Hari raya Nyepi merupakan sesuatu yang tidak asing lagi di telinga kita. Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang jatuh pada tilem ke sanga sasih ke dasa atau pada bulan Maret setiap tahunnya. Sehari sebelum hari raya Nyepi, tepatnya pada saat Tilem Kesanga, diadakan arak-arakan Ogoh-Ogoh di mana Ogoh-Ogoh tersebut merupakan simbol hal-hal negatif maupun sifat negatif yang ada pada diri manusia. Setelah diarak, Ogoh-Ogoh pun dibakar di akhir acara sebagai simbol lenyapnya hal-hal negatif sehingga umat Hindu dapat menjalani hari raya Nyepi dengan jiwa, hati, dan pikiran yang bersih. Keesokan harinya, barulah hari raya Nyepi diadakan.
Namun, tahukan Anda bahwa selain hari raya Nyepi yang diperingati secara nasional, terdapat pula hari raya Nyepi yang berlaku pada satu daerah atau desa adat tertentu yaitu Nyepi Adat. Salah satu desa yang mengadakan Nyepi Adat adalah Desa Padangkerta yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali. Nyepi Adat di Desa Padangkerta jatuh pada hari Kajeng Kliwon Uudan, Sasih Dasa, di mana Nyepi Adat ini merupakan bagian dari rangkaian acara Usaba Dalem. Jika pada hari raya Nyepi nasional masyarakat dilarang melakukan aktivitas di luar rumah, Nyepi Adat Desa Padangkerta tetap mengizinkan masyarakatnya untuk beraktivitas seperti biasa. Namun terdapat beberapa pantangan, yaitu tidak diperbolehkan memotong hewan yang masih hidup, tidak boleh menginap di luar Desa Padangkerta, dan tidak boleh melakukan kegiatan/aktivitas fisik yang berat. Nyepi Adat ini dilaksanakan selama tiga hari sebelum pada akhirnya menginjak pada acara puncak, yaitu Usaba Dalem Desa Padangkerta.
Usaba Dalem merupakan acara puncak setelah menyelesaikan Nyepi Adat. Upacara ini bertujuan untuk memberikan penghormatan tertinggi kepada Dewi Durga yang merupakan istri/sakti dari Dewa Siwa. Dewa Siwa merupakan salah satu dewa dalam kepercayaan Hindu yang beristana di Pura Dalem. Karena itulah Upacara Usaba Dalem ini dilaksanakan di Pura Dalem Desa Padangkerta. Setelah tiga hari melaksanakan Nyepi Adat, tibalah pada hari H di mana pada pukul 06.00 WITA diadakan acara yang disebut Nusuk Godel.
Nusuk Godel merupakan ritual di mana orang-orang terpilih yang merupakan anggota Sekaa Agung yang terdiri dari penekek desa (Pengurus desa; kepala desa, wakil, bendahara, pemangku, dan lainnya) menusuk anak sapi/godel menggunakan pisau yang sudah dipasupati. Sapi yang dipilih merupakan sapi kecirenan, yaitu sapi yang ditemukan melalui petunjuk gaib yang didapatkan oleh beberapa orang terpilih yang sudah mebersih/disucikan melalui bisikan-bisikan. Sapi yang terpilih tidak boleh diikat atau dikurung, melainkan harus dibiarkan hidup bebas. Apapun yang dimakan oleh sapi kecirenan ini dipercayai akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sebagai contoh, jika sapi ini memakan padi di sawah milik seorang warga desa, maka orang tersebut akan bersyukur karena ke depannya, padi yang ditanam akan tumbuh subur dan membawa hasil yang bagus. Namun, jika sapi yang terpilih merupakan milik seseorang dan orang tersebut tidak rela jika sapinya dikorbankan, maka dipercayai bahwa sapi tersebut serta peliharaan lainnya akan mengalami kematian massal/grubug dan usaha ke depannya akan sulit.
Prosesi pertama dalam Nusuk Godel diawali dengan membawa godel kecirenan ke area utamaning mandala (area utama) Pura Dalem. Di sana, godel akan diberikan sesajen dan alat-alat yang akan digunakan untuk menusuk akan dipasupati. Ketika diberi sesajen, dipercayai bahwa atma/arwah dari godel yang dikorbankan sudah dihaturkan dan godel tersebut mengalami mati suri, tetapi masih tetap sadar walaupun tidak maksimal. Karena dianggap sudah mati suri, ritual Nusuk Godel dianggap tidak dosa. Selanjutnya, godel dibawa ke jaba tengah untuk ditusuk menggunakan pisau pasupati oleh pemangku yang merupakan anggota Sekaa Agung. Jika godel tersebut sudah mati, maka prosesi Nusuk Godel berakhir. Jika godel kabur dari tempat prosesi, maka harus dikejar sampai dapat dan prosesi dilakukan di tempat di mana godel tersebut ditemukan. Pada Usaba Dalem 2018 lalu, godel kabur dan berhasil ditangkap di sawah sehingga prosesi dilakukan di sawah.
Setelah godel mati, antara kulit dan dagingnya dipisahkan. Namun, godel masih harus berbentuk godel tanpa daging selayaknya karpet-karpet sapi yang dijual di pasaran. Kepala, badan, dan kaki harus lengkap tanpa daging. Dagingnya bisa dijual, dikonsumsi, atau dibagikan sesuai kesepakatan bersama. Sedangkan bagian kepala, badan, dan kaki yang masih berkulit disimpan di bawah pelinggih Dewi Durga dengan tujuan untuk menetralisir buta kala agar tidak mengganggu kehidupan masyarakat duniawi.
Acara selanjutnya adalah melakukan prosesi persembahyangan di Pura Dalem. Persembahyangan dilakukan sebagaimana persembahyangan pada umumnya. Setelah sembahyang, jika seseorang memiliki anggota keluarga yang sudah meninggal dan masih dikubur (belum diabenkan/dikremasi), maka kuburan anggota keluarganya diberikan sodaan (sesajen yang dipersembahkan untuk orang yang sudah meninggal). Kemudian diadakan proses persembahyangan di kuburan tersebut. Namun, yang boleh melakukan persembahyangan hanya anggota keluarga yang memiliki usia di bawah anggota keluarga yang sudah meninggal. Jika seseorang dengan usia lebih besar menyembah anggota keluarga yang sudah meninggal yang lebih kecil, maka individu yang telah meninggal akan tulah di mana perjalanannya akan terhambat. Perlu diketahui, menyembah yang dimaksud adalah bersembahyang dengan sarana prasarana persembahyangan lengkap. Maka dari itu, seseorang yang usianya lebih besar hanya bisa mendoakan dalam hati dan tidak boleh ikut menyembah.
Dengan berakhirnya prosesi persembahyangan di kuburan, maka berakhir pula rangkaian acara Usaba Dalem Desa Padangkerta. Sangat unik dan penuh makna, bukan? Walaupun mungkin terdapat keraguan dan ketidaksetujuan di dalam hati kita, tetapi tradisi tetaplah tradisi. Bagaimana pun prosesinya, hargailah karena tradisi merupakan salah satu keragaman yang memperkaya budaya yang ada di Indonesia. Hargai, nikmati, lestarikan.
#OSKMITB2018
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.