Patung Lele dan Kecapi, atau yang biasa disebut sebagai Tugu Lele, dicanangkan pada tahun 1995 saat Bupati Mochammad Djamhari, satu tahun sebelum Kabupaten Bekasi diresmikan menjadi Kota Bekasi. Tugu tersebut didirikan di Jalan Insinyur H. Juanda Blok A No.1, Marga Jaya, Bekasi Sel., Kota Bks, Jawa Barat; Atau sebutan tempat yang lebih populernya Simpang Bulan-Bulan. Patung Lele ini disematkan buah kecapi pada tengah tugu tersebut sehingga secara resmi, penamaan kurang populer, disebut sebagai Patung Lele dan Kecapi. Akan tetapi, Tugu Lele hanya berdiri selama 7 tahun. Pada tahun 2002, Tugu Bekasi dibakar habis oleh sejumlah orang.
Organisasi Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi (BKMB), dan beberapa orang Bekasi merasa bahwa patung tersebut tidak mencerminkan masyarakat Bekasi. Lele dipercaya sebagai hewan yang tamak. Ikan lele adalah pemakan segala yang rakus, bahkan memakan kotoran hewan lain, sehingga tak layak menjadi ikon Kota Bekasi karena dapat diimplikasikan bahwa masyarakat Bekasi adalah masyarakat yang rakus dan tamak. Selain itu, ikan lele merupakan ikan yang memiliki harga jual yang murah dan sangat mudah ditemukan di kali-kali yang mengalir sepanjang Bekasi.
Buah kecapi yang kurang begitu populer disebutkan pada tugu tersebut juga terkena kontroversi dari masyarakat. Buah kecapi juga memiliki harga murah dan mudah sekali ditemukan di Bekasi, rasanya juga tidak begitu enak sehingga beberapa orang Bekasi tidak setuju dengan buah kecapi pada Tugu Lele dengan alasan itu.
Masyarakat Bekasi yang tergabung di dalam BKMB melayangkan sebuah protes terkait dengan pencemaran jati diri warga Bekasi oleh tugu itu kepada Bupati Bekasi, Mochammad Djamhari. Akan tetapi, bupati tersebut menghiraukan protes yang dilayangkan kepadanya terkait dengan Tugu Lele.
Setelah beberapa tahun berlalu, Kabupaten Bekasi mendapatkan pemekaran tempat menjadi Kota Bekasi yang meliputi wilayah Tugu Lele itu sehingga BKMB menyurati walikota baru Kota Bekasi yang baru itu, Nonon Sonthani. Walikota baru itu menyetujui keluhan yang disampaikan oleh BKMB dengan memberikan surat pemerintah untuk membongkar tugu tersebut. Meski demikian, tugu tersebut tetap berdiri sampai akhirnya seorang kepala desa Sri Jaya dan anggota BKMB, Damin Sada beserta dengan rekan-rekannya mendatangi tugu lele yang terbuat dari bahan fiberglass mudah terbakar itu. Mereka merusak dan bahkan membakar tugu itu pada hari Kamis, 24 April 2002.
Tugu Lele merupakan landmark populer bagi orang-orang Bekasi yang tinggal di daerah Bulan-Bulan. Tempat-tempat seperti Stasiun Bekasi dan RSUD Bekasi itu seringkali dipasangkan oleh alamat keberadaan Tugu Lele. Setelah dilakukan pembakaran, terdapat usul-usul untuk menggantikan ikon yang terbumihanguskan itu. Ada yang mengusulkan pasangan ikan gabus dan buah rambutan karena ikan dan buah tersebut mudah ditemukan di Bekasi dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Ada juga yang mengusulkan boneka dan ikan hias yang membuat Bekasi dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bahkan pada tahun 2010 terdapat sayembara yang membahas tentang ikon pengganti pasangan ikan lele dan buah kecapi.
Damin Sada dan beberapa rekannya seperti Namin setelah peristiwa pembakaran Tugu Lele itu sempat ditangkap oleh polisi karena tuduhan vandalisme dan perusakan landmark kota.
Sekarang, untuk menggantikan tugu tersebut dipasangkan tugu jam gadang yang digantikan lagi menjadi tugu bambu runcing kuning sebagai lambang kota bekasi. Meskipun Tugu Lele telah tiada, peristiwa pembakaran tersebut tetap menjadi landmark semu yang populer bagi masyarakat Bekasi. Peristiwa tersebut juga diceritakan oleh segelintir orang Bekasi.
#OSKMITB2018
Referensi :
https://infobekasi.co.id/2016/03/09/kilas-balik-sejarah-patung-lele-bekasi/
https://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-lele-ikan-gabus-dan-jawara-asal-bekasi.html
http://www.inotesweb.com/2017/02/sejarah-dibalik-dihancurkannya-patung.html
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...