Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Permainan Tradisional DKI Jakarta Jakarta
Wak Wak Gung

        Wak wak gung, apa itu? Apa hal yang pertama kali muncul di benak kalian ketika mendengar kalimat Wak Wak Gung? Pastinya kalimat "Nasinye nasi jagung" muncul di benak anda. Wak wak gung adalah permainan tradisional yang berasal dari Ibukota negara Indonesia, yaitu DKI Jakarta yang juga merupakan asal dari kebudayaan Betawi. Permainan ini merupakan permainan massal yang dimainkan oleh banyak pemain dan diiringi dengan nyanyian. Permainan ini sudah dikenal masyarakat Betawi sejak zaman penjajajahan Belanda. Permainan yang biasa dikenal dengan permainan ular naga ini biasa dimainkan oleh anak-anak, baik perempuan ataupun laki-laki. Menurut sumber yang saya baca, cara bermain permainan wak wak gung berbeda dengan ular naga yang akan saya jelaskan nanti lebih lanjutnya. Permainan ini tentu banyak manfaatnya, namun seiring perkembangan zaman, semakin memudar pula budaya tradisional Nusantara khususnya untuk kota Metropolitan seperti Jakarta. Sudah sangat jarang permainan ini dimainkan. Untungnya, saya pernah merasakan bermain permainan ini bersama teman-teman. Semoga pembaca pun juga pernah merasakan serunya permainan ini.

        Saya akan menjelaskan cara bermain dan aturan main permainan Wak Wak Gung ini. Sebenarnya, permainan ini sangatlah mudah karena tidak memerlukan alat apapun selain harus mengiringi lagu atau nyanyian ketika permainan dimulai. Permainan ini bisa dimainkan hingga 5-40 orang. Untuk itu, permainan ini harus dilakukan di tempat yang lapang dan luas. Di dalam permainan ini, dipilih dua orang yang akan menjadi Induk Ayam atau Ulung, lalu sisanya sebagai anggota. Tidak ada ketentuan dalam pemilihan Induk Ayam, namun biasanya Induk Ayam dipilih karena pemain memiliki tubuh yang besar.

Cara Bermain (Proses Permainan) :

Cara bermainnya juga cukup mudah. Induk Ayam yang sudah dipilih tersebut akan berhadapan dan berpegangan tangan (kedua tangan) lalu menaikkan kedua tangan membentuk kerucut atau seperti sebuah terowongan. Anggota lainnya berbaris ke belakang di depan terowongan dan saling memegang pundak teman yang ada di depannya. Lalu, barisan anggota tersebut memasuki lorong dan mengitari Induk ayam sambil menyanyikan lagu Wak Wak Gung yang liriknya sebagai berikut.

Wak Wak Gung nasinye nasi jagung

Lalapnye daon utan

Sarang gaok dipohon jagung
Gang...ging...gung
 
Tam-tambuku
Seleret daon delime
Pato klembing pate paku
Tarik belimbing
Tangkep satu
Pit ala'ipit
Kuda lari kejepit-sipit
 
     Setelah nyanyian berakhir, Induk Ayam akan menurunkan kedua tangannya dan memerangakap salah satu pemain. Lalu, induk ayam akan bertanya kepada pemain yang diperangkap untuk memilih diantara kedua induk ayam tersebut secara sukarela. Jika pemain sudah memilih salah satu induk ayam, pemain tersebut akan berdiri di belakang induk ayam yang dipilih. begitu seterusnya sampai semua pemain habis dan sudah terbentuk dua regu. Setelah itu, buatlah sebuah garis batas permainan. Lalu, kedua induk ayam berpegangan tangan namun hanya satu tangan, dan tangan satu lainnya memegang tangan anggota yang memilihnya, begitupula dengan yang lainnya. Lalu, kedua regu akan saling menarik. Regu yang melewati garis batas permainan akan dinyatakan kalah.
 
        Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, permainan Wak Wak Gung memiliki kesamaan dengan permainan ular tangga. Dimulai dari pemilihan Induk Ayam,yang di dalam permainan Ular Tangga disebut dengan Gerbang, Pemain harus melewati "Terowongan", permainan diiringi dengan nyanyian dan pemain juga harus mengitari Gerbang atau Induk Ayam. Perbedaannya adalah, disamping nyanyiannya berbeda, cara berakhirnya permainan ini pun berbeda. Pada permainan ular tangga, terdapat juga peran Induk, namun tugasnya untuk menjaga anggota pemainnya dari perangkap dengan membantah segala perihal tentang anak yang diperangkap tersebut hingga si anak ini disuruh memilih diantara dua gerbang. Permainan Ular Tangga ini akan berakhir ketika semua "anak" telah habis.
 
        Permainan Wak-Wak Gung ternyata memiliki versi yang berbeda juga. Berbeda dengan yang saya jelaskan sebelumnya, jika pada sebelumnya regu yang sudah terbentuk akan saling menarik untuk menbuat regu lawan melewati garis batas, pada versi ini, setelah kedua regu sudah terbentuk, Induk Ayam akan suten atau suit. Jika, salah satu Induk Ayam kalah, maka "Anak"nya akan berpindah ke regu yang lain. Setelah itu, Induk Ayam yang kalah akan berusaha untuk merebut kembali "Anak"nya dan Induk Ayam regu lain akan merentangkan kedua tangannya sambil menghindar dari lawannya untuk melindungi "Anak"nya.
 
Permainan Wak-Wak Gung ini tentu memiliki banyak manfaat. Selain permainan ini bagus untuk melatih sensor-motorik, permainan ini juga mengandung banyak nilai-nilai atau norma yang baik. Di permainan ini mengajarkan kita tentang kerja sama dan kerja keras. Cara pemain yang berusaha untuk mengalahkan regu lawan dengan bahu-membahu menarik regu lawan tanpa melihat seberapa banyak anggotanya. KIta juga bisa belajar tentang demokrasi yang terlihat dari cara pemain dibebaskan untuk memilih Induk Ayam sesuka hati. Tidak terlupakan, Sportivitas. Lapang dalam menerima kekalahan dan kenyataan bahwa dalam setiap permainan pasti selalu ada yang menang dan juga ada yang kalah.
 
Sekian dari saya, mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan. Mohon dimaafkan dan diperbaiki juga bila saya ada kesalahan dalam menuliskan materi. Terima Kasih atas perhatiannya.
 
#OSKMITB2018

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline