×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Tradisi

Asal Daerah

Suku Dani

Tradisi Perang Suku Dani

Tanggal 18 Mar 2018 oleh adhaagary .

Seorang kepala suku sekaligus panglima perang bergerak dengan gagah perlahan menuju padang rumput yang cukup luas. Coretan hitam dari arang dioleskan di wajahnya, mahkota kebesaran pun dipakai di kepalanya, wajahnya begitu sadis tetapi tampak penuh wibawa. Bapak Yali, begitu ia biasa dipanggil, dengan penuh kewaspadaan mengawasi setiap gerakan yang ada di padang rumput tersebut.

Mata yang terpicing, anak panah yang terarah dan siap dilesatkan menemani Bapak Yali hingga kaki sebuah menara pantau yang terbuat dari rumpun kayu. Kemudian, dengan lincah Bapak Yali memanjat menara tersebut hingga sampai di puncaknya. Ia terus waspada pada setiap gerak-gerik yang terlihat, ia berfirasat kelompoknya akan segera diserang.

Firasat Bapak Yali tidak salah. Tiba-tiba dari balik semak rerumputan muncul sepasukan prajurit bersenjata tombak dan panah menyerang. Penyergapan sedang terjadi. Bapak Yali pun meneriakkan komando perang bagi pasukannya yang sudah bersiap dari dalam tembok kampung dan kedua pasukan ini pun siap berperang. Akhirnya, Bapak Yali pun melesatkan anak panahnya ke arah pasukan musuh, ia meneriakkan yel-yel dalam bahasa Dani yang kira-kira berarti : “Serang!!!”. Kedua pasukan pun mulai saling serbu dan Bapak Yali bergegas turun menara kemudian bergabung dengan pasukannya.

Saling bertukar anak panah pun tidak terhindarkan. Kedua kelompok saling beradu kekuatan demi perebutan wilayah. Mata tombak pun mulai tertuju pada musuh dan perang pun terjadi. Suara teriakan semangat dan kemarahan terdengar begitu lantang. Bunyi-bunyian “ waa..waa..waa…”yang menandakan mereka sedang berperang menghiasi medan pertempuran. Korban pun mulai berjatuhan, namun perang terus berlangsung serangan demi serangan, pertahanan demi pertahanan.

Kejadian di atas memang hanya rekonstruksi. Namun, kira-kira inilah yang terjadi apabila ada dua suku atau dua kelompok di Lembah Baliem yang bertikai. Mereka umumnya berperang karena perebutan wilayah, masalah perempuan, atau pencurian hewan ternak. Memang, bagi masyarakat lembah Baliem masalah sederhana antar pribadi dapat menjadi masalah besar antar suku.

Lembah Baliem diduduki tiga suku besar Dani, Lani dan Yali. Mereka memang sudah jarang sekali berperang dengan cara yang direkonstruksikan. Namun, tradisi ini tetap mereka pertahankan dan ajarkan turun-temurun antar generasi. Tujuannya bukan untuk berperang dan saling bunuh dengan suku atau kelompok lain, tetapi mereka ingin mewariskan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi perang ini. Salah satunya adalah kewajiban melindungi kampung atau desa dari serangan musuh. Ini adalah bentuk kecintaan mereka terhadap kampung atau suku tempat mereka dilahirkan.

Rekonstruksi pun dilakukan sebagai bentuk apresiasi suku-suku tersebut terhadap budaya asli leluhur mereka. Hal ini berbuah baik, karena tidak hanya masyarakat modern dari Indonesia saja yang ikut mendukung, namun masyarakat Internasional pun banyak yang menganggap tradisi perang ini sebagai bagian dari kebudayaan dunia yang harus dilindungi. Bahkan, bagi sebagian wisatawan, tradisi perang ini juga dipelajari sebagai dasar strategi perang di jaman modern.

Rekonstruksi tradisi perang ini sangat menarik untuk disaksikan. Salah satunya di dalam rangkaian acara Festival Lembah Baliem yang diadakan sebagai bentuk inisiatif pemerintah daerah dan masyarakat adat setempat dalam menampilkan keseluruhan budaya suku-suku di Lembah Baliem. Perang antar suku, tradisi Bakar batu, tarian adat dan berbagai produk kebudayaan Lembah Baliem lainnya siap ditampilkan dalam perhelatan ini. Festival ini diadakan setahun sekali dan biasanya dilaksanakan pada bulan Agustus. Selain itu, festival yang telah diadakan selama kurang lebih 25 tahun ini pun sudah banyak berperan mempromosikan kekayaan budaya Lembah Baliem hingga dikenal ke telinga wisatawan dalam maupun luar Indonesia.

Kini telah jatuh cukup banyak korban di kedua kelompok yang bertikai. Anak panah dan tombak telah menjadi saksi peperangan yang terjadi. Medan pertempuran telah beralih menjadi medan pengorbanan. Pertempuran telah dihentikan. Pasukan Bapak Yali memenangkan peperangan, lalu mereka pun berbanjar rapi sambil menari dan menyanyikan lagu-lagu kemenangan. Suara gesekan-gesekan senjata panah dan tombak yang terbuat dari kayu mengiringi sukacita seluruh pasukan. Kini, hanya kedamaian yang tersisa dan akan terjaga hingga akhir hayat mereka. Maka, seiring dengan teriakan perdamaian khas Suku Dani, “waa…waaa…..waaa…..”, rekonstruksi perang pun usai.

Sumber : https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/mereka-memuja-perang

DISKUSI


TERBARU


Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

Bakso Titoti Wo...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bakso titoti wonogiri gitu gaes ya hahahahhahahahahah

Tempong khas Te...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bahan-bahan 12 porsi 1 papan tempe besar 1 genggam daun kemangi Bumbu Halus: 3 siung bawang putih 5 buah bawang merah 5 buah cabai rawit merah (op...

Mpaa Sere (Tari...

Oleh Aji_permana | 07 Jan 2025.
Tradisi

Mpaa Sere adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpa'a Oro Gata

Oleh Aji_permana | 29 Dec 2024.
Tradisi

Mpa'a Oro Gata adalah salah satu permainan tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara harfiah, ist...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...