Masyarakat Arfak sebagai suku asli yang mendiami Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak mempunyai pola hidup yang erat kaitannya dengan lingkungan alam sekitarnya, terutama dalam hal pemanfaatan hasil hutan.
Hutan bagi suku Arfak merupakan tempat untuk memperoleh bahan makanan, obat-obatan, bahan bangunan (rumah/kandang), dan memiliki nilai mistik. Kehidupan masyarakat suku Arfak sebagian besar tergantung pada alam sekitarnya. Salah satu bentuk ketergantungan tersebut adalah pemanfaatan tumbuhan yang berkhasiat obat dan magis. Hal ini terlihat pada tumbuhan yang mereka ambil dari lingkungan sekitar tempat tinggal atau hutan, diramu secara alamiah dan digunakan sebagai obat-obatan tradisional dalam berbagai resep untuk mengobati berbagai jenis penyakit.
Masyarakat suku Arfak biasa menggunakan 59 jenis tumbuhan. Dari ke-59 jenis tumbuhan tersebut, sebanyak 52 jenis biasa dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat, sebanyak 5 jenis sebagai pestisida nabati dan 2 jenis sebagai magis. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan untuk ke-3 pemanfaatan tersebut adalah daun sebanyak 40 jenis, kemudian kulit sebanyak 20 jenis, akar sebanyak 8 jenis, umbi/buah sebanyak 5 jenis. Bagian tumbuhan yang jarang digunakan adalah getah dan bagian batang, masing-masing sebanyak 4 jenis tumbuhan. Namun demikian ada satu jenis tumbuhan yang seluruh bagiannya dapat digunakan yaitu Erectites valerianifolia, yang berguna sebagai pestisida nabati.
Cara pengambilan tumbuhan obat tradisional
Adapun cara pengambilan tumbuhan obat yang dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Dipetik.
Dilakukan pada tumbuhan yang menggunakan daun, pada pohon yang tinggi daun diambil dengan cara di panjat.
2. Dipatah
Cara ini biasanya untuk pengambilan daun disertai tangkai (diambil bersama-sama), lebih banyak di aplikasikan pada tumbuhan pestisida nabati. Namun secara umum cara ini jarang dilakukan, karena daun bisa langsung dipetik.
3. Dicabut
Cara ini diaplikasikan pada tumbuhan tipe gulma/ mudah dibawa, yaitu dengan mencabut seluruh bagian tanaman.
4. Dikikis/Dikupas
Cara ini biasanya dilakukan pada kulit batang pohon. Tumbuhan yang dikikis biasanya diambil getahnya, selain getah kambium juga biasa diambil dengan cara mengupas.
Cara membuat ramuan
Selain itu, suku Arfak mempunyai cara tersendiri dalam mengolah tanaman obat. Cara membuat ramuan yang diketahui oleh masyarakat suku Arfak sebagai berikut :
1. Tanpa Diramu (pemanfaatan langsung)
Cara ini merupakan pemanfaatan secara langsung bagian-bagian tumbuhan, tanpa proses peramuan (tanpa diolah). Bagian tanaman yang diambil di alam baik akar, daun, batang, dan kulit langsung digunakan untuk mengobati penyakit tertentu.
Sebagai contoh cara ini biasanya di gunakan untuk jenis Nothofagus pullei sp.Sebagai pestisida alami, yang secara langsung daun maupun batang di sebarkan di tanah.
2. Ramuan
(Lihat di bawah)
Gambar 1. Grafik jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Arfak.
Jumlah paling besar adalah pemanfaatan jenis sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Pengetahuan tentang jenis dan tata cara penggunannya diketahui secara turun temurun dari generasi ke generasi dan tercatat sebagai salah satu pengetahuan tradisional.
Pemanfaatan jenis tumbuhan sebagai pestisida nabati, dimanfaatkan di untuk membasmi hama-penyakit tanaman pertanian mereka. Bau yang dihasilkan dari ramuan yang dibuat sangat menyengat, sehingga tikus/hama tidak berani untuk mendekati tanaman pertanian mereka.
Penggunaan jenis tumbuhan untuk keperluan magis digunakan sebagai obat swanggi. Berkaitan dengan hal ini beberapa jenis tumbuhan dapat digunakan untuk menyembuahkan penyakit, membangkitkan orang yang sudah mati, maupun untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, penggunaan untuk keprluan jahat seperti, membunuh orang dari jarak jauh.
(Lihat di bawah)
Grafik 2. Kategori Penyakit Berdasarkan Jumlah Jenis Yang Dapat Diobati Dengan Tumbuhan Obat Suku Arfak
Khasiat dari tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Arfak sangat beragam dan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, baik penyakit dalam maupun penyakit luar, dan ada pula jenis yang dapat mengobati kedua macam penyakit tersebut. Secara kuantitatif, terdapat 36 jenis tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit dalam seperti, Paspalum conjugatum digunakan untuk mengobati TBC, Amylotheca digunakan untuk mengobati kanker. Terdapat 13 jenis tumbuhan yang dapat mengobati penyakit luar, Dichroa cyanitis (Mayanji) untuk mengobati kadas. Terdapat 3 jenistumbuhan sebagai obat penyakit dalam dan luar, seperti Medinila pachyhylla (hauera**) *digunakan untuk mengobati muntaber dan borok.
(Lihat di bawah)
Grafik 3. Jenis Penyakit Yang Dapat Diobati Berdasarkan Jumlah Jenis Tumbuhan Suku Arfak.
Terdapat beragam jenis penyakit yang dapat diobati secara tradisional dengan menggunakan tumbuhan obat oleh masyarakat suku Arfak. seperti malaria, flu, batuk, pencernaan, pernapasan hingga penyakit kronis. Terdapat 6 jenis tumbuhan untuk mengobati malaria, 4 jenis tumbuhan untuk mengobati flu dan batuk, 11 jenis untuk mengobati untuk penyakit pencernaan, 3 jenis untuk penyakit pernapasan, 9 jenis untuk luka (luar dan dalam), 6 jenis untuk pegal linu, 5 jenis untuk penyakit kulit, 4 jenis untuk penyakit kronis dan 4 jenis untuk penyakit lainnya.
Sumber : https://nenielse99.wordpress.com/2011/11/25/etnologi-tumbuhan-berkhasiat-obat-dan-magis-suku-arfak-manokwari-papua-barat/
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang