Batak Karo memiliki dua kain tenun yang sering digunakan dalam acara - acara adat, yaitu Uis Nipes dan Beka Buluh. Uis Nipes adalah kain tipis, yang dipakai oleh wanita karo dalam menghadiri acara adat, kadang kain ini juga digunakan untuk beribadah ke gereja sebagai selendang pelengkap kebaya. Biasanya, Wanita akan menggunakan Uis Gara, yaitu salah satu jenis uis nipes bercorak terang dalam acara adat, atau acara lain yang bahagia, seperti pernikahan, natal dan lain - lain. Uis Gara ini kadang berwarna merah, ada juga yang berwarna orange, belakangan ada uis nipes yang berwarna ungu pula dan dipadukan dengan benang berwarna emas sebagai coraknya. Disamping itu, ada uis nipes lain yang berwarna hitam, walau kain ini sering juga digunakan untuk acara - acara bahagia, namun biasanya mayoritas wanita karo menggunakan kain ini di acara kematian, atau pengapul (menghibur keluarga yang ditinggal mati). Namun keberadaan uis nipes ini tidak hanya digunakan untuk selendang atau tudung (penutup kepala) saja. Ada kalanya uis nipes akan digunakan sebagai pelapis kampuh (sarung) yang digunakan oleh wanita diacara - acara tertentu. Untuk tudung (penutup kepala berbentuk segitiga) pun uis nipes digunakan secara sederhana, karena biasanya uis nipes yang digunakan sebagai tudung hanyalah diacara kematian saja.
Lain uis nipes, beda pula dengan Beka Buluh. Beka Buluh adalah kain tenun yang digunakan oleh pria, ukurannya lebih besar dari uis nipes dan lebih berat. Selain itu, beka buluh semuanya sama, berwarna dasar merah dengan tambahan list benang berwarna emas dikainnya. Beka Buluh digunakan oleh pria karo untuk acara - acara bahagia, seperti pernikahan, nggalari utang man kalimbubu dan lain - lain. Beka Buluh, digunakan sebagai bulang - bulang (penutup kepala) oleh pria karo saat acara pernikahan, biasanya yang memakai bulang - bulang ini adalah mempelai pria dan ayah dari kedua mempelai. Selain itu Beka buluh juga dilipat segitiga kemudian disematkan dipundak pria - pria tersebut. Beka Buluh juga digunakan oleh mempelai wanita dan ibu dari kedua mempelai, bukan sebagai selendang, melainkan sebagai lapis tudung yang dibuat dari kain berwarna hitam.
Disamping itu orang karo terkenal sekali dengan dua warna kebaya yang paling sering dipakai dalam acara adat. Wanita karo akan memakai kebaya merah terang saat hari pernikahan, dan akan memakai kebaya hitam pada hari kematian. Lebih daripada itu, orang karo juga terkenal suka memakai kampuh (sarung), biasanya wanita yang memakai ini, namun pria juga memakainya namun hanya menyematkan saja dipundak layaknya pengganti beka buluh.
Oh ya, ada kalanya uis nipes juga disebut ose, ose sendiri artinya adalah kain (uis nipes) yang sedang digunakan. Oseken artinya pakaikan.
Sumber: https://www.kompasiana.com/zerolife/uis-nipes-dan-beka-buluh-sebagai-jati-diri-bangsa_54f7ca65a33311be208b4a0e
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.