Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan
Budaya Begalan Jawa Tengah Banyumas
Budaya Begalan di Cilacap: Sejarah, Proses, dan Makna Simbolis dalam Pernikahan Adat Jawa
- 12 September 2024

Budaya Begalan merupakan salah satu tradisi adat yang masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat di wilayah Banyumas, termasuk di Kabupaten Cilacap. Tradisi ini, yang pada awalnya dilakukan dalam prosesi pernikahan adat Jawa, memiliki sejarah panjang dan penuh makna simbolis. Begalan berperan penting sebagai media penyampaian nasihat dan wejangan kepada pasangan pengantin, sekaligus menjadi bagian dari pelestarian nilai-nilai budaya Jawa yang luhur.

Dalam rangka pelestarian budaya ini, Kelompok 47 KKN UNS 2024 turut berkontribusi melalui program digitalisasi budaya di wilayah Kabupaten Cilacap. Salah satu program kerjanya adalah melakukan wawancara dengan pelaku budaya lokal dan mendokumentasikan tradisi Begalan, agar dapat dipahami dan diakses oleh masyarakat yang lebih luas. Wawancara yang dilakukan dengan Mas Sigit Aji Wijayanto, seorang pelaku utama Begalan, memberikan informasi penting mengenai sejarah, makna, dan proses pelaksanaan Begalan yang ada di daerah tersebut.

Sejarah dan Asal Usul Begalan

Begalan berasal dari kata "begal" yang dalam bahasa Jawa berarti perampokan. Tradisi ini berakar dari legenda tentang rombongan pengantin yang dihadang oleh begal dalam perjalanan ngunduh mantu, sebuah peristiwa yang kemudian dijadikan simbol dalam prosesi pernikahan adat. Kepercayaan masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Banyumas dan Cilacap, menjadikan Begalan sebagai simbol ujian yang harus dihadapi oleh pasangan pengantin sebelum memulai kehidupan berumah tangga.

Pada masa lalu, Begalan lebih dari sekadar prosesi adat; ia juga diyakini sebagai ritual penting yang harus dilakukan agar pernikahan mendapat restu leluhur dan terhindar dari mara bahaya. Selama dekade 1960-an, tradisi ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari prosesi pernikahan di daerah Cilacap dan Banyumas, khususnya bagi keluarga yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan tradisi.

Proses Pelaksanaan Begalan

Begalan biasanya dilaksanakan setelah prosesi akad nikah dan sebelum panggih temanten (pertemuan mempelai pria dan wanita). Dalam prosesinya, Begalan melibatkan dua atau tiga pelaku yang memerankan tokoh-tokoh penting dalam tradisi ini. Di wilayah Cilacap, Begalan Kreasi menjadi bentuk modifikasi modern dari tradisi ini, di mana prosesi dimainkan oleh tiga orang, yaitu seorang pembawa alat-alat dapur yang disebut Suroyojati dan pasangan Sambang Dalan yang berperan sebagai pembegal.

Pertunjukan ini diiringi oleh alunan musik tradisional Jawa, seperti gending bendrong kulon atau ricik-ricik banyumasan, yang menambah kesakralan acara. Dialog antara pelaku Begalan biasanya disampaikan dengan gaya jenaka, namun tetap sarat dengan pesan moral dan nasihat yang relevan untuk pengantin baru.

Makna Filosofis dari Alat-Alat Begalan

Salah satu ciri khas dari tradisi Begalan adalah penggunaan alat-alat dapur sebagai simbol yang mewakili nasihat tentang kehidupan rumah tangga. Setiap alat yang digunakan dalam prosesi ini memiliki makna filosofis yang mendalam. Beberapa alat utama yang digunakan dalam Begalan antara lain:

  1. Siwur: Alat ini digunakan untuk mengambil air dan melambangkan pentingnya menabung serta berbagi dalam kehidupan rumah tangga.
  2. Kusan: Sebuah alat untuk menanak nasi yang melambangkan kekokohan rumah tangga yang harus dibangun dengan rasa syukur dan kerja sama antara suami dan istri.
  3. Centong: Alat yang digunakan untuk mengambil nasi ini melambangkan perlunya introspeksi diri dalam menyelesaikan konflik serta pentingnya komunikasi yang baik antara pasangan.
  4. Irus: Digunakan untuk mengaduk sayur, alat ini melambangkan keseimbangan dalam rumah tangga, di mana pasangan harus saling melengkapi dan menjaga hubungan dengan penuh perhatian.

Setiap alat dalam Begalan tidak hanya berfungsi sebagai perlengkapan dapur, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan moral yang relevan bagi kehidupan berumah tangga. Filosofi di balik penggunaan alat-alat ini mengajarkan tentang pentingnya tanggung jawab, kerja keras, kesabaran, serta rasa syukur dalam menjalani rumah tangga.

Kostum dan Tata Cara

Para pelaku Begalan biasanya mengenakan pakaian adat Jawa yang sederhana, seperti beskap, kain jarik, blangkon, dan ikat wulung. Kostum ini dirancang sedemikian rupa untuk mencerminkan kesederhanaan, namun tetap menghadirkan nuansa tradisi yang khidmat dan penuh makna. Selain itu, dalam prosesi Begalan, para pelaku diharapkan mengikuti irama musik tradisional yang mengiringi setiap gerakan dan dialog, menciptakan perpaduan antara seni tari dan seni tutur.

Dialog yang disampaikan dalam prosesi Begalan sering kali dipenuhi dengan humor, sehingga suasana menjadi lebih ringan dan dapat diterima oleh berbagai kalangan, termasuk tamu undangan. Meskipun demikian, pesan-pesan moral yang terselip di balik humor tersebut tetap menjadi fokus utama dalam penyampaian nasihat kepada pengantin baru.

Tantangan dalam Pelestarian Tradisi

Meskipun tradisi Begalan masih dilakukan hingga hari ini, tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana melestarikan budaya ini di tengah modernisasi. Salah satu kendala utama adalah minat generasi muda yang rendah terhadap tradisi-tradisi adat seperti Begalan. Pada era digital ini, banyak generasi muda yang lebih tertarik pada budaya populer dan kurang memahami pentingnya melestarikan warisan budaya tradisional.

Selain itu, keterbatasan waktu dalam prosesi pernikahan modern juga menjadi tantangan bagi pelaku Begalan. Di masa lalu, prosesi ini dapat berlangsung selama beberapa jam, namun sekarang harus dipersingkat karena terbatasnya waktu dalam susunan acara pernikahan modern. Meskipun demikian, esensi dan nilai-nilai yang terkandung dalam Begalan tetap dijaga agar tidak tergerus oleh perubahan zaman.

Harapan untuk Masa Depan Begalan

Dalam wawancara yang dilakukan oleh Kelompok 47 KKN UNS 2024, Mas Sigit menyampaikan harapannya agar tradisi Begalan dapat terus dilestarikan oleh generasi mendatang. Beliau berharap ada generasi muda yang mau belajar dan melanjutkan tradisi ini. "Saya berharap ada yang mau belajar dan melanjutkan tradisi ini, karena Begalan bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarat dengan pesan moral yang penting bagi kehidupan," kata beliau.

Untuk menjaga agar tradisi ini tetap relevan, Mas Sigit juga aktif menggunakan media sosial untuk memperkenalkan Begalan kepada masyarakat luas. Dengan cara ini, beliau berharap bahwa generasi muda dapat lebih mengenal tradisi ini dan tertarik untuk melestarikannya. Selain itu, upaya pelestarian dan digitalisasi budaya yang dilakukan oleh Kelompok 47 KKN UNS 2024 diharapkan dapat memperkenalkan tradisi Begalan ke kalangan yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Kesimpulan

Tradisi Begalan di Cilacap merupakan warisan budaya yang penuh dengan makna dan filosofi kehidupan. Sebagai bagian dari prosesi pernikahan adat, Begalan mengajarkan tentang pentingnya tanggung jawab, komunikasi, dan kerja sama dalam kehidupan rumah tangga. Meskipun tantangan modernisasi terus berkembang, upaya pelestarian yang dilakukan oleh pelaku budaya seperti Mas Sigit dan kelompok mahasiswa KKN UNS 2024 menjadi langkah penting dalam menjaga keberlanjutan tradisi ini agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi masa depan.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline