|
|
|
|
Tradisi Sembahyang Kubur Pontianak Tanggal 11 Aug 2018 oleh OSKM_16218113_Ryandy Hartono. |
Di kota Pontianak, sebagian dari masyarakatnya adalah suku Tionghua, atau sering juga disebut suku Chinese.Masyarakat Tionghua, terutama yang menganut agama Konghuchu di Pontianak, memiliki tradisi tahunan sembahyang kubur atau ziarah ke makam pendahulu mereka, terutama yang merupakan satu keturunan atau keluarga besar. Tradisi tahunan ini dilaksanakan 2 kali setahun, yaitu setiap bulan ketiga dan ketujuh dalam penanggalanimlek dari tanggal 1 sampai 15 pada bulan itu.
Biasanya ziarah makam dan sembahyang dimulai dari jam 4 subuh sampai kurang lebih jam 9 pagi selama hari-hari sembahyang kubur. Biasanya masing-masing keluarga membawaapam beras, bakpao, kue ku berwarna merah, atau biasa disebut ang khak tho, kuanchiang (olahan bengkuang),terkadang ada keluarga yang membawa makanan favorit almarhum selama dia hidup. Tradisinya, mereka harus membawa semangkuk nasi, dengan tahu di atas nasi dan ditancap sepasang sumpit, sayuran ku chai di potongkecil dan diremdam air, ayam jantan rebus, daging babi, dengan jiu he (cumi kering) atau telur bebek 2 butir atau ikan senangin yang dikukus atau digoreng. Mereka juga membawa 3 jenis buah-buahan, yaitu, apel, jeruk, pir atau yang lainnya. Kertas sembahyang, lilin, dupa, setelan baju laki-laki dan perempuan dari kertas juga wajib dibawa. Kertas sembahyang, atau dikenal dengan nama kim cua terdiri dari dua jenis, yaitu kim cua kecil dan besar. kim cua besar dianggap sebagai uang untuk arwah. kertas kim cua besar dan baju kertas akan dibakar sebagai sarana penyampaian pada arwah. sementara kim cua kecil digunakan untuk ditabur diatas kuburan.
Tradisi sembahyang kubur ditutup pada pelaksanaannya di bulan ketujuh, yaitu pembakaran replika kapal wangkang. menurut kepercayaan umat Konghuchu, pintu akhirat dibuka selama masa sembahyang kubur dan mereka meyakini arwah yang sudah meninggal dapat turun ke bumi, sehingga diyakini mereka dapat bertemu dengan leluhur mereka. kapal wangkang yang dibakar juga dilengkapi dengan replika patung berbagai karakter yang semuanya berbahan kertas, seperti patung nahkoda, awak kapal, dan kelompok pemusik. Kapal wangkang menyimbolkan kendaraan yang dipakai para leluhur untuk kembali ke akhirat.
Menurut Yo Nguan Cua, ketua panitia ritual sembahyang kubur tahun 2017, tradisi sembahyang kubur telah dilakukan sejak jaman dulu dan masih dilakukan di jaman modern ini setiap tahun.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |