Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat DKI Jakarta Jakarta
Asal Muasal Buaya Putih
- 4 Juli 2021 - direvisi ke 4 oleh Bangindsoft pada 24 September 2024

Pada zaman dahulu, terdapat kediaman penduduk yang berada di pinggiran Babakan Setu. Penduduk tersebut masih bersuku Betawi. Mereka hidup aman, tentram, dan damai. Terdapat sepasang anak muda yang menjalin cinta. Mereka masih berusia remaja. Mereka saling mencintai tanpa memandang kasta dan harta. Namun, cinta mereka terhalang oleh restu orang tua. Sang gadis berasal dari keluarga yang berkelimpahan harta. Orang tua mereka termasuk keluarga yang terpandang. Sedangkan sang pemuda berasal dari keluarga yang kurang berada atau dikatakan miskin. Oleh sebab itu, perjalanan cinta mereka tentu saja mendapatkan hambatan, sebab orang tua dari pihak si gadis tidak menginginkan anaknya menikah dengan pamuda miskin alias kekasih dari anaknya tersebut.

Namun, cinta mereka tetap berjalan meskipun bertemu secara diam-diam. Mereka melakukan pertemuan tanpa diketahui oleh orang tua mereka. Jika mereka diketahui oleh orang tua pihak si gadis, sang ayah dari pihak si gadis tidak segan memarahi bahkan memukul kekasih anaknya. Sang ayah selalu mewanti-wanti anaknya agar tidak bertemu kembali dengan kekasih idamannya. Namun, sang anak tidak dapat mengingkari hatinya bahwa dia sangat mencintai sang pemuda.

“Ingatlah anakku, keluarga kita adalah keluarga kaya dan terpandang. Tidak mungkinlah langit menyatu dengan bumi. Jika kamu menikah dengan pemuda itu, aku betul-betul tidak setuju !” kata sang ayah dari gadis itu.

“Tapi ayah, aku sangat mencintainya. Apakah ayah tega jika nantinya aku menikah dengan lelaki yang tidak aku cintai ?” tanya sang gadis dengan berlinang air mata.

“Tentu saja, aku akan menikahimu dengan seorang duda kaya yang akan melamarmu. Calon suamimu tentu saja sangat jauh lebih tinggi kedudukannya dibandingkan anak muda yang miskin itu !” celetuk sang ayah.

Mendengar penjelasan ayahnya, sang gadis tidak bisa berbuat apa-apa. Bagai disambar petir, dia mendengar secara jelas ucapan dari sang ayah. Ternyata dia telah dijodohkan dengan seorang lelaki yang tidak dia ketahui bagaimana rupa dan wataknya. Apakah dia akan menuruti kehendak ayahnya ? dia tidak tau. Akhirnya, secara diam-diam sang gadis pergi menemui kekasihnya.

Setelah sampai menemui kekasihnya, sang gadis memberitakan perihal bahwa dirinya akan dijodohkan oleh orang tuanya. Sang pemuda bingung, dia hanya terdiam dan merenung.

“Adinda, aku tau dari dulu bahwa orang tuamu tidak menyetujui hubungan kita. Aku paham bahwa kita memiliki perbedaan bagaikan langit dan bumi,” jelas sang pemuda.

“Tapi aku tetap mencintai abang,” sahut sang gadis.

“Iya aku juga mencintaimu. Tapi kamu harus tau, kondisi kita memang tidak lagi memungkinkan,” Kata sang pemuda.

“Jika memang begitu, sebaiknya abang pergi merantau untuk memperbaiki nasib. Jagalah diri abang. Jika abang telah berhasil, jangan lupa adinda, lekaslah pulang. Adinda akan setia menunggu abang,” saran sang gadis dengan penuh linangan air mata.

“Jika memang itu saran terbaikmu, baiklah. Aku akan merantau untuk memperbaiki nasib demi masa depan kita. Aku berjanji akan kembali lagi setelah berhasil. Doakan abang agar berhasil, Dik,” sang pria menjawab sambil tersenyum kepada kekasih yang dicintainya.

Tidak lama kemudian, sang pria pamit. Dia bergegas untuk pergi merantau demi memperbaiki nasib. Dia berjanji akan kembali lagi setelah mencapai kesuksesan dan menikahi wanita idamannya itu.

Dengan penuh harap, sang gadis dapat bertemu kembali dan menikah dengan kekasih idamannya. Dia berharap agar pernikahan dengan lelaki pilihan orang tuanya gagal dan bisa menikahi pemuda idamannya jika telah sukses di rantau sana.

Namun harapan tinggalah harapan, hampir setahun sang pemuda tidak kembali. Sang gadis merasa cemas akan keadaan tersebut. Sebab, dirinya telah dilamar dan pesta pernikahan akan sebentar lagi dilangsungkan.

Si gadis merasa galau dan sedih. Dia masih bingung terhadap apa yang harus dia perbuat. Di hari-hari terakhir melepas masa lajangnya, dia masih berharap sang pemuda tersebut akan datang dihadapannya. Berharap sang pemuda telah sukses supaya dapat meyakinkan kedua orang tuanya agar mereka bisa menikah.

Saat hari terakhir sebelum dia menikah, sang gadis dengan putus asa pergi ke Situ (danau) Babakan. Dia tidak tau harus berbuat apa lagi untuk menghadapi orang tuanya. Dengan perasaan putus asa, dia menceburkan diri ke dalam Setu Babakan yang tidak jauh dari sana.

Dirinya tidak serta merta meninggal. Siluman buaya yang ada di Setu Babakan merasa kasihan terhadap diri sang gadis. Akhirnya merubah diri sang gadis menjadi buaya putih. Buaya putih itu sekarang masih terlihat di Setu Babakan. Konon, jika ada orang yang berbuat tidak senonoh di wilayah tersebut, mereka akan menjadi santapan buaya putih di Setu Babakan.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline