|
|
|
|
Tradisi Perkawinan Adat Gayo Lues Tanggal 28 Nov 2018 oleh Deni Andrian. |
Upacara perkawinan adat Gayo Lues baru-baru ini diperlombakan dalam Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) dan mendapat juara kedua dari 23 kabupaten/kota se-Provinsi Aceh.Samsul Bahri, salah seorang tokoh masyarakat Gayo Lues memaparkan upacara perkawinan adat Gayo Lues tersebut berserta tahapanya, Kamis (30/8).
Dipaparkan, tahapan yang dilakukan diawali resek, adalah perbincangan orangtua dari seseorang jejaka antara ayah dan ibu tentang keinginan untuk mencarikan jodoh bagi anaknya atau menantu. Setelah keduanya mendapat kata sepakat, barulah orang tuanya mengira-ngira siapa yang cocok untuk menantu (pemaen) dimaksud, setelah ada yang cocok maka kabar ini disampaikan kepada kail/ibi atau tutur temas lainyya, menghubungi sang jejaka atau bukang, apakah setuju dicarikan jodohnya. Sehingga rangkaian proses ini disebut kusik, sisu, pakok dan peden.
Terjemahan kusik adalah agar ayah dan ibu dapat bebas membicarakan tentang perjodohan anaknya, sisu artinya hasil permufakataan ayah dan ibu tentang rencana pernikahan anaknya, selanjutnya disampaikan kepada ibi, kail atau tutur temas untuk menyelidiki calon menantu yang telah cocok.
Pakok adalah kail/ibi atau tutur temas lainnya membicarakan rencana pernikahan, peden merupakan pernyataan kesediaan dari jejaka untuk menikah.
Setelah ada pesetujuan bujang, maka ibu/ibi menyampaikan pesan kepada keluarga calon menantu/pemaen dan meminta izin untuk datang kalau belum ada pinangan dari orang lain. Pada tahap ini keluarga pihak laki-laki hanya datang untuk menanyakan, apakah sudah ada ikatan dengan seseorang dengab ucapan bahasa Gayo belo ni jema nge ijamut. Kalau belum apakah keluarga pihak perempuan setuju anaknya dijodohkan dengan anak keluarga laki-laki.
Nentong (meminang) pertama, bahan yang dibawa adalah bibit-bibit tanaman, pihak perempuan membalas dengan oleh-oleh. Rese adalah, kalau sudah ada kata sepakat antara pihak beru dan bujang, maka dilanjutkan dengan nentong kedue, di saat ini pihak bujang niro nemah (belenye, mahar, penurip), pada saat ini akan terjadi tawar-menawar dalam hal penentuan segala biaya pernikahan, baik mengenai belanja kenduri pesta antara lain penurip, mahar, duduk edetnya dan lain-lainnya sampai ada kata sepakat dari kedua belah pihak.
Tradisi yang unik ini terus lestari, dan masih dilakukan oleh umumnya masyarakat Gayo Lues terutama yang masih menjunjung adat-istiadat. (ramli)
Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2018/09/01/358231/uniknya-tradisi-perkawinan-adat-gayo-lues/
#SBJ
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |