Ritual
Ritual
Tradisi Nusa Tenggara Barat Bima
Tradisi Pamali
- 11 Juli 2018

Beberapa puluhan tahun yang lalu tradisi pamali selalu menjadi patokan masyarakat untuk memprediksi cuaca dan hama pengganggu tanaman. Tradisi pamali mengandung dua makna yakni larangan dan akibat. Larangan untuk melakukan kegiatan dalam bentuk apapun di lokasi pertanian atau perkebunan pada saat tradisi pamali dilaksanakan. Akibat yang timbul akan berdampak pada tanaman pertanian jika tidak mengikuti tradisi pamali.

Suatu tradisi yang menarik untuk diceritakan kembali karena melemahnya nilai-nilai IMTAQ dan IPTEK pada masa itu menjadikan tradisi pamali ini turun-temurun dari generasi ke generasi. Sehingga sampai pada suatu generasi tradisi pamali ditantang secara keras karena tidak sesuai dengan ajaran islam dan konsep ilmu pengetahuan alam.

Tradisi pamali dilaksanakan pada bulan September dan Oktober sebelum masyarakat melakukan aktivitas pertanian di sawah dan ladang. Dalam menentukan kapan tradisi pamali ini dilaksanakan tergantung dari keputusan musyawarah antara Karindo (Ketua Pamali) dan masyarakat.

Kegiatan pamali dilakukan selama empat hari berturut-turut dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan Hari Pertama :
1. Memetik daun sirih di kebun Lewi Ruma (Kebun Raja) dilakukan oleh kaum laki-laki yang dipercaya oleh Karindo (Ketua Pamali).
2. Pergi memancing ke sungai atau biasa disebut dengan istilah “mambeli”. 3. Mengambil kayu di tempat yang jauh dari jangkauan kambing, sapi dan kerbau.
4. Kayu yang diambil digunakan untuk memasak nasi sebagai bahan dalam membuat tape.

Kegiatan memasak nasi dilakukan di rumah Karindo (Ketua Pamali). Dalam membuat tape mempunyai langkah sebagai berikut :
a. Beras direndam sampai terlihat agak kering.
b. Setelah terlihat kering, kemudian diamati oleh Karindo (Ketua Pamali) apabila pada beras yang direndam tersebut ditemukan benda atau binatang yang menempati beras tersebut seperti ada garis, maka Karindo (Ketua Pamali) menyimpulkan bahwa hama pada tahun ini akan banyak menyerang tanaman pertanian masyarakat. Jika tidak ada garis yang terlihat maka hama pada tahun ini akan jarang menyerang tanaman pertanian.
c. Memasak nasi untuk membuat tape dengan menggunakan kayu yang tidak tersentuh dari jangkauan kambing, sapi dan kerbau dengan jumlah potongan kayu yang digunakan untuk memasak tape ini harus berjumlah ganjil.
d. Jika nasi yang dimasak hasilnya lembek (seperti bubur) maka Karindo (Ketua Pamali) menyimpulkan bahwa curah hujan pada tahun ini akan tinggi, namun sebaliknya jika nasi yang dimasak hasilnya mentah maka Karindo menyimpulkan bahwa curah hujan pada tahun ini akan berkurang. Nasi kemudian dicampur dengan ragi yang dibuat secara tradisional. 5. Setelah beberapa hari tape akan terbentuk. Pengamatan dilakukan oleh Karindo (Ketua Pamali) untuk memberikan kesimpulan terkait dengan curah hujan. Jika tape mengandung banyak air maka Karindo menyimpulkan bahwa curah hujan pada tahun ini akan tinggi. Namun sebaliknya jika tape terlihat kering maka curah hujan pada tahun ini akan berkurang.

Kegiatan Hari Kedua :
Pada kegiatan pamali hari kedua dihadiri oleh seluruh masyarakat baik dari kaum laki-laki, perempuan bahkan anak-anak. Kaum laki-laki bertugas untuk pergi berburu kijang sedangkan kaum perempuan dan anak-anak bertugas untuk menganyam dan menjahit di Piri Jau (Tanah lapang yang sudah ditentukan oleh Karindo). Berbagai macam hasil karya kerajinan tangan dibuat oleh kaum perempuan bersama anak-anak sambil menunggu hasil berburu dari kaum laki-laki.

Dalam berburu kijang, kaum laki-laki membawa perlengkapan berburu seperti tombak dan perangkap. Jika kijang berhasil ditangkap maka pembagian daging kijang dibagikan secara merata kepada seluruh masyarakat. Sedangkan bagian tubuh kijang yang tidak boleh dibagikan ke masyarakat adalah kepala, karena kepala kijang harus diberikan kepada Karindo (Ketua Pamali).

Kegiatan Hari Ketiga :
Kegiatan hari ketiga hanya dihadiri oleh kaum laki-laki. Kegiatan berburu seperti hari kedua masih terus dilanjutkan. Kaum perempuan diperbolehkan membuat kerajinan tangan di rumah masing-masing.  

Kegiatan Hari Keempat :
Kegiatan pada hari keempat merupakan kegiatan puncak dari tradisi pamali dimana berburu dan membuat kerajinan masih dilakukan sampai sore hari. Pada saat kaum laki-laki pulang berburu dilanjutkan dengan ritual Ka’a Ruhu (Membakar Rumput) yang berada di sekitar Watu Kabu (Mata air tertutup batu) sebagai langkah terakhir untuk memprediksi potensi curah hujan pada tahun itu. Jika rumput terbakar sempurna maka Karindo (Ketua Pamali) menyimpulkan bahwa tahun ini curah hujan akan berkurang. Akan tetapi jika rumput tidak terbakar secara sempurna maka Karindo menyimpulkan bahwa tahun ini curah hujan akan tinggi.

Kegiatan pamali yang dilakukan selama empat hari selalu menjadi momentum yang harus dilewati oleh masyarakat Londu. Prosedur dan ketentuan yang berlaku tidak boleh dilanggar oleh masyarakat karena tuntunan akibat yang akan ditimbulkan menuntut masyarakat agar tetap menjalani tradisi pamali ini. Pada saat kegiatan pamali, masyarakat tidak boleh melakukan kegiatan dalam bentuk apapun di sawah dan ladang karena akan berdampak pada tanaman yang mereka tanam.

Jika ada masyarakat yang bercocok tanam pada saat ada kegiatan pamali maka tanaman yang mereka tanam tidak akan tumbuh secara sempurna. Tradisi pamali selalu menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat Desa Londu maupun sekitarnya yang selalu menjadikan tradisi pamali Londu sebagai patokan masyarakat untuk bercocok tanam. Artinya masyarakat selalu menghindari kegiatan bercocok tanam pada saat ada kegiatan pamali Londu.

Seiring dengan perkembangan IMTAQ dan IPTEK menjadikan tradisi pamali ini ditinggalkan karena tidak sesuai dengan ajaran islam dan konsep ilmu pengetahuan alam. Suatu hal yang mustahil jika kita bisa memprediksi curah hujan dan hama pengganggu tanaman hanya dengan melakukan ritual pada saat kegiatan pamali.

Tradisi pamali Londu yang pernah turun-temurun dari generasi ke generasi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap keyakinan masayarakat dalam memprediksi cuaca dan hama pengganggu tanaman.

Berbagai macam cara yang dilakukan oleh tokoh pendidik di Desa Londu untuk memberantas tradisi pamali sering menimbulkan perdebatan antara tokoh pendidik dengan Karindo (Ketua Pamali).

Ada tiga tokoh pendidik yang sangat berpengaruh dalam memberantas tradisi pamali ini yakni H.Sunardy S.Pd, H.Ma’ruf S.Pd, H. Muhammad Hasan Ama.Pd. Ketiga tokoh ini melakukan pendekatan untuk memberikan pemahaman tentang ajaran Islam dan konsep ilmu pengetahuan alam kepada Karindo (Ketua Pamali) dan pengikutnya sejak tahun 1988-1995. Waktu yang cukup lama untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar meninggalkan tradisi pamali.

Pada tahun 1993-1995 masyarakat melihat pembuktian dari ketiga tokoh pendidik tersebut bahwa tidak ada pengaruh potensi curah hujan dan hama pada tanaman dengan diadakannya tradisi pamali tersebut. Sejak tahun 1995 sampai saat ini tradisi pamali sudah tidak pernah dilakukan lagi oleh masyarakat Desa Londu karena sudah menyimpang jauh dari ajaran agama Islam dan konsep ilmu pengetahuan alam. 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya