|
|
|
|
Upacara Mangirdak Tanggal 15 Aug 2018 oleh OSKM18_16618051_Nita Ivana. |
Batak merupakan salah satu suku di Indonesia yang kaya budaya. Setiap budaya masyarakat yang berasal dari Sumatera Utara ini tidak terlepas dari filosofi leluhurnya. Seperti kita ketahui, suku Batak menjunjung tinggi kekerabatan, dan kekerabatan itu sendiri tidak terlepas dari kelahiran
Anak merupakan suatu anugrah dan berkat bagi keluarga, oleh karena itu dikenal suatu upacara dalam ada Batak untuk menyukuri serta mendoakan kelancaran kehamilan pertama dari sepasang suami istri yang dikenal dengan upacara adat Mangirdak.
Upacara Mangirdak dilaksanakan saat seorang wanita megandung anak pertamanya dan usia kehamilan memasuki tujuh bulan. Upacara ini dikenal juga sebagai acara Mambosuri atau Manonggot pun ada menyebut Pasahat Ulos Mula Gabe
Inti atau pesan yang terkandung dalam upacara adat mangirdak adalah suatu doa dan pengharapan agar wanita yang akan melahirkan anak pertama (dalam adat Batak dikenal dengan sebutan buha baju) berjalan dengan lancar, sehat dan selamat baik sang ibu dan bayinya tanpa ada halangan apapun yang mengganggu proses persalinannya kelak. Serta anak yang dilahirkan menjadi anak yang sehat, dan anak yang membawa kebahagiaan buat orangtua dan keluarga besarnya.
Upacara Mangirdak dilakukan orang tua wanita (parboru) di rumah anaknya yang sudah hamil tua dengan harapan agar anaknya kelak melahirkan anaknya dengan sehat, lancar dan tanpa beban apapun karena perempuan yang hamil tidak boleh terbebani oleh sesuatu hal seperti, rasa rindu yang terpendam, kehendak makanan yang tak tersampaikan, rasa sakit hati yang menyesakkan, beban ekonomi yang menghimpit, sehingga memuncak kepada kecemasan dalam hidupnya.
Biasanya pihak keluarga perpempuan (parboru) akan datang secara tiba-tiba kerumah borunya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dengan membawa makanan kesukaan anaknya (hasoloman ni boruna) beserta ikan mas “dengke” (ikan mas dimasak biasanya berwarna kuning yang dikenal sebagai penyampaian harapan, doa dan mimpi-mimpi) dengan harapan anaknya yang sedang hamil akan merasa terkejut sekaligus bahagia atas kedatangan orangtuanya membawa makanan.
Setelah mereka berkumpul dengan tetangga dan kerabat dekat anaknya, maka parboru terutama ibunya akan menghidangkan lalu memberikan makanan kesukaan anaknya dan ikan mas “dengke” yang telah dibawa, dan meminta borunya memakannya atau bahkan ibunya menyuapinya makan hingga kenyang.
Dalam hal ini, siapapun belum bisa mencicipi makanan yang dibawa parboru sebelum borunya yang hamil tersebut mencicipi semua jenis makanan tersebut, sekalipun suaminya. Pada daerah tertentu seperti Tobasa sekitarnya pada saat seperti ini, parboru biasa, disamping membawa ikan mas dan makanan kesukaan borunya juga selalu menyediakan “hare” makanan khas daerah ini berupa bubur kental berwarna kuning.
Tetapi ada juga kedatangan pihak perempuan (parboru) terlebih dahulu diberitahukan sebelumnya agar pihak menantu, orang tua, dan kerabatnya (pihak lai-laki disebut paranak) menyambut kedatangan mereka. Pihak menantu (paranak) akan menyediakan daging lengkap dengan jambar/na margoar, dan parboru dengan beberapa kerabat akan membawa ikan mas “dengke” serta ulos.
Ulos inilah yang disebut “Ulos Mula Gabe” (mula ni hagabeon/ awal keturunan yang banyak), dan acara adat ini disebut Pasahat Ulos mula gabe. Dan ketika pihak parboru akan pulang maka pihak paranak akan memberikan sejumlah uang kepada pihak parboru dengan sebutan “marsituak na tonggi”.
Dalam acara ini, pihak perempuan (parboru) akan menanyakan apakah ada perasaan tidak senang yang menganjal perasaan anaknya mengenai masalah keuangan, perlakuan suami atau mengidam sesuatu makanan atau barang. Jelasnya apakah ada harapan dan yang diinginkan yang belum kesampaian.
Jika hal itu ada, maka parboru dan pihak mertua perempuan akan berusaha menuntaskan atau memenuhi itu agar jangan menjadi ganjalan dan penghalang saat anaknya akan melahirkan kelak dan hal tersebut tidak menjadi beban atau halangan keluarga kelak.
Acara Mangirdak banyak juga dilakukan di daerah lain dengan sebutan dan susunan acar yang berbeda - beda pula. Bagaimanapun bentuk acaranya, dan apapun sebutan nama adatnya, diharapkan memberikan semangat, dan keyakinan agar calon ibu agar dapat mengatasi rasa cemas menanti proses persalinan.
#OSKMITB2018
Referensi:
http://www.palambokpusupusu.id/2017/10/marngirdak.html
https://tanobatak.wordpress.com/2009/01/15/makna-mangirdak/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |