Ritual
Ritual
Tradisi Jawa Timur Desa Sidomulyo
Upacara Adat Jangkrik Genggong
- 11 Januari 2017

Jangkrik Genggong berasal dari Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo yang terletak di pesisir pantai yang mayoritas penduduknya adalah nelayan.
Upacara Adat Jangkrik Genggong merupakan upacara perayaan untuk anak laki-laki sebagai tanda bahwa anak tersebut telah beranjak dewasa. Usai dilaksanakan upacara adat ini, anak tersebut boleh turun ke laut untuk berlayar. Yang unik dari salah satu kekayaan wisata budaya Pacitan ini selalu ada ikan kakap merah sebagai hidangan wajib yang harus disajikan. Menurut mitosnya, Sang Ratu Penguasa Pantai Selatan selalu meminta Gendhing Jangkrik Genggong kepada sesepuh desa (dukun). Itulah sebabnya, upacara adat ini disebut Jangkrik Genggong. Ritual Jangkrik Genggong ini dianggap sebagai ritual sedekah bumi yang berkaitan dengan mitos penguasa laut selatan. Upacara ini dilaksanakan dari siang hingga malam hari. Pada puncak acara di malam hari, dilaksanakan paguyuban seni Tayub.

Tujuh sumur tua dikeramatkan. Dipercaya mempunyai kekuatan gaib dan ada makhluk penunggunya. Nama ketujuh sumur itu disesuaikan dengan nama-nama penguasanya. Setiap tahun, masyarakat setempat melakukan upacara bersih desa dengan sesaji ikan kakap merah raksasa yang harus dibawa oleh perjaka berpakaian adat Jawa. Gending pengiringnya jangkrik genggong dengan tarian minoagung. Dukuh Tawang, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo, Pacitan, Jawa Timur memang tergolong aneh bila dibandingkan dengan desa lainnya. Di dukuh itu terdapat tujuh sumur yang dipercaya, masing-masing dikuasai makhluk halus. Di tempat ini setiap tahun dilakukan gelar sesaji.

Kabupaten Pacitan merupakan wilayah paling utara propinsi Jatim. Daerahnya kurang bersahabat, panas, berbatu dan berkapur. Saat musim kemarau adalah saat paling susah untuk penduduk, sebab sumber air banyak yang kering. Terlepas dari keadaan alam dan struktur tanahnya yang berbatu, penduduk Pacitan khususnya yang bermukim di dua desa, masing-masing Desa Tawang dan Sidomulyo Kecamatan Ngadirejo percaya akan mitos sumber air yang dikuasai tujuh mahluk halus. Ketujuh lelembut itu mempunyai nama masing-masing yakni Sumur Wungu dikuasai Tumenggung Mangkunegoro, sumur Nglandang oleh Kethok Jenggot dan Rogo Bahu. Sumur Turen dijaga Wonocaki dan sumur Watugupit dipandegani Bumiyah, sedangkan penguasa sumur Pinggir adalah Gambirsari. Sumur Seda Rawa dikuasai Cikrak dan penguasa sumur Gedhe yang menjadi andalan penduduk karena sumber airnya yang paling besar adalah Gadhung Mlati.

Para penguasa sumber air itu tidak melarang penduduk untuk menimba air setiap hari untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Tetapi sebagai tebusannya, penguasa sumber air itu tiap tahun meminta pada penduduk supaya menggelar upacara bersih desa dan membuat sesaji sebagai bentuk ucapan terima kasih padanya, karena telah diberi rezeki berupa air penghidupan. Kisahnya, pada suatu ketika, mendadak penguasa sumur Gedhe Gadung Melati menangis terisak-isak. Hal ini membuat sang kakak Rogo Bahu kebingungan. Gadung Melati meminta pada upacara bersih desa supaya ditanggapkan tayub. Tanpa pikir panjang, Rogo Bahu masuk ke raga salah satu warga setempat yakni Kyai Karno Niti. Karena dimasuki Rogo Bahu (ketempelan), Kyai Karno Niti pun ngomongnya menjadi neglantur. Dalam ketidaksadarannya itu, dia juga nomong (memerintah) penduduk supaya menggelar tari tayub saat upacara bersih desa, dengan gendingnya Jangkrik Genggong. Sejak itulah sampai sekarang penduduk setempat melakukan perintah itu tanpa berani melanggarnya.

Jangkrik Genggong sebenarnya upacara bersih desa milik para nelayan dan dilaksanakan setiap bulan Sela (Jawa). Masyarakat menyebut upacara Jangkrik Genggong karena awal dari upacara itu ada tarian tayub dengan gendingnya Jangkrik Genggong. Prosesi upacara, duplikat ikan kakap merah raksasa dibawa ke balai desa lalu diteruskan ke pesanggrahan di pesisir pantai. Pembawa ikan itu adalah para perjaka dan wajib mengenakan pakaian adat Jawa. Sebagai pengiringnya adalah tarian Minoagung yang dilanjutkan tarian tayub. Kesemuanya itu dipersembahkan pada mahluk halus penguasa sumber air yang jumlahnya tujuh itu. Selain tarian, upacara harus disertai dengan gending-gending yang judulnya sama persis dengan nama-nama ketujuh penguasa sumber air itu. Misal, mahluk halus Mangkunegoro gendingnya harus surung dayung. Gending itu menggambarkan nelayan yang tengah mendayung sampannya di laut bebas. Sedangkan Kethok Jenggot gendingnya sambiran dan Rogo Bahu gendingnya berjudul ijo-ijo dan seterusnya.

Upacara adat diadakan setiap hari Anggara Kasih (Selasa Kliwon) di Bulan Longkang (Dulkangidah). Upacara adat diawali dengan penampilan tari kontemporer yang menggambarkan sejarah upacara adat itu sendiri. Kemudian acara dilanjutkan dengan arakan sesaji. Paraga yang melaksanakan ritual mengusung sesaji dengan dipikul, kemudian ada seorang tetua yang melaksanakan doa-doa ritual.

Setelah doa-doa ritual selesai, warga dan pengunjung pun berebut mengambil sesaji ritual seperti ingkung ayam dan berbagai sesaji lainnya. Acara dilanjutkan dengan tari gambyong sebagai tari pembuka. Setelahnya baru acara inti yaitu semacam tari tayub dengan lima penari pria yang menari bergantian. Kelima penari pria tersebut merupakan pengejawantahan dari pepunden mereka yaitu Rogo Bahu, Gadhung Melati, Gambir Anom, Sumur Wungu dan Wono Caki. Untuk yang terakhir yaitu yang untuk pengejawantahan dari Wono Caki, diiringi gendhing (lagu) Jangkrik Genggong yang merupakan roh dari acara adat ini.

Sumber:

https://pacitankabmuseumjatim.wordpress.com/2014/08/26/jangkrik-genggong/

http://ilmuseni.com/seni-budaya/kabudayaan-pacitan

https://www.nasionalisme.co/jangkrik-genggong-minta-sesaji-ikan-kakap/

http://alipz33.xtgem.com/adat%20jangkrik%20genggong

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline