|
|
|
|
Angklung Warisan Budaya Indonesia Yang Diakui UNESCO Tanggal 19 Mar 2020 oleh Shahnaz az zahra . Revisi 2 oleh Shahnaz az zahra pada 19 Mar 2020. |
ANGKLUNG
Indonesia tidak hanya kaya akan alamnya, tapi juga segala budaya, seni, dan pertunjukan yang beragam dari setiap daerah yang ada, Seperti halnya alat musik. Dari Sabang hingga Merauke, berderet macam-macam alat musik yang memiliki keindahan dan keunikan. Bunyi atau suara yang diciptakan dari alat-alat musik tradisional dinilai dapat memikat dan memukau segala penjuru dunia. Salah satu alat musik tradisional Indonesia yang telah mendunia ialah angklung.
Angklung merupakan alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari tahan pasundan. Istilah Angklung memiliki dua pengertian yang berbeda yaitu sebagai alat musik dan sebagai bentuk seni pertunjukan. Angklung ialah sebuah alat musik yang ter- buat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Sebagai bentuk seni pertunjuk- an, Angklung merupakan sebuah bentuk seni pertunjukan yang menggunakan alat musik yang disebut Angklung. Kata “angklung” sendiri berasal dari dua kata bahasa Sunda, yaitu “angkleung-angkleung” yang berarti diapung-apung dan “klung” yang berarti suara dari alat musik tersebut. Alat musik angklung sudah diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Non-bendawi Manusia sejak November 2010 ini memiliki sejarah dibalik merdunya suara yang dihasilkan.
Pada abad ke-12 sampai ke-16, terdapat kerajaan Sunda di nusantara. Asal-usul terciptanya angklung dipercaya lahir pada masa itu. Di masa itu, rakyat dari kerajaan Sunda mempercayai bahwa dengan memainkan alat musik angklung dapat menghibur dan menyenangkan Nyai Sri Pohaci, yang diyakini sebagai dewi kesuburan. Nyai Sri Pohaci konon berasal dari telur yang ada dari air mata Dewa Naga Anta yang hidup di dunia atas bersama para dewa. Pada saat Nyai Sri Pohaci meninggal, Dewa Guru meminta agar tubuh Nyai Sri Pohaci dikubur di dunia yang menjadi tempat tinggal manusia, yaitu dunia tengah. Karena kemurnian sifat Nyai Sri Pohaci selama hidupnya, tumbuhlah berbagai jenis tanaman yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Sunda dari kuburnya. Padi berasal dari kedua mata Nyai Sri Pohaci. Mata kanannya menjadi padi putih, mata kirinya menjadi padi merah. Begitu juga tanaman bambu yang sangat penting dalam kultur masyarakat Sunda. Bambu yang dikenal dengan nama bambu aur berasal dari paha kanan Nyai Sri Pohaci. Sementara paha kirinya menjadi bambu tali. Bagian tubuhnya yang lain menjadi tanaman yang tak kalah bermanfaat bagi masyarakat Sunda, seperti kelapa dan enau. Karena itu, Nyai Sri Pohaci pun lalu menjadi dewi yang dipuja dalam kultur masyarakat Sunda. Persembahan terhadap Nyai Sri Pohaci biasa dilakukan dengan iringan tetabuhan dari alat yang terbuat dari batang-batang bambu sederhana. Dari situ lahir struktur alat musik bambu yang menjadi cikal bakal munculnya angklung. Nyai Sri Pohaci yang terhibur dengan alunan musik angklung diyakini akan membuat tanah menjadi subur sehingga padi yang ditanam pun memberikan hasil berlimpah. Oleh karena itulah, angklung kemudian selalu mengiringi ritual padi di setiap awal musim tanam padi, dan acara perayaan panen sebagai persembahan untuk Nyai Sri Pohaci. Seiring dengan berkembangnya zaman, kini angklung tidak hanya dimainkan pada saat upacara adat saja, namun dimainkan pada berbagai acara musik, sebagai alat musik pengiring tambahan yang sudah menyebar ke berbagai pelosok tanah air hingga mancanegara. Cara memainkan alat musik ini pada dasarnya sangat mudah, yaitu salah satu tangan memegang kerangka Angklung dan satunya menggoyangkan bagian bawah Angklung tersebut hingga menghasilkan suara. Terdapat 3 teknik dasar dalam memainkannya, yakni Kulurung (getar), Centak (disentak), dan Tengkep (menggetarkan salah satu tabung, sementara tabung bagian lainnya ditahan sehingga tidak ikut bergetar). Untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor. Pada tiap pemusik akan dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian, konduktor akan menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan. Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang diminta konduktor. Selain nadanya berbeda-beda, jenisnya juga bermacam-macam, di antaranya Angklung Kanekes, Angklung Reyog, Dogdog Lojor, Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Gubrag, dan Angklung Badeng. Pada Angklung jenis 22 Kunci Nada urutan angklung paling besar merupakan kunci nada paling rendah yaitu kunci nada C+ suara yang dihasilkan lebih nge-BASS, dan diikuti oleh angklung lebih kecil dengan kunci nada D, E, F dan seterusnya semakin kecil ukuran angklung maka semakin tinggi nada yang dihasilkan oleh angklung tersebut. Di Indonesia sendiri, angklung dilestarikan oleh salah satu seniman yaitu Udjo Ngalagena dengan membangun Saung Angklung Udjo di Bandung. Kini, saung tersebut dijadikan sebagai wisata sejarah musik di mana setiap pengunjung dapat melihat proses pembuatan angklung hingga menyaksikan aksi panggung bermain angklung yang dipentaskan setiap minggunya. Dengan adanya Saung Angklung Udjo, kebudayaan Angklung tidak akan hilang dan semakin dikembangkan maupun disebar luaskan sehingga pada zaman modern ini anak anak millennial masih mengetahui apa itu Alat musik tradisional Angklung. Saya bersama anggota angklung SMP 28 Bandung turut bangga karena pernah mengikuti berbagai kejuaraan angklung dan juga festival budaya di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 2012. Festival tersebut diikuti oleh banyak Negara dan kami salah satu perwakilan dari Indonesia dengan membawakan budaya Angklung.
Daftar Pustaka Nugraha, A. (2019). Angklung tradisional Sunda: Intangible, cultural heritage of humanity, penerapannya dan pengkontribusiannya terhadap kelahiran angklung Indonesia. Hermawan, D. (2013). Angklung Sunda Sebagai Wahana Industri Kreatif dan Pembentukan Karakter Bangsa. Panggung, 23(2). https://pesonaindonesia.kompas.com/read/2019/07/01/164556927/mengenal-riwayat-angklung-musik-tradisional-jawa-barat-yang-mendunia
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |