Ritual
Ritual
Upacara Sulawesi Barat Konawe
Upacara Adat Monahu Ndau'u
- 11 November 2014

Monahu Ndau’upada pesta syukuran pasca panen dan memasuki musim tanam berikutnya. Dalam acara Monahu Ndau’uitu terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu:

  1. Mombaka

1.2Pengertian mombaka secara harfiah adalah memberi makan, tetapi makna yang sesungguhnya adalah mensucikan; yang disucikan itu adalah peralatan pertanian mulai dari alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahan kebun sampai alat untuk memproses padi sampai menjadi beras yang siap untuk dikonsumsi. Alat-alat itu seperti parang, sabit, pacul, kapak, lesung, niru, alu, dan lain sebagainya.

  1. Momboposuka

Pengertiannya adalah mengusir, mencegah, atau menyampaikan permohonan serta permintaan agar tidak mengganggu seluruh tanaman, baik itu hewan pengerat, makhluk halus (roh), dan termasuk serangga-serangga yang dapat mengganggu tanaman sehingga dapat menimbulkan kegagalan panen. Pelaksanaannya ini adalah dalam bentuk sesajen berupa nasi ketan hitam yang dimuat pada daun khusus yang dalam bahasa Tolaki disebut Tawa Umera.

  1. Mosehe

Pengertian mosehe adalah pemulihan, perdamaian, atau rekonsiliasi. Dalam konteks ini adalah terkait keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki ketergantungan dengan makhluk lainnya. Ketergantungan itu meliputi hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan, manusia dengan lingkungannya, maupun dengan Sang Hyang (Tuhan). Moseheini merupakan puncak kegiatan dari seluruh acara Monahu Ndau’u.Di wilayah Konawe (Kerajaan Konawe), dulunya tempat pelaksanaan Monahu Ndau’u hanya dilangsungkan pada tiga tempat yaitu:

  • Ambekairi

Yaitu wilayah bagian barat Kerajaan Konawe.

  • Benua

Yaitu wilayah bagian selatan Kerajaan Konawe yang sekarang ini sudah menjadi wilayah Kabupaten Konawe Selatan.

  • Paranua

Yaitu bagian utara Kerajaan Konawe yang letaknya ± 3 km dari ibukota Kabupaten Konawe.

Peralatan Mosehe terdiri dari beberapa jenis, yang masing-masing jenisnya memiliki makna yang juga langsung berhubungan dengan kehidupan manusia. Alat-alat itu adalah:

  1. Oduku (niru) adalah penapis beras untuk memisahkan yang baik dan tidak baik. Artinya manusia ini dalam hidupnya harus tahu memilah-milah antara perbuatan yang baik dan tidak baik, sesuatu yang baik hendaknya dilaksanakan dan yang tidak baik sebaiknya dihindari.
  2. Manu wila (ayam putih), diyakini manusia bahwa pada mulanya bumi ini hanya merupakan sebongkah tanah, ayamlah yang mengaisnya sehingga menjadi lebar dan luas. Disamping itu, manusia beranggapan bahwa seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini ayam adalah binatang yang sangat disiplin dan menjaga waktu, dapat berkokok setiap jam, naik ke atas dahan tempat tidurnya pada waktu yang tepat sekalipun dia lapar. Demikian pula halnya saat dia turun, selalu tepat waktu, artinya manusia itu diharapkan untuk memanfaatkan waktu ini seefisien mungkin.
  3. Kalaru (kuningan). Kebanyakan kuningan kita temui dalam bentuk alat rumah tangga dan alat kesenian. Itu semua adalah benda-benda yang bernilai dan berharga sehingga menjadi ukuran sosial dalam masyarakat atau dengan kata lain bahwa manusia perlu berusaha untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya.
  4. Obite (daun sirih).
  5. Owule
  6. Inea (pinang), sebuah simbol yang bermakna kekeluargaan terhadap sesama manusia. Setiap tamu yang datang berkunjung perlu kita suguhi sekapur sirih sebagai bentuk penghargaan. Hal ini dapat diartikan pentingnya manusia menjaga hubungan baik yang baik dan sikap saling menghargai antar sesama.
  7. Tapuo (kain) yang terbuat dari kulit kayu yang disebut takinawo. Artinya manusia perlu menggunakan pakaian yang baik untuk melindungi badannya, terutama untuk menutup auratnya.
  8. Iwoi (air). Selain air merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup, air juga diyakini sebagai alat untuk membersihkan semua kotoran maupun najis. Disisi lain, air juga membawa kesejukan dan dapat mendinginkan.
  9. Ana mbundi (anakan pisang) yang dibuat dalam bentuk perahu miniatus. Diyakini bahwa batang pisang bermakna penawar racun, artinya semua yang membahayakan kehidupan manusia harus dapat kita cegah termasuk malapetaka, wabah, kesialan, yang dapat dibuang jauh ke lautan luas dengan media perahu batang pisang tersebut.

 

1.2Sebelum rangkaian acara di atas dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan kegiatan yang bersifat olahraga dan kesenian dalam rangka menyongsong acara puncak Monahu Ndau’u. Kegiatan itu disebut sambaka (suatu jenis permainan yang hanya dapat dilaksanakan pada momen-momen tertentu saja) sehingga pelaksanaan Monahu Ndau’u itu sangat ramai layaknya orang sedang melaksnakan pasar malam. Karena selain mengikuti olahraga dan kesenian, masyarakat juga berdatangan dari berbagai penjuru sambil membawa varietas yang akan ditanam pada musim tanam berikutnya.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline