Motif Kain
Motif Kain
Motif Kain Kalimantan Timur Kutai Kartanegara
Ulap Doyo (kain Tenun Khas Suku Dayak Beuaq)
- 24 Mei 2012


Contoh kain tenun Ualp Doyo

Kutai Kartanegara adalah salah satu mutiara Indonesia yang cantik dan eksotik, kaya akan ragam hias dan ornamen, penuh dengan ekspresi seni yang tercermin berbagai aspek budaya."Kain Ulap Doyo" adalah kain tenun tradisional yang cantik nan elok yang biasa dibuat oleh wanita suku dayak Benuaq yang tinggal di Tanjung Isuy. Salah satu suku bangsa yang mendiami daerah hulu sungai Mahakam adalah suku bangsa Dayak Benuaq. Daerah persebarannya mencakup Kecamatan Danau Jempang, terutama di desa Tanjung Isuy, Pentat, Muara Nayan, dan Lempunah, serta sebagian di Kec. Tenggarong.

Bahan yang terkenal untuk pakaian adat tradisional Dayak Benuaq adalah kain tenunan serat daun doyo (Curculigo Latifolia). Secara almiah tumbuhan sejenis pandan ini berkembang dengan subur di daerah Tanjung Isuy. Dari tumbuhan inilah masyarakat Dayak Benuaq membuat benang yang kuat untuk ditenun. Daun doyo dipotong sepanjang 1-1,5 meter dan direndam di dalam air. Setelah daging daun hancur lalu seratnya diambil. Biasanya warna tenunan kain doyo (ulap doyo) memiliki tiga warna: Merah (berasal dari buah glinggam, kayu oter dan buah londo) Hitam, dan warna Coklat Muda (berasal dari kayu uwar). Ada beberapa jenis daun doyo yang sering dimanfaatkan yaitu Temoyo, Pentih, Tulang, Biang dan Lingau.

Ulap doyo dianggap sebagai tenun ikat yang sangat khas Dayak Benuaq. Motifnya stilasi dari bentuk flora, fauna, dan alam mitologi, sebagaimana lazimnya motif hias masyarakat Dayak lainnya. Pada bidang yang berwarna terang, pada kain bercorak hias itu muncul titik-titik hitam yang dihasilkan dari pengikatan sebelum dicelup bahan pewarna. Titik-titik hitam inilah yang hampir tak ditemui pada tenun ikat manapun di daerah lain. Dari kain tenun serat doyo ini dibuatlah destar, kopiah, baju, sarung, dan sebagainya.

Akulturasi dengan budaya lain juga meresap hingga ke pedalaman. Maka masyarakat Benuaq pun kemudian mengenal kain tenun kapas dengan warna-warni yang sangat kontras dengan warna serat tenun mereka. Dan dengan sangat kreatif masyarakat Benuaq mengaplikasikan kain-kain tersebut pada karya tenun ikat mereka. Hasilnya adalah busana upacara yang dibuat dari kombinasi tenunan serat doyo dengan kain warna-warni sebagai corak hias yang artistik, misalnya busana adat yang dipakai oleh para pemeliaten (ahli pengobatan tradisional).



Salah satu contoh ulap doyo

Dalam berbagai upacara adat seperti misalnya upacara kematian, upacara pengobatan, upacara panen hasil bumi, dan sebagainya, kaum perempuan mengenakan ulap doyo yang berfungsi seperti kain panjang (tapeh). Agar bebas bergerak ulap ini diberi belahan yang jika dipakai belahan itu berada di bagian belakang. Ulap yang berbelah ini disebut ulap sela. Ulap yang dikenakan sehari-hari biasanya berwarna hitam sedangkan yang dikenakan saat mengikuti upacara adat, diberi hiasan kain perca warna-warni bermotif bunga atau dedaunan. Sebagai baju biasanya dipakai kebaya tanpa lengan atau yang berlengan panjang. Sedangkan kaum pria biasanya menggunakan tenunan serat doyo ini untuk baju tanpa lengan dan celana pendek.

Dalam masyarakat Dayak masa lalu terjadi pelapisan sosial karena dulu masih terdapat raja pada setiap sukunya. Turunan para raja kemudian menurunkan para bangsawan yang disebut golongan mantiq, sedangkan masyarakat kebanyakan dinamakan kelompok merantikaq (keturunan orang-orang biasa). Golongan mantiq dan merantikaq dapat dibedakan dari ragam hias yang diimbuhkan pada pelbagai pelengkap acara adat.

Misalnya motif jautan nguku. Jautan berarti awan, sedang nguku berarti berarak. Ragam hias ini menggambarkan kebesaran seseorang dalam suasana kebahagiaan. motif ini biasanya dilukis pada templaq/tinaq (tempat penyimpanan tulang-belulang jenazah) golongan bangsawan atau raja-araja. Atau motif waniq ngelukng. Waniq berarti lebah dan ngelukng berarti menyerupai sarang lebah. Maknanya, bahwa orang yang sudah mempunyai cukup harta benda dapat melaksanakan upacara kematian. Ragam hias ini dilukiskan pada templaq/ tinaq tempat tulang belulang orang mati untuk golongan orang merantikaq tapi bisa juga untuk golongan bangsawan.

Kini tak ada lagi raja. Maka yang dianggap sebagai pemuka masyarakat adalah kepala adat, kepala suku, dan para ahli belian (ahli penyembuhan penyakit) yang disebut pemeliaten. Kepala adat suku Benuaq sekarang tampil lebih sederhana, hampir tidak nampak atribut tanda status pada busana yang dikenakannya. Mereka biasanya memakai destar atau leukng dari serat doyo atau kain biasa. Berbaju kemeja tanpa lengan dari kain serat doyo berwarna merah atau hitam. Dahulu kepala adat menggantungkan jimat-jimat, manik-manik, taring harimau dahan, taring beruang, dan patung-patung yang mempunyai kekuatan magis atau disebut tonoi. Dan memakai cawat atau cancut yang juga dibuat dari tenunan serat doyo.

Kepala adat yang merangkap kepala suku mengenakan topi yang berhiaskan bulu burung enggang, baju perang dari kulit kayu atau kulit harimau dahan, memakai cawat, dan tanpa alas kaki. Perisai di tangan kiri dan tombak digengggam di tangan kanan. Di pinggangnya tesengkelit sebilah mandau perang (parang/golok panjang) yang hulunya dihiasi dengan aneka warna bulu burung. Sarung mandaunya berukir dan pada ujungnya juga dihias bulubulu burung yang indah.



Salah satu contoh ulap doyo

Para pemeliaten tampil dengan ekspresi lain. Mereka tidak mengenakan baju tapi di bagian dadanya disilangkan kalung manik-manik, taring binatang buruan, dan patung-patung kayu kecil (jorokng) yang dipercaya sebagai sebagai tonoi. Busana bawahannya berupa tapeh bel ian yaitu kain panjang serupa rok maksi yang menutup hingga mata kaki, dan diberi hiasan aplikasi berupa tempelan kain warnawarni motif floral yang sangat artistik. Pada pinggang dililitkan sempilit, kain panjang yang berhias pada ujungnya, dan berjuntai sepanjang kiri dan kanan kaki. Ragam hias pada tapeh dan sempilit belian juga menunjukkan tingkat pengetahuan atau "kesaktian" pemakainya. Jika terdapat hiasan berupa garis-garis pada bagian bawah tapeh menunjukkan bahwa pemeliaten itu berilmu tinggi.

Untuk menahan tapeh dan sempilit dikenakan babat (semacam ikat pinggang) yang dihiasi dengan manik-manik, taring binatang, dan uang logam kuno. Babat ini berfungsi pula sebagai tempat menyimpan pelbagai jimat penolak pengaruh jahat sihir hitam. Pemeliaten juga memakai destar (laukang) yang warnanya juga mempunyai arti simbolik. Laukang berwarna hitam menandakan bahwa pemakainya (pemeliaten) mampu menangkal berbagai bentuk sihir hitam. Jika laukng hitam itu berimbuhkan garis-garis putih bermakna pemeliaten tersebut belum mampu menolak ilmu hitam. Di pergelangan tangannya dipakai gelang-gelang berukuran relatif besar, biasanya terbuat dari logam, yang juga berfungsi sebagai musik pengiring saat upacara. Bunyi-bunyian magis sebagai musik repetitif ditimbulkan oleh beradunya gelang-gelang ketika pemeliaten menggucang-guncangkan tangannya. Busana adat, ragam hias, dan perhiasan yang dikenakan pada berbagai upacara adat itu adalah sarana untuk memudahkan hubungan dengan mahluk-mahluk gaib.

Selain menjadi kain tenun khas dari kutai, ulap doyo juga sudah terkenal di Indonesia bahkan akan segera diperkenalkan dan siap bersaing di dunia dalam bidang fashion. Para desaigner Indonesia seperti Defrico Audy dan Ian Adrian sudah bekerja sama dengan pihak Pemerintah Kutai untuk menggunakan Ulap Doyo sebagai bahan untuk baju-baju yang mereka buat. Sudah banyak karya mereka yang di tampilkan di acara-fashion terkenal seperti Jakarta Fashion Week. Mereka akan terus berkreasi dan ikut memperkenalkan kain tenun khas ini dan terus membuat kain ini menjadi terkenal dan mendunia.



Dafrico Audy dan Ian Adrian, desaigner yang memperkenalkan Ualp Doyo



Ulap Doyo juga pas untuk kalangan anak-anak dan remaja



Salah satu rancangan dari Dafrico Audy



Salah satu rancangan dari Ian Adrian



Ibu Rita Widyasari (Bupati Kukar) bersama kedua anak kembarnya, menggunakan Ulap Doyo dalam acara Fashion Show Ulap Doyo dalam acara Erau tahun 2011



Contoh Ualp Doyo yang diperkenalkan dalam cara fashion



Artis ibukota seperti Julia Perez juga ikut memperkenalkan Ulap Doyo

JELAJAHI NUSANTARA SINGGAHI KUTAI KARTANEGARA!

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Pecel Mie
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 MAsukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap

avatar
Netizen
Gambar Entri
Wisma Gadjah Mada
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Rumah Indis Wisma RRI
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Gereja Santo Petrus dan Santo Paulus Klepu
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Awal mula hadirnya Gereja Klepu sebagai tempat peribadatan bermula dari didirikannya sekolah tingkat dasar untuk rakyat. Sekolah tingkat dasar pertama didirikan oleh Rm. Strater, SJ, seorang misionaris Jesuit, pada tahun 1912. Latar belakang pendirian sekolah ini ialah adanya keprihatinan terhadap tingginya jumlah penduduk pribumi yang masih buta huruf. Umat Katolik awal berasal dari orang-orang yang bekerja sebagai kuli di perkebunan tebu milik tuan-tuan berkebangsaan Belanda. Para kuli yang sudah di sekolahkan akan naik pangkat menjadi mandor. Pastor F. Strater, SJ mengajar mereka untuk membaca dan menulis. Sebagian dari mereka yang tertarik dengan iman Kristiani kemudian memeluk agama Katolik. Sebulan sekali mereka mengikuti magang di Kotabaru. Baptisan pertama terjadi pada tahun 1916. Thomas Sogol dari Kaliduren menjadi orang pertama yang dibaptis. Selang 3 tahun setelah baptisan pertama, pada tahun 1919 baru ada satu orang lagi yang dibaptis. Kemudian tahun 1921, terdapat sat...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Candi Pembakaran
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Candi Pembakaran berada di kompleks Ratu Boko, dimana kita dapat melihatnya setelah melewati gerbang ke-2 dan berada sekitar 30 m ke arah kiri. Dari kejauhan kita akan meliahat satu bentuk candi yang hanya berupa batur dan kaki dilengkapi dengan tangga di arah barat tanpa adanya pintu dan atap. Bila meniti tangga dan sampai di atas pada ujung tangga terdapat semacam sisa gerbang di kedua sisi yang tidak terlalu tinggi. Diamati lebih mendetail, gerbang ini pun memiliki terusan yang menjadi pagar keliling dimana kita bisa melihatnya dengan mengikuti sisa penguncian di sisi lantai.

avatar
Seraphimuriel