|
|
|
|
Wafatnya Raja Bunu Tanggal 23 Nov 2018 oleh Roro . |
Raja Bunu tengah sakit. Semakin bertambah hari semakin bertambah parah penyakit yang dideritanya. Sang raja hanya bisa berbaring di ranjangnya tanpa berdaya. Para tabib istana telah berupaya untuk menyembuhkan sang raja, namun usaha mereka tidak membuahkan hasil. Para tabib dan ahli pengobatan dari berbagai daerah juga telah didatangkan. Tetapi, mereka juga tidak bisa menyembuhkan penyakit yang diidap Raja Bunu.
Segenap warga kerajaan berduka. Begitu pula dengan rakyat. Mereka berdoa dan berharap, Raja Bunu akan segera kembali sehat seperti semula. Kesedihan juga dirasakan Raja Sangen dan Raja Sangiang. Keduanya adalah saudara kandung Raja Bunu. Mereka berduka melihat saudara kandung mereka tak berdaya akibat penyakit yang dideritanya.
Suatu hari Raja Sangen dan Raja Sangiang kembali menjenguk Raja Bunu. Keduanya membawa berita penting. Setiba di istana kerajaan, mereka menemui anak sulung Raja Bunu. Pangeran Paninting Tarung, namanya.
“Paninting Tarung,” kata Raja Sangen, “Kami mendengar sepasang tabib ternama yang tinggal di pinggir Telaga Mantuk. Keduanya adalah Nyai Jaya dan Mangku Amat. Mereka sakti mandraguna. Dengan kesaktiannya, berbagai penyakit dapat mereka sembuhkan.”
Pangeran Paninting Tarung mendengarkan sungguh-sungguh.
“Tidak hanya berbagai penyakit,” sambung Raja Sangiang. “Dengan kesaktian yang mereka miliki, mereka juga mampu menghidupkan orang yang telah mati.”
“Paninting Tarung,” kata Raja Sangen selanjutnya. “Datang dan temuilah Nyai Jaya dan Mangku Amat. Ajak keduanya ke istana ini. Kita minta bantuan keduanya untuk mengobati ayahandamu. Semoga ayahandamu dapat sembuh dari penyakitnya.”
Pangeran Paninting Tarung bergegas menuju Telaga Mantuk. Ia tidak menemui hambatan yang berarti dalam perjalanannya. Selamat ia tiba di Telaga Mantuk dan menemukan rumah tempat tinggal Nyai Jaya dan Mangku Amat. Namun, rumah itu kosong. Tampaknya Nyai Jaya dan Mangku Amat sedang bepergian. Tanpa menunggu, Pangeran Paninting Tarung bergegas kembali pulang ke istana.
Setibanya Pangeran Paninting Tarung di istana, Raja Sangen menemuinya. Tanyanya, “Bagaimana Paninting Tarung? Apakah engkau telah menemui Nyai Jaya dan Mangku Amat?”
Pangeran Paninting Tarung menggelengkan kepala. “Nyai Jaya dan Mangku Amat sedang pergi,” jawabnya. “Rumah mereka kosong, tidak kutemukan siapa pun juga di dalamnya.”
“Jika engkau sabar menunggu mereka, bisa jadi kini mereka telah bersamamu ke istana ini,” kata Raja Sangen menyayangkan.
Raja Sangen kembali meminta Pangeran Paninting Tarung untuk kembali ke Telaga Mantuk. Katanya, “Semoga Nyai Jaya dan Mangku Amat sudah kembali. Temuilah dan ajaklah keduanya ke istana ini.”
Pangeran Paninting Tarung kembali melakukan perjalanan menuju Telaga Mantuk. Tetapi, Nyai Jaya dan Mangku Amat belum juga kembali setelah Pangeran Paninting Tarung tiba di rumah mereka. Tanpa menunggu, Pangeran Paninting Tarung bergegas kembali ke istana. Ia melapor pada Raja Sangen dan Raja Sangiang.
“Cobalah sekali lagi engkau ke Telaga Mantuk,” ujar Raja Sangen. “Ajak keduanya ke Istana untuk mengobati ayahandamu.”
Raja Sangiang turut menyarankan, “Tunggu mereka hingga pulang. Jangan kembali ke istana jika tidak bersama mereka.”
Pangeran Paninting Tarung merasa jengkel. Kedua pamannya itu dirasanya tidak mempercayainya. Dua kali ia telah mendatangi rumah Nyai Jaya dan Mangku Amat, namun kembali kedua pamannya itu memintanya pergi lagi. Dengan perasaanjengkel yang semakin meninggi, ia kembali menuju Telaga Mantuk.
Nyai Jaya dan Mangku Amat belum juga kembali. Pangeran Paninting Tarung hanya menemui rumah dua tabib sakti itu kosong. Ia memikirkan cara agar kedua pamannya itu percaya, jika ia telah tiba di rumah Nyai Jaya dan Mangku Amat dan kedua tabib sakti itu tidak ada di rumah mereka. Pangeran Paninting Tarung lalu merobohkan rumah Nyai Jaya dan Mangku Amat. Ia lalu mengambil berbagai peralatan pengobatan Nyai Jaya dan Mangku Amat. Juga bagian-bagian dari rumah itu dan membawanya ke istana kerajaan.
Setibanya di istana, Pangeran Paninting Tarung menemui kedua pamannya. Ia menunjukkan barang- barang yang dibawanya. Katanya, “Inilah buktijika aku telah sampai di rumah Nyai Jaya dan Mangku Amat. Keduanya tetap belum kembali. Kuharap Paman berdua kini mempercayai tindakanku.”
Sementara itu Nyai Jaya dan Mangku Amat kembali dari bepergian. Keduanya terperanjat mengetahui rumah mereka telah roboh. Berbagai peralatan pengobatan mereka hilang. Bagian- bagian rumah merekajuga hilang. Keduanya lalu mengerahkan kesaktian mereka untuk mengetahui apa yang telah terjadi ketika mereka sedang bepergian? Siapa yang merusak rumah mereka?
Nyai Jaya dan Mangku Amat akhirnya mengetahui jika pelaku perusakan itu Pangeran Paninting Tarung. Merekajuga mengetahui penyebab anak Raja Bunu itu melakukan tindakan buruknya. Keduanya ingin turut berusaha menyembuhkan penyakit yang diderita Raja Bunu. Namun, karena peralatan pengobatan mereka hilang dibawa Pangeran Paninting Tarung, mereka tidak bisa melakukan pengobatan. Keduanya khawatir, Raja Bunu akan segera meninggal dunia jika tidak mendapat pengobatan yang tepat dan segera.
Kekhawatiran Nyai Jaya dan Mangku Amat terbukti. Tak berapa lama kemudian Raja Bunu menghembuskan napas terakhirnya.
Kematian Raja Bunu juga diketahui Nyai Jaya dan Mangku Amat. Mereka turut menyesal. Seandainya saja Pangeran Paninting Tarung bersedia sabar menunggu kepulangan mereka, mereka bisa mengobati sakit yang diderita Raja Bunu. Bahkan, seandainya peralatan pengobatan itu tidak dihancurkan Pangeran Paninting Tarung, mereka bisa menghidupkan kembali Raja Bunu.
Nyai Jaya dan Mangku Amat hanya bisa menyesal, seperti penyesalan Raja Sangen dan Raja Sangiang yang tidak bisa memberikan pengobatan yang sesuai untuk saudara kandung mereka.
SIFAT SABAR DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN SUATU TINDAKAN. TERLALU GEGABAH DAN TERBURU-BURU AKAN DAPAT MENDATANGKAN MALAPETAKA DAN PENYESALAN DI KEMUDIAN HARI.
Sumber: https://dongengceritaanak.com/category/cerita-rakyat/kalimantan-utara/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |