Jaburan merupakan kegiatan jamuan makan dan minuman dari warga ke masjid. Umumnya jaburan berupa makanan ringan dan minuman yang diberikan setelah melakukan ibadah sholat tarawih. Makanan dan minuman ini berasal dari warga dengan sukarela, biasanya bergilir dengan menggunakan jadwal.
Jaburan sendiri diberikan oleh warga sekitar secara sukarela sebagai bentuk sedekah dan berbagi kepada sesama, khususnya kepada warga masjid. Setiap orang yang melakukan shalat tarawih berjamaah di masjid tersebut umumnya mendapat makanan dan minuman jamuan jaburan tersebut. Orang yang bertugas untuk membagikan makanan dan minuman tersebut dilakukan oleh takmir masjid yang mengadakan kegiatan jaburan tersebut.
Kegiatan jamuan makanan dan minuman jaburan ini umumnya dilaksanakan pada bulan ramadhan. Sejak hari pertama melakukan shalat tarawih, masjid-masjid sudah melakukan budaya jaburan ini. Jaburan ini dilakukan hingga bulan ramadhan berakhir dan dilakukan secara bergiliran antar masyarakat sesuai jadwal yang disepakati.
Budaya jaburan ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan bentuk berbagi kepada orang lain, khususnya jamaah masjid serta warga sekitar. Kegiatan jaburan ini juga dilakukan sebagai sarana menyatukan warga sekitar agar bisa lebih bersosialisasi satu sama lain. Dengan melestarikan budaya jaburan ini diharapkan bisa memberikan dorongan bagi masyarakat untuk berbagi dan lebih bersosialisasi dengan warga sekitar. Jaburan ini juga sebagai bentuk gotong royong dari masyarakat dalam pemberian bantuan dalam upacara keagamaan.
Desa Jatipuro yang berada di Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar masih menjalankan budaya jaburan ini. Penulis mengambil contoh di salah satu masjid yang berada di RT 1/RW 1 Sangen, Desa Jatipuro. Masjid tersebut bernama Masjid Ghowiyah dan telah sejak lama melaksanakan budaya jaburan tersebut. Budaya jaburan ini juga cukup terkenal di wilayah Soloraya.
Jaburan dilakukan dengan membagi jadwal terlebih dahulu pada saat sebelum bulan Ramadhan. Setelah jadwal terbentuk, masyarakat yang mendapatkan giliran akan menyiapkan makanan dan minuman untuk jaburan. Makanan dan minuman tersebut diberikan kepada takmir masjid sebelum magrib, lalu didistribusikan kepada jamaah masjid setelah melakukan shalat tarawih.
Referensi: Sulaiman, S. (2014). NILAI-NILAI KERUKUNAN DALAM TRADISI LOKAL (Studi Interaksi Kelompok Umat Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah). Harmoni, 13(1), 65-79.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja