Cerita Utek-Utek Ugel adalah cerita teladan yang memberi gambaran tentang buruknya sifat tamak terhadap makanan maupun minuman. Namun dalam kisah Utek-Utek Ugel ini sifat ketamakan dan akibatnya ini dingongengkan dengan gambaran yang lucu dan menyenangkan dan sebagaian kisah ini diceritakan sambil dinyanyikan atau didendangkan.
Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda berbadan gemuk yang bertubuh pendek dimana pekerjaan sehari-harinya adalah berladang. Sehabis bekerja keras mencangkul ladang, si pemuda yang bernama Utek-Utek Ugel tersebut beristirahat dan mencari makanan di hutan yang terletak di dekat ladangnya tersebut. Di sepanjang jalan menuju hutan, dia bertemu dengan tetangga-tetangganya dan tetanganya bertanya "Mau kemana?" dan Utek-Utek Ugel menjawab "Mau ke hutan sebelah selatan itu mencari buah elo". Dan tetangganya tersebut menunjukan tempat tumbuh pohon elo tersebut. Tetapi Utek-Utek Ugel kurang puas karena jumlahnya terlalu sedikit, dan dia melanjutkan perjalanan ke arah selatan. Dan kejadian ini selalu berulang setiap bertemu dengan para tetangganya yang lain, sampai ada satu orang yang memberitahu bahwa ada suatu tempat dimana banyak sekali pohon elo tumbuh. Ini digambarkan dengan syair lagu berikut:
Utek-Utek Ugel
Nggowo keranjang boleh budel
Nangdi Gel?
Ngidul kono nggolek elo
Ndhok kono ono limang wit
Ketanggunan..........(2x)
Utek-Utek Ugel
Nggowo keranjang boleh budel
Nangdi Gel?
Ngidul kono nggolek elo
Ndhok kono ono sak alas
Yo kuwi sing takgoleki
Nah setelah Utek-Utek Ugel sampai di tempat tersebut, dia menghabiskan seluruh buah elo sampai dia sangat kenyang dan mulai merasa haus. Dia mencari-cari tempat minum dan para tetangganya menunujukan sumur mata air tempat biasa mereka mengambil air minum. Tetapi Utek-Utek Ugel tidak puas karena jumlah air di sumur tersebut terlalu sedikit, sampai ada satu orang yang memberitahu bahwa ada sungai Brantas yang jumlah airnya sangat banyak, dan Utek-Utek Ugel menghabiskan seluruhnya.
Karena kekenyangan dan perutnya kembung Utek-Utek Ugel tidak bisa berjalan. Dia ingin perutnya kembali kempes. Kemudian dia minta tolong kepada ikan Keting untuk "mematil" perutnya, tapi ikan siripnya tidak mampu menembus kulit perut Utek-Utek Ugel. Kemudian dia dia minta tolong Ikan Lele, tapi ikan Lele juga tidak dapat menyobek perut Utek-Utek Ugel. Terakhir dia minta tolong pada Kepiting agar menjapit perutnya, dan akhirnya keluarlah semua isi perut Utek-Utek Ugel.... dan dia mati.
Cerita ini memberi nasehat kepada anak-anak agar mereka tidak tamak terhadap makanan dan minuman. Makan dan minumlah secukupnya agar tidak seperti Utek-Utek Ugel. Dan ini diungkapkan dalam bait terakhir lagu jawa berikut:
Mangkane ojo koyo Utek-Utek Ugel.....
#OSKMITB2018
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang