Salah satu tradisi yang masih dipertahankan dalam berbagai suku bangsa adalah tradisi pelaksanaan pesta adat siap panen. Hampir setiap daerah masih melaksanakannya, seperti upacara adat fuaton di Nusa Tenggara Timur, upacara adat aruh mahannyari pada suku dayak, upacara penolak bala sebagai rasa syukur setelah berhasil panen di Sulawesi Selatan dan lain sebagainya. Tradisi-tradisi ini di maksud untuk mensyukuri hasil panen yang telah didapat oleh masyarakat, sekaligus memohon berkah agar mereka mendapat hasil yang lebih baik di musim panen mendatang. Begitu juga halnya yang terjadi pada masyarakat yang ada di Propinsi Jambi, yakni di Kabupaten Kerinci. Mereka dikenal sebagai orang Melayu Tua (Zakaria, 1985:15). Orang Melayu Tua tersebut masih mengenal bentuk-bentuk upacara atau pesta adat siap panen yang lebih dikenal dengan istilah kenduri sko. Kenduri sko merupakan upacara adat yang terbesar di daerah Kerinci dan termasuk kedalam upacara adat Titian Teras Bertangga Batu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daud (1991:32) bahwa upacara adat di Kerinci dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yang disebut dengan:
-
Upacara Adat Titian Teras Bertangga Batu.
-
Upacara Adat Cupak Gantang Kerja Kerapat.
-
Upacara Adat Tumbuh-tumbuh Roman-roman.
Upacara Adat Titian Teras Bertangga Batu memiliki pengertian suatu upacara adat yang berkesinambungan dari generasi ke generasi yang meliputi upacara kenduri sko, perkawinan, kelahiran, kerat pusat, dan upacara kematian. Upacara Adat Cupak Gantang Kerja Kerapat memiliki pengertian suatu upacara adat yang terkait dengan sistem mata pencaharian hidup dan sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan secara bergotong royong. Upacara ini meliputi kegiatan mendirikan rumah baru mencangkup kerja sama menarik ramuan kayu di hutan, merendam ramuan kayu, betegak rumah, gotong royong menuai padi, tolak bala, dan upacara yng berhubungan dengan spritual seperti upacara tolak bala dan upacara minta ahi hujan. Upacara Adat Tumbuh-tumbuh Roman-roman memilki pengertian suatu upacara adat yang dilaksanakan pada waktu tertentu sesuai dengan pokok persoalan yang timbul pada bentuk tertentu pula dan bersifat khusus. Upacara ini meliputi upacara asyeik negeri, mengangkat anak angkat, pelanggaran terhadap hukum adat, melepas nazar, dan upacara silang sengketa. Lebih lanjut dijelaskan Daud bahwa upacara-upacara adat yang dilaksanakan oleh penduduk Kerinci selain menjadi warisan budaya nenek moyang juga mempuyai fungsi antara lain:
-
Memperkokoh persatuan dan kesatuan kekerabatan dan meningkatkan silaturrahmi dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
-
Wadah untuk menjalin rasa kebersamaan dalam prinsip hidup bergotong-royong.
-
Wujud kebanggaan bagi masyarakat Kerinci bahwa mereka memiliki tata cara adat tersendiri yang tidak kalah dengan adat lainnya.
-
Forum komunikasi antara generasi tua dengan generasi muda dalam menyampaikan pesan untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
-
Sarana pembinaan nilai-nilai tradisional yang tak lapuk kena hujan tak lekang kena panas.
Sebagaimana tradisi-tradisi dalam upacara adat di setiap masyarakat, upacara kenduri sko di Kerinci memiliki arti penting bagi masyarakat setempat. Upacara kenduri sko merupakan upacara puncak kebudayaan masyarakat Kerinci. Dengan kata lain dapat diartikan sebagai suatu perhelatan tradisional masyarakat Kerinci dengan maksud dan tujuan tertentu. Upacara kenduri sko hanya dilakukan pada desa pesekutuan adat atau masyarakat adat dari dusun asal desa-desa yang memiliki sejarah tetua adat depati ninik mamak dan juga memiliki benda-benda pusaka. Ciri khas upacara adat tersebut adalah penobatan seseorang putra daerah menjadi depati atau pemimpin adat, yang kemudian akan diberi sumpah yang harus dipegang teguh oleh mereka yang dipilih. Desa-desa yang masih melaksanakan upacara ini diantaranya adalah Desa Keluru yang terletak di Kecamatan Keliling Danau. Bagi masyarakat Keluru upacara ini sangat penting dilaksanakan sebagai rasa syukur atas hasil panen yang diberikan Allah SWT kepada mereka, dan pada upacara ini juga akan dipilih para pemangku-pemangku adat yang akan memimpin desa tersebut. Di keluru, upacara ini dilaksanakan dengan sangat meriah, selain dihadiri oleh masyarakat setempat, juga dihadiri oleh masyarakat desa-desa terdekat. Sebelum acara ini selesai maka masyarakat dilarang untuk keluar desa, dengan tujuan agar semua elemen masyarakat setempat terlibat dalam acara tersebut.
Sumber: http://arsipbudayanusantara.blogspot.com/2013/07/makalah-upacara-adat-di-kerinci.html