Tradisi adalah kebiasaan masyarakat setempat yang sudah ada berpuluh-puluh atau bahkan beratus-ratus tahun yang lalu. Di Indonesia tradisi ini merupakan hal yang biasa, karena hal itu tercipta dari adanya perbedaan budaya di setiap daerah masing-masing. Tradisi adalah bagian dari sebuah kebudayaan, dan kebudayaan adalah bagian dari pada adanya sebuah bangsa.
Salah satunya yang dapat kita lihat adalah tradisi "Ngembang" yang berada di Desa Paja, Kecamatan Sajira ini. Menurut tokoh masyarakat setempat, tradisi ini sudah ada berpuluh-puluh tahun yang lalu. "Ngembang"sendiri sebenarnya adalah Ziarah, hanya saja disini diiringi perangkat alat musik, seperti kentongan, rebana dan diiringi shalawat atas Nabi Muhammad SAW. Waktu"Ngembang" sendiri biasanya dilaksanakan setelah lebaran idul fitri dimana semua sanak saudara mereka sedang berkumpul.
Kontributor Website : https://distrikbantennews.com/2024/05/27/ngemang-tahunan-tradisi-syukuran-masyarakat-desa-paja-yang-masih-terjaga/
Ngembang
Di Kabupaten Lebak, Banten, terdapat sebuah tradisi budaya yang masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat, yaitu tradisi Ngembang. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur dan ulama yang telah berjasa dalam menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut. Ngembang dilaksanakan setiap tahun, terutama setelah Idul Fitri atau pasca panen kedua, dan menjadi momentum penting bagi warga dalam mempererat tali silaturahmi serta mengungkapkan rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh Tuhan. Tradisi Ngembang banyak ditemukan di beberapa desa di Kecamatan Sajira, seperti Desa Paja, Mekar Sari, Parungsari, dan Pajagan. Namun, pusat pembahasan kali ini adalah Desa Paja, yang menjadi tempat utama pelaksanaan ritual ini karena keberadaan Makam Syeh Abdul Mumin, seorang ulama penyebar Islam yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat. Makam ini menjadi titik utama ziarah bagi warga yang ingin mendoakan arwah leluhur dan meminta keberkahan dalam kehidupan mereka. Pada hari pelaksanaan, ratusan warga berbondong-bondong menuju makam keramat untuk berziarah dan mengirimkan doa kepada para leluhur. Dipimpin oleh para tokoh agama setempat, doa-doa dipanjatkan dengan khidmat, diiringi lantunan zikir yang menggema di seluruh area makam. Suasana sakral menyelimuti prosesi ini, mencerminkan betapa besarnya penghormatan masyarakat terhadap para pendahulu mereka. Sebagian warga membawa botol berisi air yang dipercaya telah diberkahi oleh doa-doa yang dipanjatkan. Kepercayaan ini masih kuat dipegang oleh masyarakat, yang meyakini bahwa air tersebut dapat membawa kebaikan dan keberkahan bagi kehidupan mereka. Beberapa warga bahkan menyimpan air ini untuk digunakan dalam berbagai keperluan, seperti penyembuhan, keselamatan, dan perlindungan rumah dari hal-hal buruk. Selain ziarah, acara ini juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial antarwarga. Di tengah prosesi, masyarakat saling berbincang, bertukar cerita, dan memperbarui hubungan yang mungkin sempat renggang akibat kesibukan masing-masing. Tradisi ini menjadi momen penting bagi mereka untuk kembali terhubung dalam kebersamaan yang hangat dan penuh makna. Lomri, seorang tokoh masyarakat Desa Paja, menegaskan bahwa tradisi ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat. “Ngembang adalah bentuk penghormatan kita kepada ulama-ulama yang telah berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam di desa ini,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa tradisi ini bukan sekadar ritual, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang harus terus dijaga. Sementara itu, Hasan Pasundan, Ketua Kasepuhan Adat Sajira, menjelaskan bahwa tradisi ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan tetap dipertahankan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan. “Ngembang dilaksanakan setiap tahun setelah panen kedua sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh,” ungkapnya. Dalam pandangan masyarakat, panen tidak hanya tentang hasil bumi, tetapi juga tentang keberkahan dan rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Pelaksanaan Ngembang tidak lepas dari peran penting para tokoh adat dan agama yang menjaga kelangsungan tradisi ini. Mereka adalah sosok-sosok yang dihormati oleh masyarakat, dan nasihat mereka sangat diperhatikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal spiritual dan budaya. Seorang pemangku adat yang biasa disebut “Apus” bertanggung jawab menentukan waktu pelaksanaan ritual ini. Penentuan waktu tidak dilakukan sembarangan, melainkan berdasarkan berbagai pertimbangan, seperti kalender Islam, kondisi alam, serta kesiapan masyarakat. Keputusan Apus biasanya disampaikan dalam musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting setempat. Dalam pelaksanaannya, ritual ini dipimpin oleh para kyai dan ulama yang memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran Islam serta sejarah leluhur. Mereka tidak hanya membimbing prosesi doa dan zikir, tetapi juga memberikan tausiah kepada warga tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama dan memperkuat keimanan kepada Tuhan. Selain menjadi ritual budaya dan spiritual, Ngembang juga memiliki relevansi dengan kurikulum pendidikan alam yang menekankan keterhubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam tradisi ini, masyarakat tidak hanya mengenang jasa leluhur, tetapi juga mensyukuri hasil panen yang mereka peroleh. Ini mencerminkan nilai-nilai keberlanjutan dan keseimbangan alam yang sejalan dengan konsep ekologi dalam pendidikan. Melalui tradisi ini, generasi muda dapat diajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam, memahami siklus panen, dan mengenali peran air sebagai sumber kehidupan. Kepercayaan terhadap air yang telah diberkahi doa, misalnya, dapat dikaitkan dengan konsep konservasi air dan pemanfaatan sumber daya secara bijak. Selain itu, nilai gotong royong yang tercermin dalam tradisi ini juga menjadi bagian penting dalam pembelajaran sosial. Dengan memasukkan unsur edukasi budaya dan ekologi dalam kegiatan sekolah, anak-anak dapat belajar tentang nilai-nilai kearifan lokal yang berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan sosial. Ini juga dapat membantu mereka lebih menghargai warisan leluhur serta menjaga tradisi yang telah ada selama ratusan tahun. Setelah prosesi ziarah, warga berkumpul di rumah kepala adat atau Apus untuk menyantap hidangan khas yang telah disediakan. Salah satu makanan yang selalu hadir dalam tradisi ini adalah Tapai Ketan Beureum (tape ketan merah), yang dianggap sebagai sajian wajib dalam acara adat. Makanan ini memiliki cita rasa manis dan sedikit asam, serta dipercaya memiliki makna filosofis tentang kebersamaan dan keberkahan. Selain tape ketan merah, terdapat pula berbagai makanan tradisional lainnya, seperti pasung dan papais, yang semakin memperkaya khazanah kuliner lokal. Pasung adalah kue tradisional yang dibuat dari tepung beras dan gula aren, dibungkus dalam daun pisang berbentuk kerucut. Sementara itu, papais adalah kue basah berbahan dasar ketan yang diberi isian gula merah atau kelapa parut. Makanan-makanan ini bukan sekadar santapan, tetapi juga memiliki makna budaya yang mendalam. Dalam ajang seperti Ngembang, makanan menjadi simbol kebersamaan, di mana semua orang, baik tua maupun muda, duduk bersama dalam suasana kekeluargaan. Hidangan yang disajikan melambangkan rasa syukur dan berbagi rezeki kepada sesama. Tokoh muda Desa Paja, Achmad Deni Setiawan, menuturkan bahwa Ngembang bukan sekadar tradisi, melainkan juga warisan leluhur yang memiliki nilai budaya dan spiritual tinggi. “Syeh Abdul Mumin adalah sosok penyebar Islam di Paja, dan Ngembang merupakan bentuk penghormatan warga kepada beliau,” kata Deni. Ia berharap tradisi ini terus dijaga oleh generasi muda sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat Lebak. Dengan segala nilai yang terkandung di dalamnya, Ngembang tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga menjadi ajang refleksi spiritual dan penguatan ikatan sosial. Keberadaan tradisi ini mencerminkan bagaimana masyarakat Lebak tetap berpegang pada akar budaya mereka di tengah arus modernisasi yang terus berkembang. Harapannya, generasi mendatang tetap melestarikan tradisi ini sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa yang tak ternilai harganya
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...