kuning telur) tetap utuh.

Kejadian luar biasa ini tidak dianggap serius oleh segenap penghuni istana. Mereka tetap beraktivitas seperti biasa karena beranggapan bahwa dapur adalah sebuah tempat yang selalu berhubungan dengan panas, api membara, serta kepulan asap. Jadi, merupakan suata hal lumrah apabila kadangkala terjadi kebakaran atau ledakan. Kemungkinan besar hal tersebut terjadi akibat kelalaian orang yang sedang ada gawe di dalamnya.

Malam hari setelah kejadian, di atap kamar tidur raja samar-samar terdengar suara sesuatu sedang melompat. Semakin lama suaranya semakin terdengar jelas. Di sela-sela lompatan terdengar pula beberapa kali suara mengeong. Raja yang sepanjang hidup tidak pernah melihat ada seekor kucing di dalam istana langsung terkejut dan memerintahkan para pengawal mencari dan menemukan makhluk yang mengeong di atas atap kamar tidurnya.

Setelah ditemukan, alangkah terkejutnya para pengawal. Mereka melihat makhluk yang mengeong bukanlah seekor kucing melainkan kuning telur yang ditinggal bagian putihnya. Si kuning telur mondar-mandir kesana-kemari sembari mengeong layaknya seekor anak kucing. Dengan sangat hati-hati seorang pengawal mendekat dan menangkapnya untuk diserahkan pada Sang Raja.

Ketika sudah berada di hadapan, Sang Raja mengamati “kucing telur” dengan saksama. Rupanya kuning telur itu sudah berumah menjadi emas berwarna kuning terang. Emas yang dapat melompat dan mengeong. Raja menamakannya sebagai Bulava Mpongeo atau emas yang mengeong. Dia dianggap sebagai benda keramat yang sangat langka sehingga harus dipelihara dengan baik. Si Bulava Mpongeo dibiarkan berkeliaran di sekitar istana tanpa ada yang boleh mengganggunya.

Agar tetap hidup, raja beranggapan Bulava Mpongeo harus mendapat makan sebagaimana halnya makhluk hidup lain. Tetapi setelah diberi berbagai macam makanan dari mulai nasi, jagung, hingga umbi-umbian dia tidak mau menyentuhnya. Sang Raja menjadi khawatir kalau makhluk langka yang tidak mau makan itu sebentar lagi akan mati atau menghilang.

Satu minggu kemudian, entah mengapa Bulava Mpongeo keluar dari istana menuju sebatang pohon kolontigi yang sedang berbunga lebat. Dia lalu mendekati salah satu ranting dan memakan bunga-bunga yang tumbuh di sana. Semenjak itu seluruh penghuni istana tahu bahwa makanan Bulava Mpongeo adalah bunga pohon kolontigi. Setiap minggu, tepatnya pada hari Jumat dia selalu mendatangi pohon itu untuk memakan bunganya. Begitu seterusnya hingga suatu hari ada seorang tamu kerajaan melihatnya sedang memakan bunga sambil sesekali mengeong.

Sang tamu yang awalnya terperanjat lalu menyadari kalau telur mengeong itu bukanlah makhluk sembarangan. Selesai bertamu dia bergegas pulang ke daerahnya di Palu untuk menceritakan pada sanak kerabat tentang makhluk ajaib yang kemungkinan dapat mendatangkan berkah serta kesejahteraan bagi siapa saja yang dapat memilikinya. Walhasil, timbullah niat untuk mencuri Bulava Mpongeo. Mereka sepakat mencuri pada hari Jumat, sesuai dengan laporan kawan yang datang ke istana Raja.

Beberapa jam menjalang hari H mereka telah bersembunyi di luar tembok istana. Ketika malam tiba secara mengendap-endap mereka menuju ke halaman tempat biasa Bulava Mpongeo memakan bunga kolontigi. Tidak lama berselang, dari dalam istana muncullah sinar terang menyilaukan mata yang perlahan-lahan menuju pohon kolontigi. Saat sang sinar mulai menyantap bunga, dari arah belakang kawanan pencuri datang menyergap dan membawanya pergi.

Keesokan hari barulah seisi istana sadar Bulava Mpongeo telah menghilang. Spekulasi pun mulai berkembang. Ada berpendapat Bulava Mpongeo kembali ke tempat asalnya di kahyangan. Ada lagi yang berprasangka dia telah dicuri karena dianggap sebagai benda bertuah, dan ada juga yang mengira kembali bersatu dengan bagian putihnya. Spekulasi-spekulasi tadi membuat Sang Raja pasrah dan merelakan kepergian Bulava Mpongeo.

Selang beberapa bulan setelahnya, daerah tempat para pencuri menjadi subur dan makmur. Seluruh penduduk hidup damai dan sejahtera. Sedangkan para pemilik Bulava Mpongeo sendiri hidup lebih mewah dari warga yang makmur tersebut. Mereka memiliki harta benda jauh lebih banyak dan besar, baik dari segi jumlah maupun ukuran. Oleh karena itu, mereka bersepakat mengadakan pesta besar-besaran dengan mengundang kerajaan-kerajaan terdekat sebagai ungkapan rasa syukur atas anugerah berupa emas mengeong walau didapat dari hasil curian.

Setelah sebagian besar tamu undangan datang, pesta dimulai dengan suguhan berbagai macam tari dan musik. Saat para tamu tengah asyik mendengarkan musik sambil menyantap aneka makanan, dari dalam sebuah rumah muncullah Bulava Mpongeo melompat-lompat sembari mengeong di sela-sela tempat duduk para tamu. Sang raja yang kebetulan melihat langsung berteriak bahwa mahkluk ajaib itu adalah miliknya.

Tuan rumah yang merasa tertangkap basah tentu berusaha membela diri. Di depan orang banyak dia mengatakan bahwa Bulava Mpongeo adalah miliknya sehingga terjadi perdebatan berujung pertengkaran dengan Sang Raja. Keduanya saling klaim sebagai pemilik sah Bulava Mpongeo tanpa memberikan bukti-bukti kuat tentang klaim tersebut.

Walhasil, suasana yang tadinya riang gembira berubah menjadi tegang. Tuan rumah dan Sang Raja sama-sama bersikeras ingin memiliki. Sementara para tamu yang tidak terlibat ada yang memilih berdiam diri sambil mengamati, ada yang mencoba melerai dan menjadi penengah, serta ada pula yang secara diam-diam pergi meninggalkan arena pesta karena menganggap suasana sudah tidak kondisuf lagi.

Di tengah kondisi semakin memanas, tiba-tiba seorang tamu mengusulkan agar Bulava Mpongeo dibuang ke Karone (Sungai Palu). Apabila milik sang raja, maka dia akan kembali ke istana. Sebaliknya bila milik si tuan rumah, maka dia akan kembali lagi ke tempat pesta. Dengan demikian tidak akan terjadi perselisihan karena si emas mengeong telah memilih sendiri siapa tuannya.

Usul tersebut diterima oleh kedua belah pihak. Selanjutnya bersama-sama dengan para tamu mereka membawa Bulava Mpongeo ke Karone. Sampai di sana si emas ajaib dilepas di tengah aliran sungai yang mengalir deras. Kemudian mereka pulang kembali ke tempat masing-masing tanpa melanjutkan pesta.

Begitu sampai di istana, Sang Raja sudah disambut oleh suara mengeong Bulava Mpongeo. Sekarang tahulah Raja bahwa si emas mengeong memanglah miliknya. Oleh karena itu, dia tidak mempersoalkan lagi mengapa emas tadi bisa sampai di Palu. Baginya, dengan kembalinya Bulava maka persoalan dianggap selesai. Dia tidak ingin masalah perebutan Bulava menjadi berlarut-larut hingga menimbulkan permusuhan.

Sebaliknya, para pencuri yang merasa dipermalukan tidak terima dengan kembalinya Bulava Mpongeo ke istana Raja. Mereka ingin merebut kembali makhluk itu agar kemakmuran tetap terjaga dan orang-orang di sekitar tidak mencemooh. Pencurian kedua dilakukan dengan perencanaan sangat matang dan akhirnya berhasil mendapatkan Bulava Mpongeo.

Agar tidak dapat keluar rumah, atas nasihat seorang ahli nujum sekujur tubuh Bulava Mpongeo disiram perasan air jeruk. Tetapi akibatnya malah sebaliknya. Secara perlahan kondisi Bulava semakin melemah dan akhirnya mati. Ia tidak dapat lagi melompat ataupun mengeong dan perlahan beralih ujud menjadi seonggok emas bulat. Para pencuri tidak dapat berbuat apa-apa selain menyesal telah menuruti nasihat sang ahli nujum.

Beberapa bulan setelahnya keadaan daerah para pencuri malah memburuk. Tanaman tidak lagi tumbuh subur, kekeringan melanda, dan jumlah hewan ternak berkurang. Atas kesepakatan bersama mereka bersepakat mengembalikan pada pemiliknya walau dalam kondisi sudah mati dan telah menjadi seonggok emas bulat. Alasan pengembalian adalah kematian Bulava Mpongeo membawa kesengsaraan bagi banyak orang.

Ketika para pencuri datang ke istana untuk mengembalikan Bulava Mpongeo Sang Raja tidak banyak bereaksi. Bahkan saat mereka menceritakan mengapa sang makhluk ajaib berubah menjadi onggokan emas, Sang Raja hanya tersenyum (kecut) dan tidak berusaha menyalahkan para pencuri atau ahli nujumnya. Dia lalu memerintahkan para pengawal membawa dan menaruh emas itu di suatu tempat khusus dalam istana.

Konon, walau telah mati Bulava Mpongeo malah benar-benar menjadi benda keramat bagi kerajaan. Dia selalu dimandikan di daerah kuala (tempat ditemukan) apabila kerajaan sedang terjadi kekacauan atau mengalami suatu bencana, seperti kekeringan akibat kemarau panjang, kelaparan, maupun wabah penyakit. Dengan begitu, segala macam wabah maupun kekacauan dapat teratasi.

Diceritakan kembali oleh ali gufron

Sumber : https://uun-halimah.blogspot.com/2019/05/bulava-mpongeo-emas-mengeong.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya