Budaya Begalan merupakan salah satu tradisi adat yang masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat di wilayah Banyumas, termasuk di Kabupaten Cilacap. Tradisi ini, yang pada awalnya dilakukan dalam prosesi pernikahan adat Jawa, memiliki sejarah panjang dan penuh makna simbolis. Begalan berperan penting sebagai media penyampaian nasihat dan wejangan kepada pasangan pengantin, sekaligus menjadi bagian dari pelestarian nilai-nilai budaya Jawa yang luhur.
Dalam rangka pelestarian budaya ini, Kelompok 47 KKN UNS 2024 turut berkontribusi melalui program digitalisasi budaya di wilayah Kabupaten Cilacap. Salah satu program kerjanya adalah melakukan wawancara dengan pelaku budaya lokal dan mendokumentasikan tradisi Begalan, agar dapat dipahami dan diakses oleh masyarakat yang lebih luas. Wawancara yang dilakukan dengan Mas Sigit Aji Wijayanto, seorang pelaku utama Begalan, memberikan informasi penting mengenai sejarah, makna, dan proses pelaksanaan Begalan yang ada di daerah tersebut.
Begalan berasal dari kata "begal" yang dalam bahasa Jawa berarti perampokan. Tradisi ini berakar dari legenda tentang rombongan pengantin yang dihadang oleh begal dalam perjalanan ngunduh mantu, sebuah peristiwa yang kemudian dijadikan simbol dalam prosesi pernikahan adat. Kepercayaan masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Banyumas dan Cilacap, menjadikan Begalan sebagai simbol ujian yang harus dihadapi oleh pasangan pengantin sebelum memulai kehidupan berumah tangga.
Pada masa lalu, Begalan lebih dari sekadar prosesi adat; ia juga diyakini sebagai ritual penting yang harus dilakukan agar pernikahan mendapat restu leluhur dan terhindar dari mara bahaya. Selama dekade 1960-an, tradisi ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari prosesi pernikahan di daerah Cilacap dan Banyumas, khususnya bagi keluarga yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan tradisi.
Begalan biasanya dilaksanakan setelah prosesi akad nikah dan sebelum panggih temanten (pertemuan mempelai pria dan wanita). Dalam prosesinya, Begalan melibatkan dua atau tiga pelaku yang memerankan tokoh-tokoh penting dalam tradisi ini. Di wilayah Cilacap, Begalan Kreasi menjadi bentuk modifikasi modern dari tradisi ini, di mana prosesi dimainkan oleh tiga orang, yaitu seorang pembawa alat-alat dapur yang disebut Suroyojati dan pasangan Sambang Dalan yang berperan sebagai pembegal.
Pertunjukan ini diiringi oleh alunan musik tradisional Jawa, seperti gending bendrong kulon atau ricik-ricik banyumasan, yang menambah kesakralan acara. Dialog antara pelaku Begalan biasanya disampaikan dengan gaya jenaka, namun tetap sarat dengan pesan moral dan nasihat yang relevan untuk pengantin baru.
Salah satu ciri khas dari tradisi Begalan adalah penggunaan alat-alat dapur sebagai simbol yang mewakili nasihat tentang kehidupan rumah tangga. Setiap alat yang digunakan dalam prosesi ini memiliki makna filosofis yang mendalam. Beberapa alat utama yang digunakan dalam Begalan antara lain:
Setiap alat dalam Begalan tidak hanya berfungsi sebagai perlengkapan dapur, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan moral yang relevan bagi kehidupan berumah tangga. Filosofi di balik penggunaan alat-alat ini mengajarkan tentang pentingnya tanggung jawab, kerja keras, kesabaran, serta rasa syukur dalam menjalani rumah tangga.
Para pelaku Begalan biasanya mengenakan pakaian adat Jawa yang sederhana, seperti beskap, kain jarik, blangkon, dan ikat wulung. Kostum ini dirancang sedemikian rupa untuk mencerminkan kesederhanaan, namun tetap menghadirkan nuansa tradisi yang khidmat dan penuh makna. Selain itu, dalam prosesi Begalan, para pelaku diharapkan mengikuti irama musik tradisional yang mengiringi setiap gerakan dan dialog, menciptakan perpaduan antara seni tari dan seni tutur.
Dialog yang disampaikan dalam prosesi Begalan sering kali dipenuhi dengan humor, sehingga suasana menjadi lebih ringan dan dapat diterima oleh berbagai kalangan, termasuk tamu undangan. Meskipun demikian, pesan-pesan moral yang terselip di balik humor tersebut tetap menjadi fokus utama dalam penyampaian nasihat kepada pengantin baru.
Meskipun tradisi Begalan masih dilakukan hingga hari ini, tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana melestarikan budaya ini di tengah modernisasi. Salah satu kendala utama adalah minat generasi muda yang rendah terhadap tradisi-tradisi adat seperti Begalan. Pada era digital ini, banyak generasi muda yang lebih tertarik pada budaya populer dan kurang memahami pentingnya melestarikan warisan budaya tradisional.
Selain itu, keterbatasan waktu dalam prosesi pernikahan modern juga menjadi tantangan bagi pelaku Begalan. Di masa lalu, prosesi ini dapat berlangsung selama beberapa jam, namun sekarang harus dipersingkat karena terbatasnya waktu dalam susunan acara pernikahan modern. Meskipun demikian, esensi dan nilai-nilai yang terkandung dalam Begalan tetap dijaga agar tidak tergerus oleh perubahan zaman.
Dalam wawancara yang dilakukan oleh Kelompok 47 KKN UNS 2024, Mas Sigit menyampaikan harapannya agar tradisi Begalan dapat terus dilestarikan oleh generasi mendatang. Beliau berharap ada generasi muda yang mau belajar dan melanjutkan tradisi ini. "Saya berharap ada yang mau belajar dan melanjutkan tradisi ini, karena Begalan bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarat dengan pesan moral yang penting bagi kehidupan," kata beliau.
Untuk menjaga agar tradisi ini tetap relevan, Mas Sigit juga aktif menggunakan media sosial untuk memperkenalkan Begalan kepada masyarakat luas. Dengan cara ini, beliau berharap bahwa generasi muda dapat lebih mengenal tradisi ini dan tertarik untuk melestarikannya. Selain itu, upaya pelestarian dan digitalisasi budaya yang dilakukan oleh Kelompok 47 KKN UNS 2024 diharapkan dapat memperkenalkan tradisi Begalan ke kalangan yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Tradisi Begalan di Cilacap merupakan warisan budaya yang penuh dengan makna dan filosofi kehidupan. Sebagai bagian dari prosesi pernikahan adat, Begalan mengajarkan tentang pentingnya tanggung jawab, komunikasi, dan kerja sama dalam kehidupan rumah tangga. Meskipun tantangan modernisasi terus berkembang, upaya pelestarian yang dilakukan oleh pelaku budaya seperti Mas Sigit dan kelompok mahasiswa KKN UNS 2024 menjadi langkah penting dalam menjaga keberlanjutan tradisi ini agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi masa depan.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...