Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
permainan Jawa Barat lembang
Baren
- 12 Februari 2015
Kata "Baren" berasal dari kata "Tiba" dan "leren" (bahasa Jawa) yang berarti jatuh dan berhenti. Namun kenyataannya pengertian berhenti (leren) tidak berarti mereka yang sudah tertangkap terus berhenti, tetapi menjadi tawanan regu lawan. Dan pengertian jatuh di dalam permainan ini tidak jatuh yang sebenarnya, tetapi jatuh dalam arti tidak mempunyai hak untuk bermain menangkap lawan atau dikatakan hilang kekuasaannya.
 
Permainan Baren dapat dipertandingkan dengan bentuk regu, masing-masing anggota regu penentuannya atas dasar keseimbangan besar kecil fisiknya, kecepatan larinya agar jalannya permainan seimbang dan ramai. Di samping bersifat kompetitif juga bersifat rekreatif dan edukatif. Oleh karena dapat dipertandingan maka konsekuensinya kalah menang dengan upah gendongan menurut pasangannya sendiri-sendiri.
 
Dilihat dari jalannya bermain, di dalamnya terkandung nilai pendidikan yaitu pendidikan mental/moral, pendidikan jasmani, selain sebagai hiburan. Pada
pelaksanaan bermainnya, anak-anak dituntut untuk mengerahkan kecekatan dan kecepatan berlari, berusaha agar dapat lebih cepat dapat melampaui batas/ garis kemenangan pihak lawan. Untuk itu terlihat adanya kebutuhan modal cepat berlari.
 
Pendidikan moral/mental, melatih anak akan kesadaran atas perbuatan, di mana adanya anak yang sudah kena harus rela menjadi tawanan lawan. Mereka penuh kesadaran menyerah pada lawan dan tidak akan melawan. Juga rasa sosialnya, persatuan dalam bermain ditanamkan, terbukti adanya rasa solidaritas kawan, sewaktu mereka ditawan kawan-kawannya berhak menolong atau menghidupkan kembali.
 
Permainan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak antara usia 7-13 tahun baik putra maupun putri. Jumlah anggota masing-masing regu antara 5 sampai 10 orang anak, baik anak putra semua, ataupun anak putri semua atau campuran putra-putri. Penentuan jumlah anggota regu dengan jalan sut atau undian.
 
Jalannya Permainan
 
Persiapan sebelumnya adalah secara konsensus bersama menentukan batas/garis kemenangan masing-masing regu yang biasanya ditandai dengan garis kapur, jarak antara regu satu dengan yang lainnya kira-kira l0 sampai 15 m. Barulah diadakan penentuan pasangan dengan suit jari atau undian.
 
Penentuan jumlah anggota regu atas dasar keseimbangan agar jalannya permainan dapat ramai. Yang suit kalah, menjadi sekelompok kalah dan yang menang menjadi sekelompok menang. Untuk lebih jelasnya, yang kalah Regu A dan yang menang Regu B seperti pada gambar. Sebelum dimulai bermain masing-masing regu tidak boleh melewati batas atau garis kemenangan yang telah ditentukan dimukanya tempat berdiri berderet ke samping. Sebab apabila melewati garis gudah dianggap mulai memancing lawan dan dikatakan bahwa pihak lawan boleh untuk menyerang atau menangkap. Dalam hal ini mereka yang keluar terlebih dahulu tidak berhak menangkap, tetapi yang keluar kemudian berhak menangkapnya.
 
Permainan dapat dimulai dengan siapa yang lebih dahulu keluar dari garis berhak untuk ditangka penentuan regu yang keluar dulu bebas, tidak ada penentuan. Misalkan regu A yang keluar dulu (A.l) maka A. 1 ini tidak berhak menangkap, sedangkan yang berhak menangkap adalah regu B yang keluar kemudian (B.l). A.2 keluar kemudian, dan berhak menangkap B.l. B.2 keluar berhak menangkap A dan A.2., sebab keluarnya setelah A.l dan A.2. Sedangkan A.2 tidak berhak menangkap B.2, sebab keluarnya lebih dulu daripada B.2. Seandainya A.3 juga terus keluar setelah B.2, maka A.3 ini berhak menangkap B.l, B.3. Begitulah seterusnya secara bahwa masing-masing anggota regu selalu melihat siapa yang keluar dulu dan siapa yang keluar kemudian (belakang). Asal yang keluar belakangan berhak membunuh lawan yang keluar terlebih dahulu.
 
Misalnya A.l sudah keluar kemudian masuk lagi/kembali ke garis pegangan atau garis hidup setelah itu keluar lagi setelah A.2 dan A.3 keluar, begitu pula B.l, B.2, B.3 sudah keluar, maka A.l ini berhak membunuh/menangkap B.l, B.2, B.3 dan B.3, sebab keluarnya A.l belakangan setelah B.l, B.2, B.3 keluar. Begitu pula untuk regu B, umpama B.l juga dapat melakukan seperti apa yang dikerjakan oleh A.l dari regu A.
 
Hal ini merupakan taktik agar dapat berhak membunuh. Dan cara membunuh/menangkap lawan cukup dengan menyentuh anggota badan, berarti lawan yang tersentuh sudah mati dan dapat di tawan. Sebagai contoh tawanan seperti di bawah ini. Apabila tawanan lebih dari satu anak, maka mereka yang ditawan bergandengan tangan yang seolah-olah merupakan satu kesatuan yang apabila salah satu dapat dihidupkan oleh kawannya berarti semuanya dapat hidup kembali. Umpama regu A anak buahnya tertawan 4 orang maka regu B akan mudah mencapai kemenangan dengan jalan menggoda agar 1 orang regu A yang masih hidup mau keluar. Mengingat kekuatan yang sudah tidak seimbang lebih baik mempertahankan daripada keluar. Tanda kemenangannya asal salah satu anggota regunya sudah dapat melengkapi garis kemenangan.

Garis kemenangan yang dimaksud adalah batas/garis yang berada dimuka lawan di mana tempat berdirinya. Caranya dapat dari belakang dan dapat pula dari depan di mana sekiranya ada kelemahan pertahanan pihak lawan. Secara keseluruhan kemenangan dapat ditentukan dengan jumlah skor terakhir berapa kali dapat melangkahi garis kemenangan. Garis kemenangan yang dimaksud adalah batas/garis yang berada di muka lawan dimana tempat berdirinya. Caranya dapat dari belakang dan dapat pula dari depan dimana sekiranya ada kelemahan pertahanan pihak lawan. Secara mufakat menentukan untuk tahap pertama permainan dalam waktu 30 menit, berapa kali dapat melampaui batas/garis kemenangan. Sebagai contoh: Misalkan Regu A 4 kali, Regu B 5 kali, maka Regu B yang menang dan yang mendapat upah gendongan. Gendongan dilakukan dengan cara regu A menjemput di tempat Regu B, dan masing-masing anak menurut pasangannya. Dari tempat regu B menuju tempat regu A, kembali ke tempat di mana regu B dijemput, gendongan selesai. Setelah tahap pertama selesai, dapat dilanjutkan kembali seperti semula. Demikian berulang kali dapat dimulai setelah dajpat ditentukan skor terakhir dalam waktu yang telah ditentukan bersama. Dan tiap penentuan skor terakhir terus diadakan upah gendongan bagi yang kalah harus mengendong regu yang menang menurut pasangannya sendiri. Sampai anak-anak merasa puas dan lelah.

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline