Ritual
Ritual
Kepercayaan Jawa Timur Jawa
Tradisi Petung Jawa

           Sejak zaman dahulu, leluhur kita yang berasal dari Jawa sering menggunakan petung hari pasaran. Petung sendiri memiliki arti perhitungan, sehingga petung hari pasaran dapat diartikan sebagai "perhitungan mencari hari yang baik". Petung ini sudah lama digunakan oleh para pembesar kerajaan zaman dahulu, biasanya dipakai untuk mencari hari membangun bangunan, melakukan perang, ataupun menikah. Walaupun biasanya digunakan oleh pembesar kerajaan, tapi sekarang sudah boleh digunakan oleh semua orang untuk menentukan hari baik dan hari larangan. 

            Perhitungan hari baik ini terdapat dalam mitologi sebagai berikut : 

1. Batara Surya (Dewa Matahari) yang turun ke bumi menjelma menjadi Brahmana Raddhi di gunung. Ia menggubah hitungan yang disebut Pancawara (lima bilangan) yang sekarang disebut Pasaran, yakni Legi, Paing, Pon, Wage, dan Kliwon dengan nama kunonya Manis, Pethak, Abrit, Jene, Cemeng, dan kasih.

2. Brahmana Raddhi dijadikan penasehat Prabu Selacala di Gilingwesi. Lalu, sang Brahmana membuat sesaji, yakni sesaji untuk para dewa selama tujuh hari berturut-turut dan tiap kali sesaji itu selesai, hari itu diberinya nama sebagai berikut :

a. Sesaji Emas yang dipuja matahari diberi nama Radite dan namanya sekarang adalah Ahad

b. Sesahu Perak yang dipuja bulan diberi nama Soma dan namanya sekarang adalah Senen

c. Sesaji Gangsa yang dipuja api diberi nama Anggara dan namanya sekarang adalah Selasa

d. Sesaji Besi yang dipuja bumi diberi nama Buda dan namanya sekarang adalah Rebo

e. Sesaji Perunggu yang dipuja petir diberi nama Respati dan namanya sekarang adalah Kemis

f. Sesaji Tembaga yang dipuja air diberi nama Sukra dan namanya sekarang adalah Jumat

g. Sesaji Timah yang dipuja angin diberi nama Saniscara dan namanya sekarang adalah Sabtu

          Berdasarkan hari-hari dan pasaran tersebut, masing-masing mempunyai nilai dan karakternya tersendiri. Nilai-nilai dan karakter inilah yang menjadi patokan untuk menentukan baik dan buruknya hari yang akan kita pilih. Berikut adalah nilai-nilai dari hari dan pasaran :

1. Hari Saat Agung

Hari saat agung ini biasa digunakan oleh orang jawa dimana dihitung berdasarkan hari dan ditambah hari pasaran : 
Hitungan hari / Nilai hari 
Hari dihitung mulai dari hari Jumat yaitu nulainya 1 dan diakhiri hari Kamis 7 
Senin = 4 
Selasa = 5 
Rabu = 6 
Kamis =7 
Jumat = 1 
Sabtu = 2 
Minggu =3 

Dan hari pasaran dimulai dengan Kliwon 
Kliwon = 1 
Manis/Legi = 2 
Pahing = 3 
Pon =4 
Wage =5 

Kemudian jumlahkan kedua hari tersebut, bila jumlahnya lebih dari 6 maka dikurangi 6 
Misal Jumat Kliwon = 1 + 1 =2 Kamis Wage = 7+5 = 12 – 6 =6 
Lalu hasil tersebut cocokan dengan hitungan berikut 

Jumlah 1 = Lara 
2 = 
3 = Rejeki 
4 = Slamet 
5 = Macan Ketawang ( Biasa-biasa saja, jangan memancing permasalahan dan jangan 
terpancing) 
6 = Pati 

Petung Hari saat agung ini pertama di buat oleh Jayabaya, dan digunakan oleh kebanyakan orang jawa. Tetapi untuk lebih mantapnya hitungan tersebut harus kita bandingkan dengan hitungan pasundan/pancasunda atau biasa disebut Neptu. 

2. Hari Neptu

         Alam semesta selalu bergerak, satu rotasi berputarnya bumi membutuhkan sekitar 24 Jam atau 1440 menit atau 86400 detik. Dikarenakan gerakan bumi tidak pernah berhenti, maka setiap detik posisinya berubah. Untuk kembali pada posisi yang sama, membutuhkan siklus waktu tertentu. Rata-rata siklus jam membutuhkan waktu 24 jam, siklus pasaran (Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Paing) membutuhkan waktu 5 hari. Siklus hari membutuhkan waktu 7 hari. Sedangkan siklus gabungan antara hari dan pasaran (mis: Senin dan Kliwon) membutuhkan waktu selapan, atau 35 hari. Setiap siklus berhubungan dengan posisi orbit bumi. 
Cara menghitung hari neptu ini hampir sama dengan hari saat agung. Perbedaan-nya terletak dari jumlah hari, dan pada neptu ini ditambah kan dengan tanggal yang sedang berlangsung atau yang akan ditentukan. 

Nilai Hari 
Minggu = 5 
Senen = 4 
Selasa = 3 
Rabu = 7 
Kamis = 8 
Jum’at = 6 
Sabtu = 9 

Nilai hari Pasaran 

Manis/Legi = 5 
Paing = 9 
Pon = 7 
Wage = 4 
Kliwon = 8 

Neptu huruf :

Ha = 1

Na =2

Ca = 3

Ra = 4

Ka = 5

Da = 6

Ta = 7

Sa = 8

Wa = 9

La = 10

Pa = 11

Dha = 12

Ja = 13

Ya = 14

Nya = 15

Ma = 16

Ga = 17 

Ba = 18

Tha = 19

Nga = 20

Contoh menghitung baik buruknya nama :

1. Kelahiran Jumat Legi

2. Nama Sutoyo : S = 8, T = 7, Y = 14

Penjumlahan = 11 + 29 = 40

Jika hasil penjumlahan nilainya lebih dari lima, maka harus dikurang-kurangi dengan nilai lima sampai nilainya lebih kecil atau sama dengan lima.

Arti sebuah nama :

1. Sri = selamat dan banyak rejeki

2. Lungguh = Berkedudukan baik dan berpangkat

3. Gedhong = Kelak dapat berhasil dan kaya

4. Lara = selalu menderita dan sakit-sakitan

5. Pati = kelak akan menderita dan tidak berumur panjang

Untuk nama Sutoyo berarti termasuk Pati karena bernilai lima

#OSKMITB2018
 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
sate ayam madura
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

soto ayam adalah makanan dari lamongan

avatar
Sadaaaa
Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana