|
|
|
|
Upacara Tiwah Tanggal 09 Aug 2018 oleh OSKM18_16918049_Abid Afif_Alfaruq. |
Upacara Tiwah
Tiwah merupakan upacara ritual kematian tingkat akhir bagi masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah, khususnya daerah pedalaman penganut Agama Kaharingan sebagai agama leluhur warga Dayak.
Upacara Tiwah adalah upacara kematian yang biasanya dilaksakanan atas seseorang yang telah meninggal dan dikubur sekian lama hingga yang tersisa dari jenazahnya diperkirakan hanya tinggal tulangnya saja.
Ritual Tiwah bertujuan sebagai ritual untuk meluruskan perjalanan roh atau arwah yang bersangkutan menuju Lewu Tatau (Surga – dalam Bahasa Sangiang) sehingga bisa hidup tentram dan damai di alam Sang Kuasa
Selain itu, Tiwah Suku Dayak Kalimantan Tengah juga dimaksudkan oleh masyarakat di Kalimantan Tengah sebagai prosesi suku Dayak untuk melepaskan Rutas atau kesialan bagi keluarga Almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa. Selanjutnya, Tiwah juga bertujuan untuk melepas ikatan status janda atau duda bagi pasangan berkeluarga.
Ritual tiwah sangat sakral dan penting dalam mengantar jiwa seseorang ke tingkat kehidupan selanjutnya. Masyarakat Dayak Ngaju percaya apabila mereka belum melakukan prosesi tiwah bagi keluarganya, arwah orang yang meninggal akan tetap berada di dunia dan tidak dapat menuju ke lewu tatau. Biasanya ritual tiwah ini dilaksanakan setelah masa panen padi. Hal ini sesuai dengan irama kehidupan masyarakat Dayak Ngaju.
Pelaksanaan ritual tiwah berlangsung selama 7 hari 7 malam. Itu sebabnya, upacara adat kepercayaan Kaharingan ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya tersebut digunakan untuk memenuhi persyaratan upacara sakral Tiwah, diantaranya untuk menyediakan makanan, hewan qurban, sesaji, dan juga membuat sandung.
Biaya atau benda yang telah terkumpul (disebut laloh) akan diberikan kepada pemimpin penyelenggara (bakas tiwah) yang ditunjuk melalui rapat dan keputusan bersama para tetua dan penyelenggara upacara, tugasnya mengkoordinasi semua rangkaian pelaksanaan upacara.
Yang memimpin pelaksanaan upacara tiwah adalah para belian, yaitu para tetua yang biasa memimpin upacara adat. Dalam upacara ini, belian menyanyikan kisah-kisah suci tentang asal-usul dan silsilah orang Ngaju, yang disebut sasana bandar. Nyanyian yang berlangsung berjam-jam ini dapat diiringi musik sejenis kendang dan gong.
Upacara adat tiwah merupakan salah satu tradisi penguburan yang unik dan berkembang menjadi warisan budaya masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Keberadaan upacara tiwah diyakini telah berlangsung sejak masa prasejarah hingga masa sekarang.
Narasumber : Devi Julia Fajariani asal Palang Karaya
#OSKM2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |