|
|
|
|
Yu Tenong Tanggal 25 Jul 2017 oleh Oase . |
Kalau sedang berkeliling Jogja terkadang akan terlihat ibu-ibu paruh baya menggendong keranjang bundar berwarna krem yang terbuat dari bambu dengan tulisan Trubus, tersusun 3 silinder dengan diameter kira-kira 80 cm yang saling ditumpuk sehingga tertutup rapat. Keranjang tersebut disebut tenong, berisi aneka makanan dan kudapan lezat. Para ibu tersebut menggendong tenong dengan selendang seperti yang biasa digunakan untuk menggendong bayi atau anak balita.
Tangannya menenteng keranjang yang berisi daun pisang, kantong plastik atau kertas untuk alas atau pembungkus makanan yang dibeli. Pakaian yang dikenakan masih tradisional, yaitu dengan kebaya hijau, kain jarik, dan mengenakan tutup kepala yang disebut caping. Mulai jam 11 siang adalah saat tenong-tenong tersebut disiapkan berisi penuh aneka kudapan dan menu nasi beraneka macam.
Para ibu-ibu ini mengambil makanannya dari Toko Trubus lalu berpencar ke seluruh kota Jogja. Trubus dikelola oleh salah satu keluarga Tionghoa yang tinggal di Yogyakarta yang tadinya membuka toko makanan kudapan yang terkenal lezat rasanya. Tenongan Trubus telah dikenal sejak berpuluh-puluh tahun lalu dan setia hingga era globalisasi sekarang. Tenongan Trubus terasa menjadi sesuatu yang unik dan khas lestari hingga kini yang memiliki ciri sebagai penjual makanan dan kudapan akulturasi yaitu masakan Tionghoa dan Belanda. Jajanan yang ditawarkan semuanya nikmat dan berkelas, sehingga walaupun harganya di atas rata-rata namun peminatnya tetap banyak.
Sesekali, para ibu yang terkadang dipanggil dengan nama Yu Tenong atau Mbok Tenong ini singgah di beberapa tempat ramai untuk menjajakannya, misalnya di pasar, kantor, ataupun fasilitas umum. Di beberapa tempat yang sudah rutin menjadi tempat mangkalnya, Yu Tenong ini akan selalu ditunggu dan disambut oleh pelanggan setianya. Makanan yang dijajakan antara lain set nasi goreng, nasi kuning, bistik, rolade, bihun goreng, bakmi goreng, dan lain-lain. Ada juga kudapan paling populer yaitu lumpia Trubus dengan isi rebung, telur, ayam, dan ebi dilengkapi dengan saus bawangnya. Kemudian ada lapis udang, risoles, kroket, sosis Solo, lapis Surabaya, roti pisang, onde-onde, pastel, semar mendem, telaga biru, jenang monte, dan masih banyak lagi.
Para Mbok Tenong telah menjadi pelestari makanan tradisional hingga sekarang. Masih setia berkeliling menjajakan makanan tradisional dengan tenong meskipun zaman telah berubah. Mereka telah menjadi salah satu ciri khas kuliner yang ada di Yogyakarta dan jarang ditemukan di tempat lain. Kalau dahulu yang berkeliling ada sekitar 60 orang, sekarang yang masih sanggup berkeliling tinggal separuhnya.
Sumber:
Murdijati Gardjiton Dkk. 2017. Kuliner Yogyakarta: Pantas Dikenang Sepanjang Masa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://vitakent.blogspot.co.id/2014/04/mbok-tenong-penyelamat-jajanan.html
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |