|
|
|
|
Upacara Kebesaran Tanggal 08 Aug 2018 oleh OSKM18_19718359_Alfian Musyafa. |
Disebut juga Ngarak Penganten, adalah saat pihak keluarga pengantin pria kembali datang melangsungkan pesta pernikahan di rumah mempelai wanita dan menyerahkan pengantin pria kepada keluarga pengantin wanita. Pada saat inilah, kedua mempelai pertama kali dipertemukan. Pengantin pria mengenakan jubah "kebesaran" seperti sorban, jubah besar sebagai baju luar, gamis, selempang, sepatu, dan di tangannya membawa sirih dare berupa 5-7 lembar daun sirih dilipat terbalik pada bagian ujung batangnya tidak dibuang. Diantara daun sirih tersebut, terselip pula bunga mawar yang dibawahnya diselipkan lagi dengan uang bernilai tinggi sebagai uang sembe. Sang pengantin wanita akan memakai pakaian ala Tiongkok dengan wajahnya yang tertutup oleh roban tipis.
Serupa dengan akad nikah, pengantin pria didampingi utusan yang bukan orang tua. Umumnya utusan ini bisa merupakan saudara kandung tertua dari kedua orang tua pengantin pria, disebut wali khas, serta tokoh masyarakat atau alim ulama di lingkungan tempat tinggal. Rombongan ini terdiri dari dua pemuda yang berpakaian pangsi (baju silat) dan membawa tongkat (dimodifikasi dengan kembang kelapa), dua jago berpakaian pangsi sebagai pengawal pengantin pria, dua lelaki paruh baya berbaju ujung serong sebagain juru bicara dan pendamping pengantin pria. Selain itu, rombongan ini juga diiringi oleh pemain musik yang hadir membawa rebana, ketimpring, dan petasan.
Saat rombongan telah tiba di kediaman pengantin wanita, rombongan akan terlebih dahulu dihadang oleh pihak keluarga pengantin wanita lewat tarik suara lagu sike (pembacaan sholawat nabi) dan upacara Buka Palang Pintu (adu silat) yang dibarengi oleh dialog dan adu berbalas pantun, adu joga, maupun juga adu baca sholawat nabi oleh kedua belah pihak. Hanya jika rombongan pengantin pria telah dianggap "menang," barulah pintu terhadap pengantin wanita "terbuka." Saat masukpun, rombongan harus sambil membaca sholawat badar, yang sebenarnya merupakan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.
Didampingi tukang rias, prosesi dilanjutkan dengan penyerahan sirih dare ke pangkuan sang istri. Saat penyerahan tukang rias mempunyai tugas juga mengambil sirih dare tersebut dari pangkuan pengantin wanita dan membimbingnya untuk berhadapan dengan pengantin wanita untuk dibuka penutup wajahnya. Kemudian, kedua pengantin melakukan sembe sujud (sungkem) kepada orang tua untuk meminta doa dan izin restu. Barulah acara ditutup dengan pesta pernikahan yang meriah dan penuh dengan makanan. Sebelum bersalaman dengan tamu, tukang rias akan menyuapkan ketan kuning yang diletakkan di atas wadah sebagai simbol yang mencerminkan suapan terakhir orang tua kepada anaknya. Tradisi yang terakhir ini tidak dilakukan secara langsung oleh kedua orang tua, akan tetapi diwakilkan oleh tukang rias pernikahan.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |