×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Upacara Adat

Provinsi

Sumatera Utara

Asal Daerah

Mandailing

Upa Upa Paulak Ni Tondi

Tanggal 15 Aug 2018 oleh Anisah Nur Fatimah.

Tradisi Upa-upa Paulak Ni Tondi Suku Mandailing

 
Upacara adat mangupa-upa merupakan salah satu tradisi adat Mandailing yang masih berkembang hingga kini pada zaman modern ini. Upacara ini bertujuan mengembalikan semangat kepada seseorang, satu keluarga, atau satu kelompok yang baru saja mengalami suatu musibah atau kematian seseorang.
 
Beberapa kelompok masyarakat menamainya dengan Paulak Tondi Tu Bagas. Paulak memiliki arti "membawa kembali/memulangkan", Tondi memiliki arti "Jiwa/roh", dan Bagas memiliki arti "Rumah". Paulak Tondi Tu Bagas berarti membawa kembali jiwa/roh ke rumah, dimana orang Mandailing mempunyai anggapan bahwa pada saat terjadinya suatu peristiwa, jiwa/rohnya (tondi) tengah terpisah dari tubuh/raganya sehingga perlu ditarik kembali.
Pada dasarnya, makna dari upacara ini adalah memberikan dorongan moral serta dukungan kepada seseorang, suatu keluarga, atau suatu kelompok masyarakat agar tak perlu takut dan harus senantiasa bersyukur kepada kehadirat Tuhan YME yang telah melindungi dan menyelamatkan mereka dari musibah. Senantiasa berserah diri kepada Tuhan YME, bahwa alam semesta dan segala isinya adalah milik-Nya, termasuk hidup dan matinya manusia. Upacara ini juga bermakna sebagai bentuk syukur.
 
Pada tiap daerah serta kelompok masyarakat sekitar, terdapat beberapa prinsip atau cara mengadakan upacara tersebut. Beberapa kelompok masyarakat berkeyakinan bahwa hanya oleh Orang Tua kandung atau Kakek kandung (Ompung) yang dapat mengadakan upacara tersebut. Namun, adapula sebagian kelompok masyarakat lainnya yang berkeyakinan bahwa upacara tersebut bahnya boleh diadakan oleh mertua kepada seseorang yang sudah berkeluarga.
 
Menurut kisah-kisah yang tumbuh dalam masyarakat sejak dahulu kala, tatkala seorang selamat dari maut, (misalnya kapalnya tenggelam namun orangnya masih dapat diselamatkan, atau seekor harimau tak jadi menerkam seseorang), maka orang tersebut wajib diupa-upa. Diyakini bahwa orang tua korban harus merebus sebutir telur ayam hingga matang, lalu menyuapi korban yang telah selamat dari maut/musibah, dan diakhiri dengan memberi minum air putih.
 
Selain itu adapula kepercayaan lain yang berkembang di masyarakat, beberapa dari mereka melaksanakan upacara upa-upa dengan cara memotong hewan ternak, seperti bebek, ayam, domba. Bahkan pada masa kini berkembang pula upacara mengupa-upa dengan skala besar yang melibatkan banyak anggota keluarga bahkan seluruh masyarakat kampung. 
 
Sebagi contoh, suatu keluarga sedang berada dalam perjalanan ke Pematang Siantar. Ditengah perjalanan, tiba-tiba mereka dihadang oleh gerombolan perampok yang membawa senjata tajam, namun akhirnya mereka dapat menyelamatkan diri dengan segera mengerahkan mobilnya ke kantor polisi. Setelah sampai pada tujuan, mendengar kejadian itu, kerabat dan keluarga pun sepakat untuk mengadakan upacara mangupa-upa. Tidak ada kewajiban bagi pihak yang baru saja selamat dari musibah untuk menyediakan makanan adat pada upacara ini, kecuali menyediakan tempat dan waktu menerima kedatangan keluarga. Pihak yang baru saja selamat dari musibah oleh keluarganya akan disuapi dengan nasi kunyit, ayam panggang, dan telur ayam rebus. Selanjutnya, pembawa acara akan mempersilahkan salah seorang kakek (ompung) atau paman pelaksana upacara (mamak laksana inspektur upacara) menyampaikan amanat atau khutbah. Mula-mula, Ompung/Mamak laksana akan menaburkan beras dan kunyit pada si korban dan nasi kunyit diangkat-angkatnya kira-kira jarak sejengkal di atas kepala. Ia akan memanggil namadan barulah memberikan kata nasehat. Nasi kunyit dan ayam panggang, walaupun harganya tak seberapa, tetapi memiliki makna yang sangat berharga. Nasi kunyit dan ayam panggang dipercaya dapat menghilangkan segala perasaan buruk dan aura negatif, dengan harapan semoga orang tersebut kembali sehat dan dijauhkan dari ketakutan yang pernah menimpa. Kemudian dikatakan, "selagi kerbau tujuh sekandang lagi terkandangkan, apalah lagi semangat anak kemenakan, kalau ada tercecer di laut, di darat, di hutan atau dimanapun, kembalilah semangat ke badan." Pesan tersebut bermakna bila dahulu pernah terkejut pada dunia luar dan patah semangat di tempat perantauan, maka mulai sekarang hiduplah dengan penuh rasa syukur serta penuh semangat baru untuk kembali ke kampung dan membanggakan keluarga. Bagian ini adalah puncak upacara, upacara akan terasa khidmat dan mengharukan serta menyentuh hati para hadirin hingga tidak sedikit yang menangis pada upacara ini. Terutama karena keluarga jauh dan dekat berkumpul dalam satu acara, penuh pengharapan dan syukur karena salah satu anggota keluarga mereka masih diberi keselamatan.
 
Selanjutnya, kepada para peserta upacara dipersilahkan menikmati hidangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Acara ini diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh imam atau khatib dalam kampung.
Seusai makan bersama dan doa untuk keselamatan bersama, para undangan dipersilahkan pulang ke rumahnya masing-masing setelah terlebih dahulu bersalam-salaman dengan pihak tuan rumah.

 

DISKUSI


TERBARU


Bakso Titoti Wo...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bakso titoti wonogiri gitu gaes ya hahahahhahahahahah

Tempong khas Te...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bahan-bahan 12 porsi 1 papan tempe besar 1 genggam daun kemangi Bumbu Halus: 3 siung bawang putih 5 buah bawang merah 5 buah cabai rawit merah (op...

Mpaa Sere (Tari...

Oleh Aji_permana | 07 Jan 2025.
Tradisi

Mpaa Sere adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpa'a Oro Gata

Oleh Aji_permana | 29 Dec 2024.
Tradisi

Mpa'a Oro Gata adalah salah satu permainan tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara harfiah, ist...

Mpaa Kabanca (T...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Kabanca adalah tradisi unik di Bima yang melibatkan atraksi di atas kuda. Dalam tradisi ini, peserta saling mengejek dan memperlihatkan kemampua...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...