|
|
|
|
WOR BARAPEN Tanggal 02 Jan 2016 oleh Firman Giri Febriyanto. |
Papua ada dua cara memasak dengan bakar batu, kalau masyarakat suku Byak tidak menggali lobang tetap hanya memindahkan arang-arang kayu sisa bakar batu. Hanya mengambil batu merah panas dan meletakan di atas makanan yang ditutupi dengan daun-daun termasuk daun pisang. Kalau di Lembah Baliem masyarakat di sana, Suku Dani membuat lobang dan memakai rumput atau daun-daung. Mereka mengenal dua cara bakar batu pertama melobangi atau membuat lobang dan kedua langsung tanpa membuat lobang.
Sedangkan orang Byak hanya mengenal bakar batu tanpa membuat lobang. Dalam bahasa Byak bakar batu adalah barapen, bar artinya bikin, kerjakan atau buat, sedangkan apen, berasal dari kata apiam yang artinya api,panas, masak; maksudnya bakar batu dan memasak. Barapen bagi orang Byak adalah memasak makanan dengan memakai batu merah yang dipanaskan terlebih dahulu di atas tumpukan kayu bakar. Hal inilah yang disebut orang memasak khas Papua dengan bakar batu.
Pesta-pesta menjelang ritus peralihan Wor K’Bor selalu berlangsung berbulan-bulan terutama pada musim wampasi atau angin timur laut tenang dan banyak hasil ikan serta makanan sehingga tepat untuk melangsung upacara atau Wor K’Bor. Upacara ini biasanya dilakukan saat anak-anak muda masuk usia pubertas atau akil baliq sehingga saat itulah mereka harus menjalani upacara memotong ujung kelamin bagian atas dari anak-anak laki-laki.
Inilah asal muasal orang Byak berpesta menjelang pelaksanaan Wor K’Bor ada saguer (swansrai), ada barapen dan bakar ikan. Hanya saja upacara Wor K’Bor tak pernah dilakukan lagi dan hanya pesta-pesta biasa termasuk pesta rakyat barapen selalu ada. Dalam pesta ini ada upacara berjalan di atas batu panas (fire walking ceremony) atau simbran apen. Begitupula dalam peresmian rumah baru pasti ada barapen dan simbran apen.
Proses barapen, pertama mencari batu-batu yang kuat menahan api dan tidak hancur saat dipanaskan. Setelah mengumpulkan batu-batu dan dicuci bersih, kemudian mencari kayu bakar (ai bram), kayu bram ini sangat bagus untuk memanaskan batu-batu. Tumpukan kayu yang disusun rapi kemudian meletakan batu-batu di atasnya dan menyalakan api.
Kayu yang membakar batu dibiarkan sampai habis dan tinggal arang dan abu, kemudian pindahkan arang-arang dengan memakai kapim atau penjepit yang terbuat dari bambu atau pelepah kelapa untuk mengangkat arang dan batu.
Kapim akan mengangkat batu-batu panas dan memindahkan arang, daun-daun sebagai pengalas makanan, biasanya bagian bawah di letakan keladi (japan), keladi bete, petatas, di tutupi dengan daun-daun. Di atasnya letakan sayuran-sayuran seperti sayur pepaya, daun petatas dan letakan pula daging babi dan ayam. Saat ini mama-mama (awin) memakai panci untuk memasukan sayur dan bumbu sehingga aman saat masuk dalam bakar batu tidak hancur dan hangus. Kalau daging babi bisanya lemak dibiarkan meleleh dan bercampur dengan keladi atau pun petatas.
Setelah semua makanan sudah masuk dan ditutupi dengan daun-daun, agar asap atau uap panas tak boleh keluar dari dalam. Kemudian dibiarkan selama satu atau lebih dan barapen boleh dibuka untuk makan bersama.
Saat ini menu memasak dengan cara barapen sudah bervariasi sehingga ada makanan bersifat umum dan ada ayam yang sudah dibumbui. Tak heran kalau ada istilah ayam bumbu barapen, tepung barapen dan lain-lain.
http://tabloidjubi.com/home/2015/09/11/barapen-bakar-batu-suku-byak-papua/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |