×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Ritual Adat

Provinsi

Nusa Tenggara Timur

Asal Daerah

Nusa Tenggara Timur

Upacara Pati Ka Dua Bapu Ata Mata

Tanggal 26 Dec 2018 oleh Aze .

Suku Lio-ende yang tinggal di sekitar kawasan Danau kelimutu adalah masyarakat yang turut menjaga Danau Kelimutu. Masyarakat Suku Lio-Ende “percaya” bahwa Danau kelimutu merupakan tempat tinggal para arwah leluhur mereka sehingga masyarakat Suku Lio-Ende menganggap Danau Kelimutu adalah tempat yang sakral. Masyarakat juga diharuskan memberi penghormatan kepada para leluhur yang tinggal di Danau Kelimutu dan juga mensakralkan tempat tersebut.

Salah satu bentuk penghormatan itu adalah dengan menggelar upacara penghormatan terhadap leluhur Danau Kelimutu yang disebut dengan Upacara Ka Dua Bapu Ata Mata

Upacara ini dilakukan dengan cara menyajikan makanan khusus setelah panen (Pati Ka) kepada arwah leluhur yang konon menghuni 3 danau: Tiwu Ata Mbupu, Tiwu Nua Muri Koo Fai, dan Tiwu Ata Polo sebagai bentuk komunikasi dan penjagaan relasi dengan leluhur, alam semesta dan kekuatan adikodrati.

Upacara Ka Dua Bapu Ata ini erat dengan kepercayaan masyarakat terhadap legenda dari Danau Kelimutu. Masyarakat percaya bahwa jiwa atau arwah akan datang ke Danau Kelimutu setelah ia meninggal dan tinggal di kawah itu untuk selamanya.

Sebelum masuk ke dalam salah satu danau atau kawah, para arwah akan terlebih dahulu menghadap Konde Ratu, penjaga pintu masuk di Perekonde. Arwah tersebut masuk ke salah satu danau atau kawah yang ada sesuai dengan usia dan perbuatannya.

Maka, tidaklah aneh jika tempat yang “keramat” ini telah menjadi legenda yang berlangsung turun-temurun. Masyarakat setempat juga percaya bahwa tempat ini memang tempat yang disakralkan.

Prosesi Pati Ka Dua Bapu Ata Mata

Upacara Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata dimulai dengan prosesi para partisipan ritual yang terdiri dari perwakilan masyarakat adat dan peserta lainnya baik dari kalangan pemerintah, TN Kelimutu, dan para wisatawan. Semua peserta prosesi menuju rute prosesi sekitar 700 meter ke arah Puncak Kelimutu dengan berjalan kaki dan diiringi musik tradisional Lio-Ende.

Semua peserta prosesi diharuskan mengenakan pakaian adat Lio-Ende. Kaum pria mengenakan kain sarung khusus hasil tenunan untuk lelaki (Luka) dan mengenakan destar dari berbahan batik (Lesu), serta tenun ikat (Semba) atau selendang. Sedangkan kaum perempuan memakai kain sarung tenun ikat (Lawo) dan baju adat (Lambu).

Para tetua adat (Mosalaki Pu’u) memimpin pelaksanaaan puncak ritual Pati Ka dari tempat yang khusus. Ritual diawali dengan pemberian makan kepada leluhur berupa sesajen yang terdiri dari daging babi, nasi beras merah, sirih pinang, dan moke (minuman yang terbuat dari aren). Para Mosalaki Pu‟u meletakkan sesajen di atas batu yang menjadi mesbah atau altar sesajian.

Ritual tersebut diiringi dengan pengucapan doa oleh seorang perwakilan mosalaki dan diakhiri dengan tarian Gawi Sodha oleh para Mosalaki Pu‟u sambil mengelilingi lokasi altar sesajian. Setelah prosesi ini selesai, upacara dilanjutkan dengan tari-tarian tradisionla dan nyanyian dari sanggar-sanggar seni yang ada di lingkungan masyarakat Lio-Ende.

Nilai-nilai dan Perkembangan

Ritual ini tidak hanya memiliki keluhuran dari aspek cultural saja. Jika dilihat lebih dalam, kandungan nilai-nilai spiritual dan filosofis di dalam ritual ini mengambil peran yang sama dengan nilai cultural dari upacara ini.

Secara spiritual, masyarakat mencoba menunjukan kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan. Lainnya adalah penjagaan terhadap alam yang coba diwujudkan dengan pensakralan Danau Kelimutu sebagai cagar alam yang harus dilestarikan.

Kini, upacara ini memiliki potensi lain yaitu menarik wisatawan untuk menyaksikan dan ikut berkontribusi dalam ritual ini. Dengan demikian, upacara Pati Ka Dua Bapu Ata Mata memiliki potensi pariwisata.

Saat ini upacara ini dilaksanakan setiap tanggal 14 Agustus setiap tahunnya. Upacara ini juga mendapat dukungan dari pemerintah setempat sebagai salah satu kearifan yang berpotensi mengangkat citra Danau Kelimutu itu sendiri.

sumber : http://www.wacana.co/2015/05/upacara-pati-ka-dua-bapu-ata-mata-nusa-tenggara-timur/

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...