|
|
|
|
Upacara Tradisional, Tabot Asal Bengkulu #DaftarSB19 Tanggal 16 Feb 2019 oleh Ignatiaivani . |
Upacara Tradisional, Tabot Asal Bengkulu
Tabot adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang diadakan bertujuan untuk mengenang tentang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad S.A.W, Saidina Hassan. Tabot pertama kali dirayakan oleh Syeikh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685. Syeikh Burhanuddin telah menikah dengan wanita Bengkulu dan keturunannya disebut sebagai keluarga Tabot. Biasanya, upacara tradisional dilaksanakan dari tanggal 1 sehingga 10 Muharram (berdasarkan Kalendar Islam Hijrah) pada setiap tahun.
Pada awalnya inti dari upacara Tabot adalah untuk mengenang usaha pemimpin Syiah dengan kaumnya mengumpulkan potongan tubuh Husein, mengarak dan memakamnya di Padang Karbala. Istilah Tabot berasal dari kata Arab Tabut yang secara harfiah bererti "kotak kayu" atau "peti". Bani Israel di masa itu diyakini bahwa mereka akan menerima kebaikan bila Tabot hadir, sedangkan kalau Tabot hilang akan dapat petaka. Pelaksanaannya Tabot diawali dengan pembacaan Basmalah dan doa-doa. Beberapa doa yang dipanjatkan, seperti doa kubur, doa permohonan dan ampunan atas arwah orang-orang Muslim di dunia, bacaan tasbih, Salawat ulul ‘azmi, dan Salawat Wasilah. Langkah – langkah dalam menjalani upacara Tabot, antara lain mengambik tanah (mengambil tanah), Duduk Penja (mencuci jari-jari), menjara (mengandun), Meradai (mengumpulkan dana), Arak Penja (mengarak jari-jari), Arak Seroban (mengarak Sorban), Gam (tenang / berkabung), Arak Gedang (taptu akbar), dan Tabot Tebuang (Tabot terbuang)
Melalui bacaan dan doa, Tabot mengandung tiga nilai dalam pelaksanaannya, terdiri dari nilai agama (sakral), sejarah, dan sosial. Nilai-nilai agama dalam upacara Tabot diantaranya adalah proses mengambik tanah mengingatkan manusia akan asal penciptaannya, terlepas dari adanya pandangan bahwa ritual tabot mengandung unsur penyimpangan dalam akidah, seperti penggunaan mantera-mantera dan ayat- ayat suci dalam prosesi mengambik tanah, namun esensinya adalah untuk menyadarkan kita bahwa keberagamaan tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai budaya tempatan, dan pelaksanaan upacara Tabot merupakan perayaan untuk menyambutan tahun baru Islam. Nilai sejarah yang terkandung dalam budaya tabot adalah sebagai manifestasi kecintaan dan untuk mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad s.a.w. yakni Hussein bin Ali yang terbunuh di Padang Karbala dan juga sebagai ekspresi permusuhan terhadap keluarga Bani Umayyah pada umumnya dan khususnya pada Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah yang memerintah waktu itu, beserta Gabenor 'Ubaidillah bin Ziyad yang memerintahkan penyerangan terhadap Hussain bin ‘Alî beserta askarnya. Adapun nilai sosial yang terkandung di dalamnya, antara lain mengingatkan manusia akan praktik penghalalan segala cara untuk menuju puncak kekuasaan dan simbolisasi dari sebuah keprihatinan sosial.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |