Ritual
Ritual
Ritual Sumatera Utara Batak
Upacara Sipaha Sada
- 16 Juli 2018
Di Sumatra Utara, tepatnya di tanah Batak masih memiliki sekelompok orang yang dengan teguh tetap menganut agama nenek moyang mereka yakni agama Parmalim, meski kita semua tahu bahwa sejak dulu agama ini tak pernah diakui oleh pemerintah dan sengaja diisolasi. Agama Parmalim sendiri berpusat di Desa Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Berdasarkan sejarah dan cerita dari penganut agama ini, konon Parmalim Hutatinggi dirintis Raja Mulia Naipospos (wafat 18 Februari 1956). Saat ini Parmalim Hutatinggi dipimpin Raja Marnakkok Naipospos, cucu Raja Mulia Naipospos.

Di Hutatinggi sendiri, untuk menunjang pelaksanaan berbagai kegiatan dan ritual keagamaan berdiri sebuah kompleks yang disebut bale Pasogit (balai asal-usul) yang terdiri dari empat bangunan utama yakni Bale Partonggoan (balai doa), Bale Parpitaan (balai sakral), Bale Pangaminan (balai pertemuan), dan Bale Parhobasan (balai pekerjaan dapur). Bagi umat Parmalim, Bale Pasogit merupakan Huta Nabadia (tanah suci). Semua bale ini didesain dengan motif batak yang sarat dengan arti khusus. Di kompleks itu pula, tiap dua kali dalam setahun digelar upacara keagamaan besar yang disebut Sihapa Sada, yakni sebuah upacara untuk menyambut tahun baru sekaligus demi memperingati kelahiran para pemimpin spiritual Parmalim, dan juga Sihapa Lima, yang dimaksudkan untuk upacara syukuran atas rahmat yang diterima dari Raja Mulajadi Nabolon. Kedua ritual upacara ini begitu penting artinya bagi segenap penganut agama Parmalim, maka dari itu tak heran kiranya jika tiap diadakannya ritual ini hampir seluruh penganut Parmalim baik yang ada di sekitar kompleks maupun dari luar daerah akan selalu menyempatkan datang.

Dalam upacara ini, mereka disamping untuk menyambut tahun baru juga untuk mendoakan para raja Parmalim terdahulu, sejak dari Sisingamaharaja hingga raja-raja yang sekarang, pun juga tak lupa untuk mendoakan para pemimpin disegala penjuru dunia yang dalam pemaknaan filosofis mereka disebut sebagai pemimpin dari empat penjuru dunia dan empat segi kehidupan. Untuk persiapan pelaksanaan upacara agung ini sendiri umat Parmalin dua hari sebelumnya akan melakukan puasa selama sehari semalam tanpa berbuka (24 jam) dengan sahur (awal puasa) dan berbuka dengan memakan makanan pahit yang disebut dengan mangan napaet sebagai simbol dan sekaligus mengenang perjuangan hidup yang penuh dengan kepahitan dan kegetiran hidup Raja Nasiak Bagi ketika menegakkan agama Parmalim. Bahan-bahan makanan dalam upacara ini sendiri adalah terdiri dari daun pepaya muda, cabai, garam, dan nangka muda. Sebelum disantap, bahan-bahan makanan ini ditumbuk halus hingga semua bahan lebur jadi satu.

 
 
 
 

Untuk mengikuti upacara Sipaha Sada, para penganut Parmalim diwajibkan untuk mengenakan busana khusus sesuai dengan tingkatan mereka dalam kehidupan. Pria mengenakan jas berselempang ulos dari jenis ragi hotang dan sarung ulos dari jenis bintang maratur. Pria yang sudah menikah menggunakan sorban yang disebut tali-tali berwarna putih menandakan kesucian. Pemimpin umat menggunakan tali tali berwarna hitam yang menandakan kepemimpinan dan tanggung jawab. Sedangkan untu wanitanya diwajibkan mengenakan sarung (ragi) yang berbentuk ulos dari jenis runjat, kebaya, selendang (hande-hande) dari jenis yang bervariasi, yaitu sadum, bintang maratur dan mangiring, dan tatanan rambut yang menggunakan gaya sanggul toba, yakni gaya menyanggul yang digulung ke dalam. Warna-warna yang digunakan dalam busana ini sendiri selaras dengan filosofis masyarakat Batak sendiri terhadap berbagai warna, seperti misalnya warna hitam memiliki makna kepemimpinan dan tanggung jawab, merah mengandung arti sebagai ilmu pengetahuan dan jugakekuatan, dan putih sebagai perlambang kesucian. Tiga warna ini, selain menjadi warna pakaian dan ulos, juga terlihat dari desain pada rumah adat Batak.

Barulah kemudian, tepat tengah hari, upacara pun dimulai yang ditandai dengan masuknya Raja Ihutan, yakni pimpinan spiritual umat Parmalim, ke Bale Partonggoan. Di dalam balai ini telah disiapkan berbagai sesajen yang disebut pelean berupa daging ayam, kambing putih, ihan (ikan batak), telur, nasi putih, sirih, sayur-mayur, jeruk purut, air suci, dan dupa. Lazimnya dalam tradisi adat Batak Kuno, bahan-bahan untuk pelean berasal dari hewan-hewan atau hasil pertanian terpilih, meski tidak wajib melainkan kemampuan orang yang melakukan upacara. Pelean yang wajib harus urapan, air suci dan dupa. Setelah diperiksa oleh Raja Ihutan, pelean dibawa ke lantai dua (pamelean) Bale Partonggoan secara berantai. Di tempat ini, Raja Ihutan akan memastikan letak dan arah pelean. Setelah ritual penyiapan pelean, Raja Ihutan kembali turun ke bawah untuk memimpin Upacara Sipaha Sada yang berlangsung dengan hikmat dan menghabiskan waktu sekitar lima jam, meliputi penyembahan dan kotbah dari Ihutan. Malam harinya acara di lanjutkan dengan pesta muda mudi.
 
 
Su

Sumber: http://arsipbudayanusantara.blogspot.com/2012/09/ritual-upacara-sipaha-sada-umat-parmalim.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline