Wisanggeni adalah tokoh pewayangan Jawa dalam wiracarita Mahabarata. Wisanggeni dapat dipastikan merupakan tokoh asli carangan pujangga Jawa, sebab nama tokoh tersebut tidak terdapat di kitab Mahabarata di India. Lakon yang menceritakan tentang Wisanggeni cukup sedikit, meliputi kelahiran, pernikahan, dan kematiannya.
Wisanggeni adalah manusia setengah dewata. Ayahnya seorang manusia bernama Raden Arjuna dan ibunya seorang Betari bernama Dresanala. Kelahiran Wisanggeni dapat dikatakan sebagai peristiwa yang tidak diinginkan. Menjelang kelahirannya, Batara Brahma, ayah dari Betari Dresanala merasa resah sebab tidak sepatutnya seorang manusia mempersunting seorang dewi. Ia pun melakukan segala cara untuk membunuh si jabang bayi. Namun usahanya sia-sia.
Raden Arjuna dapat mempersunting Betari Dresanala sebab ia memenangkan sayembara yang dicetuskan oleh Batara Guru. Sayembara tersebut ialah barang siapa dapat mengalahkan raksasa Niwatakawaca, ia dapat mempersunting sang Dewi. Saat itu, jonggring saloka, tempat kediaman para dewa diobrak abrik oleh Niwatakawaca. Para dewa mulai kewalahan menghadapi raksasa itu dan berakhir pada keputusan mengadakan sayembara itu.
Wisanggeni memiliki kepribadian yang unik. Dia selalu berbicara menggunakan bahasa ngoko (Jawa Kasar) kepada siapa saja, dewata sekalipun. Ia adalah ksatria sakti mandraguna, baik akal budinya, dan keras dalam memegang prinsip. Ia tidak mengenal kata "menyerah" dalam mencapai tujuannya. Walaupun sifatnya kasar, cuek, dan sembrono, ia memiliki perasaan yang lembut, peduli terhadap orang lain, dan penyayang.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang