Pada zaman dahulu, terdapat kediaman penduduk yang berada di pinggiran Babakan Setu. Penduduk tersebut masih bersuku Betawi. Mereka hidup aman, tentram, dan damai. Terdapat sepasang anak muda yang menjalin cinta. Mereka masih berusia remaja. Mereka saling mencintai tanpa memandang kasta dan harta. Namun, cinta mereka terhalang oleh restu orang tua. Sang gadis berasal dari keluarga yang berkelimpahan harta. Orang tua mereka termasuk keluarga yang terpandang. Sedangkan sang pemuda berasal dari keluarga yang kurang berada atau dikatakan miskin. Oleh sebab itu, perjalanan cinta mereka tentu saja mendapatkan hambatan, sebab orang tua dari pihak si gadis tidak menginginkan anaknya menikah dengan pamuda miskin alias kekasih dari anaknya tersebut.
Namun, cinta mereka tetap berjalan meskipun bertemu secara diam-diam. Mereka melakukan pertemuan tanpa diketahui oleh orang tua mereka. Jika mereka diketahui oleh orang tua pihak si gadis, sang ayah dari pihak si gadis tidak segan memarahi bahkan memukul kekasih anaknya. Sang ayah selalu mewanti-wanti anaknya agar tidak bertemu kembali dengan kekasih idamannya. Namun, sang anak tidak dapat mengingkari hatinya bahwa dia sangat mencintai sang pemuda.
“Ingatlah anakku, keluarga kita adalah keluarga kaya dan terpandang. Tidak mungkinlah langit menyatu dengan bumi. Jika kamu menikah dengan pemuda itu, aku betul-betul tidak setuju !” kata sang ayah dari gadis itu.
“Tapi ayah, aku sangat mencintainya. Apakah ayah tega jika nantinya aku menikah dengan lelaki yang tidak aku cintai ?” tanya sang gadis dengan berlinang air mata.
“Tentu saja, aku akan menikahimu dengan seorang duda kaya yang akan melamarmu. Calon suamimu tentu saja sangat jauh lebih tinggi kedudukannya dibandingkan anak muda yang miskin itu !” celetuk sang ayah.
Mendengar penjelasan ayahnya, sang gadis tidak bisa berbuat apa-apa. Bagai disambar petir, dia mendengar secara jelas ucapan dari sang ayah. Ternyata dia telah dijodohkan dengan seorang lelaki yang tidak dia ketahui bagaimana rupa dan wataknya. Apakah dia akan menuruti kehendak ayahnya ? dia tidak tau. Akhirnya, secara diam-diam sang gadis pergi menemui kekasihnya.
Setelah sampai menemui kekasihnya, sang gadis memberitakan perihal bahwa dirinya akan dijodohkan oleh orang tuanya. Sang pemuda bingung, dia hanya terdiam dan merenung.
“Adinda, aku tau dari dulu bahwa orang tuamu tidak menyetujui hubungan kita. Aku paham bahwa kita memiliki perbedaan bagaikan langit dan bumi,” jelas sang pemuda.
“Tapi aku tetap mencintai abang,” sahut sang gadis.
“Iya aku juga mencintaimu. Tapi kamu harus tau, kondisi kita memang tidak lagi memungkinkan,” Kata sang pemuda.
“Jika memang begitu, sebaiknya abang pergi merantau untuk memperbaiki nasib. Jagalah diri abang. Jika abang telah berhasil, jangan lupa adinda, lekaslah pulang. Adinda akan setia menunggu abang,” saran sang gadis dengan penuh linangan air mata.
“Jika memang itu saran terbaikmu, baiklah. Aku akan merantau untuk memperbaiki nasib demi masa depan kita. Aku berjanji akan kembali lagi setelah berhasil. Doakan abang agar berhasil, Dik,” sang pria menjawab sambil tersenyum kepada kekasih yang dicintainya.
Tidak lama kemudian, sang pria pamit. Dia bergegas untuk pergi merantau demi memperbaiki nasib. Dia berjanji akan kembali lagi setelah mencapai kesuksesan dan menikahi wanita idamannya itu.
Dengan penuh harap, sang gadis dapat bertemu kembali dan menikah dengan kekasih idamannya. Dia berharap agar pernikahan dengan lelaki pilihan orang tuanya gagal dan bisa menikahi pemuda idamannya jika telah sukses di rantau sana.
Namun harapan tinggalah harapan, hampir setahun sang pemuda tidak kembali. Sang gadis merasa cemas akan keadaan tersebut. Sebab, dirinya telah dilamar dan pesta pernikahan akan sebentar lagi dilangsungkan.
Si gadis merasa galau dan sedih. Dia masih bingung terhadap apa yang harus dia perbuat. Di hari-hari terakhir melepas masa lajangnya, dia masih berharap sang pemuda tersebut akan datang dihadapannya. Berharap sang pemuda telah sukses supaya dapat meyakinkan kedua orang tuanya agar mereka bisa menikah.
Saat hari terakhir sebelum dia menikah, sang gadis dengan putus asa pergi ke Situ (danau) Babakan. Dia tidak tau harus berbuat apa lagi untuk menghadapi orang tuanya. Dengan perasaan putus asa, dia menceburkan diri ke dalam Setu Babakan yang tidak jauh dari sana.
Dirinya tidak serta merta meninggal. Siluman buaya yang ada di Setu Babakan merasa kasihan terhadap diri sang gadis. Akhirnya merubah diri sang gadis menjadi buaya putih. Buaya putih itu sekarang masih terlihat di Setu Babakan. Konon, jika ada orang yang berbuat tidak senonoh di wilayah tersebut, mereka akan menjadi santapan buaya putih di Setu Babakan.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang